Minggu, 05 Februari 2012 0 komentar

Tentang Keistimewaan Bahasa Arab


Sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW, Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan menggunakan bahasa masing-masing. Dan Allah SWT mengutus para nabi dari keturunan masing-masing bangsa dan bahasa itu. Sebagaimana firman-Nya:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Ibrahim: 4)

Namun khusus untuk nabi yang terakhir, Allah SWT telah menetapkan kebijakan tersendiri. Pertama, nabi terakhir itu benar-benar nabi yang diutus untuk terakhir kalinya. Artinya, setelah itu tidak akan ada lagi nabi, meski hari kiamat masih jauh. Kedua, nabi itu hanya memiliki satu bahasa dan tentunya kitab suci yang diturunkan pun hanya satu bahasa saja. Dan bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab.

Kemudian Allah SWT pun telah menetapkan bahwa cara manusia berkomunikasi dengan-Nya lewat ibadah shalat pun dengan menggunakan bahasa Arab. Shalat itu menjadi tidak sah ketika tidak menggunakan bahasa Arab, meski tentunya bukan berarti Allah SWT tidak mengerti bahasa lainnya. Namun sengaja Allah SWT menetapkan bahwa shalat kepada-Nya hanya boleh menggunakan bahasa Arab saja.

Tentunya ada alasan kuat mengapa bahasa Arab yang dipilih Allah SWT untuk dijadikan bahasa komunikasi antara langit dan bumi. Para pakar bahasa Arab sering kali menyebutkan di antara keistimewaan itu, antara lain:

1. Bahasa Arab adalah Induk Dari Semua Bahasa Manusia

Pendapat ini sering mengemuka ketika kita mempelajari sejarah suatu bahasa. Analisa yang sering digunakan adalah bahwa sejak manusia pertama, Nabi Adam as, menjejakkan kaki di atas bumi, beliau sudah pandai berbicara. Dan karena sebelum beliau adalah penduduk surga, di mana ada keterangan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab di dalam suatu riwayat, maka otomatis bahasa yang digunakan oleh Nabi Adam as itu adalah bahasa Arab. Dan tentunya anak-anak keturunan Nabi Adam as itu pun menggunakan bahasa Arab. Meski pun setelah itu jumlah mereka tambah banyak dan tersebar ke berbagai benua, kemudian berkembang menjadi jutaan bahasa yang saling berbeda.

2. Bahasa Arab adalah Bahasa Tertua dan Abadi

Bahasa Inggris sekarang ini boleh saja dikatakan bahwa paling populer di dunia, akan tetapi tidak ada bahasa yang bisa bertahan lama di muka bumi selain bahasa Arab. Sebab sejarah membuktikan bahwa sejak zaman Ibrahim as. di muka bumi yang diperkirakan hidup pada abad 19 sebelum masehi, mereka tercatat sudah menggunakan bahasa Arab. Itu berarti bahasa Arab paling tidak sudah digunakan oleh umat manusia sejak 40 abad yang lalu, atau 4000 tahun.

Bahkan analisa yang lebih jauh lagi menunjukkan bahwa bahasa Arab telah berusia lebih tua lagi. Karena bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Allah SWT untuk berfirman di dalam Al-Quran. Sementara Al-Quran itu sudah ada di sisi Allah SWT jauh sebelum awal mula diturunkan di masa Rasulullah SAW. Dan Allah SWT menjamin bahwa Al-Quran itu tidak akan lenyap hingga hari kiamat. Artinya, bahasa Arab adalah bahasa yang sudah jauh sebelum adanya peradaban manusia dan akan terus berlangsung hingga akhir dunia ini.

3. Bahasa Arab adalah Bahasa yang Paling Banyak Diserap

Bahkan serapan dari bahasa Arab nyaris terdapat di hampir semua bahasa asing lainnya yang ada di berbagai belahan bumi ini. Nyaris bahasa-bahasa yang kita kenal sekarang ini, telah banyak menyerap kosa kata dan istilah dari bahasa Arab. Salah satunya adalah bahasa Inggris dan tentunya bahasa Indonesia. Bahkan bahasa ilmiah di dunia sains pun tidak lepas dari pengaruh serapan kata dari bahasa Arab. Istilah alkohol, aljabar, algoritme dan lainnya adalah bagian dari serapan dari bahasa arab.

