Minggu, 01 April 2012

Mukjizat-Mukjizat Allah di Palestina


Tentara Israel diselimuti rasa ketakutan. Mujahid yang syahid memancarkan bau kasturi

Aneh bin ajaib, meski tiap hari dibunuhi tentara Israel, pejuang-pejuang Palestina tak pernah habis. Ibarat hilang satu tumbuh seribu, begitu seterusnya. Mereka juga tak pernah surut semangat juangnya, meski hampir hari dijatuhi bom dan rudal.

Kota Jenin menjadi saksinya. Kota yang terletak di Tepi Barat itu dibombadir Israel sebulan lalu. Ratusan rudal yang dilepaskan pesawat-pesawat tempur dan tank-tank Zionis, menghantam kota yang menjadi penampungan pengungsi rakyat Palestina itu. Hanya bersenjata AK 47 dan M 16, para pejuang Palestina memberikan perlawanan sengit.

Ratusan warga sipil dan anak-anak menjadi korban —sesuatu yang sebenarnya dilarang PBB— akibat serangan brutal itu. Tetapi di pihak Israel bukan tidak ada yang mati. Tidak kurang dari 24 orang pasukan Israel tewas, dan 130 lainnya cedera. Itu yang diakui Israel. Tentu jumlah sebenarnya jauh lebih besar. Israel tidak mau menyebutkan jumlah korban pastinya, karena akan menjatuhkan moral tempur pasukannya. Buktinya, Panglima Perang Zionis, Shaol Mofaz akhirnya harus mencopot perwira yang memimpin penyerangan Jenin, karena dianggap gagal.

Rupanya, ada kejadian-kejadian aneh di Palestina, yang menyebabkan perlawanan mereka tidak pernah mengendor. Keanehan itu, diantaranya dituturkan Abu al Barraa, salah seorang pimpinan Hamas. "Wahai saudaraku yang aku cintai," katanya, "demi Allah sesungguhnya kami telah menyaksikan pasukan Zionis Israel meninggalkan persenjataan mereka, lari terbirit-birit ketakutan. Banyak dari mereka yang terbunuh dari peluru para mujahidin yang keluar tanpa ditembakkan."

Salah seorang tentara Israel yang lari itu, kepada pers mengaku ketakutan. Mereka menyaksikan postur pasukan yang buas luar biasa bukan dari bangsa manusia. Beberapa sumber Israel mengungkapkan, rasa takut itu menyelimuti setiap pasukan saat hendak memasuki Jenin. Salah seorang pasukan cadangan Israel mengatakan, "Kami melaksanakan tugas ini karena memang wajib, tidak ada yang senang berperang di sini. Kondisi di sana memang menyeramkan sekali." Bahkan ia berharap, dunia internasional menekan pemerintahan Ariel Sharon. "Apakah tekanan terhadap pemerintahan (Sharon) telah dilakukan, agar menarik mundur pasukannya? Berapa hari lagi kita harus bertahan di sini?" kata tentara itu ketakutan. (almujtama', 13/4/2002)

Apakah keanehan-keanehan itu pertanda Allah telah menurunkan bala tentaranya, seperti apa yang tercantum pada al-Qur'an Surat At Taubah 26: "Dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir."

Yang jelas ketika tentara Israel yang brutal itu dilanda ketakutan, keadaan sebaliknya justru dialami para mujahidin. Meski melawan musuh yang didukung Amerika Serikat, semangat tempur para mujahidin tak pernah kendor. Tak lain, karena mereka berperang di atas lambaran tauhid, ala at tauhid `isynaa wa min ajli at tauhiid namuut (di atas rel tauhid kami hidup dan untuk tauhid kami mati).

Jenggot Memanjang

Ada kisah lain yang tidak kalah harunya dengan turunnya para malaikat di kota Jenin. Ja'far Raihan terperanjat saat membongkar kuburan saudara kandungnya yang telah 100 hari syahid. Adiknya bernama Muhammad dan Ashim Raihan. Mereka berasal dari daerah Tel Janub (Bukit Selatan) di wilayah Nablus.

Ja'far terkejut saat menggali kuburan adiknya Muhammad Raihan pada 18/2/2002. Dia mencium harum semerbak kasturi yang mengalir deras dari liang lahat dan jasad Muhammad. Wangi kasturi keluar saat diangkatnya papan lantai kuburannya.

Harum wangi seperti ini juga menyentuh ibunya Muhammad Farhat, yang syahid pada usianya yang masih belia, 17 tahun. Farhat seorang anggota Brigade al Qassam. Remaja belia ini telah merelakan dirinya menjadi eksekutor istisyahadiyah (bom syahid). Ia berhasil melewati berbagai pos penjagaan tentara Israel, lalu meledakkan dirinya. Bom itu kemudian menyambar beberapa tentara Israel, dan mereka semua tewas.

Begitu Farhat syahid, ibunya mencium bau wangi kasturi yang menyengat di rumahnya. Si ibu yakin, itu pertanda bahwa anaknya telah berhasil meraih apa yang telah dicita-citakan setiap mujahid, menggapai syahadah (mati syahid).

Kembali kepada kisah Muhammad. Menurut penuturan Ja'far, ia lebih heran lagi ketika meraba darah segar yang mengalir dari tubuh Sang Adik. Jasad itu terasa hangat seakan-akan ia masih hidup. Ja'far serasa ingin membangunkan adiknya dari tidur indah itu. Disaksikan orang banyak, ia kemudian menghapus keringat dari kening adiknya. Dan yang paling menakjubkan lagi, kata Ja'far, sebagai keagungan para syuhada bahwa jenggotnya Muhammad terus memanjang tumbuh. Menyaksikan itu, keluarga dan yang hadir terus bertakbir, "Allahu Akbar.... Allahu Akbar... Allahu Akbar...!

Bersyukurlah kepada Allah atas kemuliaan-Nya bagi para syuhada. Mereka hanya tidur bagai tidurnya seorang pengantin yang tenang. Ini hanya sekelumit kisah tanda-tanda kebesaran Allah swt yang terjadi di medan Jihad Palestina. Sesungguhnya mereka, para syuhada itu, hidup dan mendapatkan rezeki dari sisi Allah. "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (Al Baqarah: 154)


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;