4. Bahasa Arab Memiliki Jumlah Perbendaharaan Kata yang Paling Banyak

Salah satu keistimewaan bahasa Arab lainnya adalah kekayaan dalam jumlah perbendaharaan kata. Mungkin karena usianya yang sudah tua namun masih digunakan hingga hari ini, sehingga penbendaharaan kata di dalam bahasa Arab menjadi sangat besar. Sebagai contoh, salah satu peneliti bahasa Arab mengemukakan bahwa orang Arab punya 80 sinonim untuk kata yang bermakna unta. Dan punya 200 sinonim untuk kata yang bermakna anjing.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Taubat Sejati Seorang Pemuda


Imam Malik bin Dinar mengajari kita dalam bagian ini tentang seorang pemuda kecil di waktu haji, dengan bertutur,

"Ketika kami mengerjakan ibadah haji, kami mengucapkan talbiyah dan berdoa kepada Allah, tiba-tiba aku melihat pemuda yang masih sangat muda usianya memakai pakaian ihram menyendiri di tempat penyendiriannya tidak mengucapkan talbiyah dan tidak berdzikir mengingat Allah seperti orang-orang lainnya. Aku mendatanginya dan bertanya, 'mengapa dia tidak mengucapkan talbiyah ?'"

Dia menjawab, "Apakah talbiyah mencukupi bagiku, sedangkan aku sudah berbuat dosa dengan terang-terangan. Demi Allah! Aku khawatir bila aku mengatakan labbaik maka malaikat menjawab kepadaku, 'tiada labbaik dan tiada kebahagiaan bagimu'. Lalu aku pulang dengan membawa dosa besar."

Aku bertanya kepadanya, "Sesungguhnya kamu memanggil yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dia bertanya, "Apakah kamu menyuruhku untuk mengucapkan talbiyah? "

Aku menjawab, "Ya."

Kemudian dia berbaring di atas tanah, meletakkan salah satu pipinya ke tanah mengambil batu dan meletakkannya di pipi yang lain dan mengucurkan air matanya sembari berucap, "Labbaika Allaahumma labbaika, sungguh telah kutundukkan diriku kepada-Mu dan badan telah kuhempaskan di hadapan-Mu."

Lalu aku melihatnya lagi di Mina dalam keadaan menangis dan dia bekata, "Ya Allah, sesungguhnya orang-orang telah menyembelih kurban dan mendekatkan diri kepada-Mu, sedangkan aku tidak punya sesuatu yang bisa kugunakan untuk mendekatkan diri kepadamu kecuali diriku sendiri, maka terimalah pengorbanan diriku. Kemudian dia pingsan dan tersungkur mati. Akupun mohon kepada Allah agar Dia mau menerima amal ibadah dan pertobatannya.

Sumber : Asyabalunal 'Ulama (65 Kisah Teladan Pemuda Islam Brilian), Muhammad Sulthan.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Tanggung Jawab Personal dan Kolektif Umat Islam


Setiap manusia dikenai dua jenis tanggung jawab, yaitu tanggung jawab personal yang disebut dengan istilah fardhu ain, sedangkan tanggung jawab kolektif atau disebut sebagai fardhu kifayah.

Fardhu kifayah sendiri merupakan kewajiban sebagian umat Islam di suatu wilayah umat Islam untuk melakukan kewajiban tertentu yang diperintahkan Allah sebagai fardhu kifayah (misal amar makruf dalam bentuk melakukan adzan di suatu mesjid atau nahi munkar dalam bentuk memberantas kemaksiatan). Fardhu kifayah baru sah bila memenuhi syarat jumlah dan kekuatan yang memadai. Bila sudah ada umat Islam lainnya dengan jumlah dan kapasitas yang memadai melakukan kewajiban tersebut maka gugurlah kewajiban umat Islam lainnya. Sebaliknya bila belum ada atau belum cukup jumlah dan kapasitas umat Islam yang turun tangan melakukan fardhu kifayah tersebut maka berdosalah seluruh umat Islam yang tidak ikut turun tangan melakukan fardhu kifayah tersebut.

Tentunya juga akan salah besar kalau ada orang yang mengutamakan fardhu kifayah (tanggung jawab kolektif) daripada tanggung jawab fardu ain (individu). Tetapi, menjadi sangat baik kalau dia mengerjakan fardu ain, juga melaksanakan fardu kifayah.

Kita menyadari bahwa tanggung jawab yang akan dipertanyakan kelak di hari akhirat adalah tanggung jawab personal. Artinya, Allah tidak membebankan tanggung jawab pihak lain kepada kita, kecuali kalau kita punya andil dalam persoalan tersebut. Karena itu, banyak ayat yang menekankan tanggung jawab ini.

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Al-Baqarah: 286).

"Tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri." (An-Nisa: 84).

"Hai orang-orang yang beriman, selamatkanlah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka." (At-Tahrim: 6).

Rasulullah saw. bersabda, "Mulailah dengan diri kalian sendiri atau mulailah dengan keluargamu."

Dengan demikian, prioritas kita adalah menyelamatkan diri sendiri dari segala kemungkinan penyimpangan terhadap misi utama kehidupan, yaitu "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat: 56).

Apabila kita sadari hal itu, kita akan memahami arti ibadah seluas-luasnya. Yaitu "segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan kita sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT". "Segala apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa perkataan, perbuatan yang nampak maupun yang tersembunyi." (Ibnu Taimiyah, Al-'Ubudiyah, hlm. 1). Ini mengandung pengertian bahwa seluruh aktivitas kita harus sesuai dengan syariat Islam. Jadi, acuannya adalah syariat Islam.

Sesudah seseorang dalam scope individu melaksanakan tanggung jawab dirinya sebagai hamba Allah, dia akan melangkah menempati posisi di masyarakatnya sesuai dengan kapasitas masing-masing. Seseorang dalam scope individu mempunyai tanggungjawab personal pada Allah untuk menjadi berguna bagi lingkungannya. Di sinilah terjadi interaksi dan kooperasi antara anggota masyarakat muslim sesuai dengan firman Allah SWT, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Al-Maidah: 2).

Dan, tanggung jawabnya semakin luas sesuai dengan kapasitas kemampuannya, sehingga dengan posisi masing-masing itu akan dimintai pertanggungjawabannya seperti sabda Nabi saw., "Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah penanggung jawab dan setiap kalian akan ditanyai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Imam yang ada di tengah manusia adalah penanggung jawab, dan dia akan ditanyai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Seorang suami bertanggung jawab terhadap keluarganya, dan dia akan ditanyai tentang apa yang menjadi tanggung jawabnya. Dan seorang isteri bertanggung jawab terhadap rumah suaminya, dan anaknya dan dia akan ditanya tentang mereka." (HR Bukhari, Muslim, dan selain keduanya).

Dan apabila setiap individu tidak melaksanakan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah yang berkewajiban melaksanakan syariat Islam sesuai dengan kemampuannya, berarti dia telah berkhianat. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (Al-Anfal: 27).


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Tingkatan Yakin


Cahaya yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari panca inderamu berasal dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah." (Ibnu Atha'illah)

Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan Allah pasti akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doa tersebut lebih dari yang kita minta.

Dari sini kita layak merenung, mengapa kita banyak kecewa dan tidak puas dalam hidup? Boleh jadi kita lebih yakin akan kemampuan diri serta pertolongan makhluk, daripada pertolongan Allah. Sungguh manusia itu sangat lemah. Ia sama sekali tidak kuasa mengatur dirinya sendiri, tidak tahu apa akan terjadi esok, serta berjuta kelemahan lainnya. Sungguh naif jika kita terlalu mengandalkan diri yang serba terbatas dengan melupakan Allah Yang Maha Segala-galanya. Maka, keyakinan yang bulat kepada-Nya menjadi jaminan kebahagiaan hidup kita.

Setidaknya ada tiga tahap yang harus kita tempuh usaha meningkatkan kualitas keyakinan. Pertama, 'ilmul yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Misal, di Mekah ada Kabah. Kita percaya karena teorinya bicara seperti itu.

Di sinilah pentingnya belajar dan mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Sebab, semakin luas pengetahuan kita tentang sesuatu, khususnya tentang Dzat Allah Azza wa Jalla, seakan kita memiliki bekal untuk berjalan mendekat kepada-Nya.

Kedua, 'ainul yaqin. Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu memang ada di Mekah karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, akan lebih kuat dibandingkan keyakinan karena ilmu.

Ketiga adalah haqqul yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di Multazam, merasakan ijabahnya doa, keyakinan akan jauh lebih mendalam. Inilah tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati orang yang memilikinya. Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari 'ilmul yaqin, 'ainul yaqin, hingga haqqul yakin.

Saudaraku, sesungguhnya semua yang ada adalah milik Allah. Sungguh rugi orang-orang yang hatinya bergantung kepada selain Allah. Yakinlah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sungguh sayang jika kita mengatakan bahwa Allah Mahakaya, namun kita takut tidak mendapatkan rezeki. Kita tahu bahwa Allah Maha Menentukan segala sesuatu, Dia menciptakan manusia berpasang-pasangan, namun kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup. Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat 'ainul yaqin dan belum sampai ke tingkat haqqul yaqin.

Mengapa ada orang yang keluar (murtad) dari Islam? Sebabnya, keyakinan yang dimilikinya baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu bahwa Islam itu baik, namun ia belum merasakan bagaimana indahnya Islam. Saudaraku, keyakinan yang hanya sebatas ilmu belum cukup membuat kita istikamah. Keyakinan kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari.

Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati ternyata datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi.

Ibnu Atha'illah mengungkapkan, "Cahaya yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Cahaya yang memancar dari panca inderamu berasal dari ciptaan Allah. Dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah."

Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya inilah yang harus selalu kita jaga. Bagaimana agar hati kita terbuka? Berusahalah untuk meneliti dan mengenali aneka hikmah di balik setiap kejadian. Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata hati kita. Namun, mata hati hanya akan berfungsi jika ia bersih dari noda dosa dan maksiat. Hati yang kotor sangat sulit menangkap sinyal-sinyal Ilahi. Mirip kaca. Ia tidak bisa memantulkan cahaya, tidak bisa merefleksikan sebuah objek jika penuh karatan. Syaratnya, ia harus bersih. Hati akan bersih jika kita merawatnya. Wallaahu a'lam.

(KH Abdullah Gymnastiar)


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar

Syahid Sepenuh Hati


Barangsiapa yg mengharapkan mati syahid dgn sepenuh hati, maka ALLAH akan memberikan mati syahid kepadanya meskipun ia mati ditempat tidur .

Dunia hanya satu terminal dari seluruh fase kehidupan. Hanya Allah yang tahu rentang usia seorang manusia. Saya, Khadijah sebut saja demikian, menikah dengan Muhammad, 3 Oktober 1993. Muhammad adalah kakak kelas saya di IPB. Selama menikah, suami sering mngingatkan saya tentang kematian, tentang syurga, tentang syahid, dan sebagainya. Setiap kami bicara tentang sesuatu, ujung-ujungnya bicara tentang kematian dan indahnya syurga itu dan lain sebagainya. Kalau kita bicara soal nikmatnya materi, suami mengaitkannya dengan kenikmatan syurga yang lebih indah. Bahkan, berulang-ulang dia mengatakan, nanti kita ketemu lagi di syurga. Itu mempunyai makna yang dalam bagi saya.

Hari itu, 16 Januari 1996, kami ke rumah orang tua di Jakarta. Seolah suami mengembalikan saya kepada orang tua. Malam itu juga, suami saya mengatakan harus kembali ke Bogor, karena harus mengisi diklat besok paginya. Menurutnya, kalau berangkat pagi dari Jakarta khawatir terlambat. Mendekati jam 12 malam, saya bangun dari tidur, perut saya sakit, keringat dingin mengucur, rasanya ingin muntah. Saya bilang pada ibu saya, untuk diobati. Saya kira maag saya kambuh. Saya sempat berpikir suami saya di sana sudah istirahat, sudah senang, sudah sampai karena berangkat sejak maghrib. Saya juga berharap kalau ada suami saya mungkin saya dipijitin atau bagaimana. Tapi rupanya pada saat itulah terjadi peristiwa tragis menimpa suami saya.

Jam tiga malam, saya terbangun. Kemudian saya shalat. Entah kenapa, meskipun badan kurang sehat, saya ingin ngaji. Lama sekali saya menghabiskan lembar demi lembar mushaf kecil saya. Waktu shubuh rasanya lama sekali. Badan saya sangat lelah dan akhirnya tertidur hingga subuh. Pagi harinya, saya mendapat berita da ri seorang akhwat di Jakarta, bahwa suami saya dalam kondisi kritis. Karena angkutan yang ditumpanginya hancur ditabrak truk tronton di jalan raya Parung. Sebenarnya waktu itu suami saya sudah meninggal. Mungkin sengaja beritanya dibuat begitu biar saya tidak kaget. Namun tak lama kemudian, ada seorang teman di Jakarta yang memberitahukan bahwa beliau sudah meninggal. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun.

Entah kenapa, mendengar berita itu hati saya tetap tegar. Saya sendiri tidak menyangka bisa setegar itu. Saya berusaha membangun keyakinan bahwa suami saya mati syahid. Saya bisa menasihati keluarga dan langsung ke Bogor. Di sana, suami saya sudah dikafani. Sambil menangis saya menasihati ibu, bahwa dia bukan milik kita. Kita semua bukan milik kita sendiri tapi milik ALLAH. Alhamdulillah ALLAH memberi kekuatan. Kepada orang-orang yang bertakziah waktu itu, saya mengatakan : “Doakan dia supaya syahid.. doakan dia supaya syahid”. Sekali lagi ketabahan saya waktu itu semata datang dari ALLAH, kalau tidak, mungkin saya sudah pingsan.

Seperti tuntunan Islam, segala hutang orang yang meninggal harus ditunaikan. Meski tidak ada catatannya, tapi tanpa disadari, saya ingat sekali hutang-hu tang suami. Saya memang sering bercanda sama suami, “Mas kalau ada hutang, catat. Nanti kalau Mas meninggal duluan saya tahu saya harus bayar berapa.” Canda itu memang sering muncul ketika kami bicara masalah kematian. Sampai saya pernah bilang pada suami saya, “kalau mas meninggal duluan, saya yang mandiin. Kalau mas meninggal duluan, saya kembali lagi ke ummi, jadi anaknya lagi.” Semua itu akhirnya menjadi kenyataan.

Beberapa hari setelah musibah itu, saya harus kembali ke rumah kontrakan di Bogor untuk mengurus surat-surat. Saat saya buka pintunya, tercium bau harum sekali. Hampir seluruh ruangan rumah itu wangi. Saya sempat periksa barangkali sum berwangi itu ada pada buah-buahan, atau yang lainnya. Tapi tidak ada. Ruangan yang tercium paling wangi, tempat tidur suami dan tempat yang biasa ia gunakan bekerja.

Beberapa waktu kemudian, dalam tidur, saya bermimpi bersalaman dengan dia. Saya cium tangannya. Saat itu dia mendoakan saya: “Zawadakillahu taqwa waghafaradzan baki, wa yassara laki haitsu ma kunti” (Semoga Allah menambah ketakwaan padamu, mengampuni dosamu, dan mempermudah segala urusanmu di mana saja). Sambil menangis, saya balas doa itu dengan doa serupa.

Semasa suami masih hidup, doa itu memang biasa kami ucapkan ketika kami akan berpisah. Saya biasa mencium tangan suami bila ia ingin keluar rumah. Ketika kami saling mengingatkan, kami juga saling mendoakan. Banyak doa-doa yang diajarkan suami saya. Ketika saya sakit, suami saya menulis doa di white board. Sampai sekarang saya selalu baca doa itu. Anak saya juga hafal. Saya banyak belajar dari nya. Dia guru saya yang paling baik. Dia juga bisa menjelaskan bagaimana indahnya syurga. Bagaimana indahnya syahid.

Waktu saya wisuda, 13 Januari 1996 saya sempat bertanya pada suami, “Mas nanti saya kerja di mana?” Suami diam sejenak. Akhirnya suami saya mengatakan supaya wanita itu memelihara jati diri. Saya bertanya, “Maksudnya apa ?”, “Beribadah, bekerja membantu suaminya, dan bermasyarakat”. Saya berpikir bahwa saya harus mengurus rumah tangga dengan baik. Tidak usah memikirkan pekerjaan. Sekarang, setiap bulan saya hidup dari pensiun pegawai negeri suami. Meskipun sedikit, tapi saya merasa cukup. Dan rejeki dari ALLAH tetap saja mengalir. ALLAH memang memberi rejeki pada siapa saja, dan tidak tergantung kepada siapa saja. Katakanlah meski suami saya tidak ada, tapi rejeki ALLAH itu tidak akan pernah habis.

Insya ALLAH saya optimis dengan anak-anak saya. Saya ingat sabda Nabi : “Aku dan pengasuh anak yatim seperti ini”, sambil mendekatkan kedua buah jari tangannya. Saya bukan pengasuh anak yatim, tapi ibunya anak yatim. Meski masih kecil-kecil, saya sudah merasakan kedewasaan mereka. Kondisi yang mereka alami, membuat mereka lebih cepat mengerti tentang kematian, neraka, syurga bahkan tentang syahid. Rezeki yang saya terima, tak mustahil lantaran keberkahan mereka.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Shani Matos, Keturunan Puerto Rico Bersyahadat


Sebulan lalu, di HP saya ada yang meninggalkan pesan meminta untuk ditelepon balik. Nampak suara perempuan yang lembut dan sangat sopan. Sejak awal saya merasa, sepertinya suara perempuan yang masih muda. Pesan itu berbunyi: “Hi, hello! My name is Shani. I got your number from a friend of mine, here in Queens College. I am sorry to bother you but I don’t know how to start……can you call me back pleas, if you have time? My number is….”.

Setelah mendengarkan pesan itu, segera saya telepon kembali. Di seberang sana dia menjawab dengan pelan: “Thank you, thank you very much Sir for calling me back“, katanya dengan suara yang sepertinya sangat gembira.

“Hi, what is your name again?”, tanyaku kembali di telepon. “My name is Shani, and I am a student here in Queens College“, jawabnya.

“What I can do for you?”, tanyaku singkat.

Shani tidak langsung menjawab. Sepertinya berfikir sesaat sebelum menjawab pertanyaan saya tersebut. “I don’t now how to start to tell you. You know, I am a Catholic. But…you know I don’t like too much non sense in the faith“, katanya.

Saya memang sudah sering mendengarkan ungkapan itu sebelumnya. Maka, saya hanya bilang ke Shani, jika ada waktu apakah dia bisa datang menemui saya. “Come to Jamaica Muslim Center, do you know where it is?”, kata saya.

“Yes, my friend lives around that mosque“, jawabnya. Rupanya temannya yang memberikan nomor HP saya kepadanya adalah anak salah seorang jama’ah masjid Al-Mamoor atau lebih dikenal dengan Jamaica Muslim Center di Jamaica Queens. Sejak 2005 lalu, saya diminta untuk memimpin komunitas yang cukup besar dan dinamis ini.

Kami pun janjian untuk bertemu dua minggu kemudian. Shani tidak lupa juga meminta alamat email, “just in case I want to ask you something by emails“, katanya. Saya tentunya tidak keberatan untuk memberikan email itu. Ternyata, hingga Shani kembali menelpon saya sekitar 2 minggu lalu, dia tidak mengirim email.

Diilhami Sepupu

Shani adalah gadis kelahiran Amerika keturunan Puerto Rico. Ternyata dia memang masih tahun pertama di Queens College dan berencana mengambil business management. Dua minggu lalu Shani menghubungi saya kembali dan mengingatkan bahwa hari itu adalah hari di mana seharusnya dia datang untuk menemui saya.

“Hi Iman!”, demikian biasanya kata ‘Imam‘ disebut. Shani kemudian mengatakan bahwa dia akan datang, tapi agak terlambat karena temannya (anak Bangladesh) masih ada kelas hingga jam 5 sore.

“Oh it is fine for me. I am still in the City“, jawabku. Kebetulan hari itu adalah hari Jum’at dan jadwal khutbah saya di Islamic Center of New York. Setelah Jum’atan kami harus menerima banyak tamu, termasuk media untuk mewawancarai mengenai rencana kunjungan Paus ke kota New York. Setelah Jum’atan, Islamic Center juga menerima rombongan pastor Yahudi yang datang berziarah, sebagai balasan terhadap kunjungan kami beberapa minggu sebelumnya.

Setelah shalat Asr, segera saya tinggal Islamic Center menuju JMC (Jamaica Muslim Center) di Queens. Perjalanan dengan subway (kereta bawah tanah) memakan waktu sekitar 45 menit. Karena khawatir terlambat, saya telepon Shani agar menunggu saya di ruang kantor di JMC. Rupanya Shani juga memastikan diri terlambat karena temannya mengajak dia ke rumahnya sebelum menemui saya di JMC.

“Take your time then!”, kata saya.

Ketika saya keluar dari subway, ternyata Shani sudah menelpon dua kali menanyakan apakah saya sudah sampai di JMC atau belum. “My friend advised me not to come unless you are there“, pesannya di HP. Sesampai di JMC segera saya telepon balik ke Shani dan memintanya untuk segera ke masjid. Jam menunjukkan pukul 6:30 sore, berarti maghrib tinggal sekitar 45 menit. Pikir saya, mungkin Shani akan banyak bertanya dan diskusi akan memakan waktu cukup panjang.

Tidak berselang lama, saya dapat telepon lagi dari Shani. “Hi, I am here, where are you?”, tanyanya. Saya mengatakan bahwa saya ada di kantor, tapi rupanya teman Shani itu juga tidak tahu ruangan mana yang disebut kantor JMC. Rupanya mereka berdiri di depan pintu masuk wanita, yang kebetulan memang sepi. Saya keluar dan mengajak mereka ke kantor.

Shani memang nampak masih belia. Umurnya baru sekitar 19 tahunan. Teman yang mengantarkannya juga masih di tahun pertama di Queens College. “Welcome Shani! I’ve heard your name but this is the first time I see your face“, kata saya.

Shani nampak malu-malu berbicara, atau sedikit gugup. Saya curiga, jangan-jangan temannya itu mengingatkan agar bersopan santun di hadapan Imam. “Shani, you look familiar to me! Had we ever met before?”, tanya saya untuk menjadikan suasana menjadi cair. Tujuan saya, biar Shani lebih leluasa berbicara dan menyampaikan apa yang ingin disampaikan.

“No, I don’t think so!”, jawab Shani sambil tertawa ringan.

“Ok, let us start! So, you said that you are interested in Islam?”, saya memulai.

“Yes. In fact for the last a few months I have studied it seriously“, katanya singkat.

“So, what did you find? Any interesting thing?”, tanyaku.

“I think the most amazing about Islam is clarity. I found in this religion that every thing is clear. In general I may say, this is the religion that makes sense“, tegasnya.

Saya kemudian mencoba mencari tahu, apa yang menjadikan Shani tertarik dengan agama ini. “How did you come to know about Islam? I mean how did you start learning it and why“, tanyaku.

Shani kemudian berbicara cukup panjang tentang kelurganya yang beragama Katolik taat. Ibunya khususnya sangat taat ke gereja setiap minggu dan mengajak Shani dan saudara-saudaranya yang lain. “But to be honest, I did it just because out of the respect my mother“, katanya.

Shani melanjutkan bahwa sejak bulan-bulan terakhir dia semakin tidak yakin dengan agama Katoliknya. Dan itu terpacu lagi ketika salah saorang sepupunya memeluk agama Mormon. “My cousin right now is following Mormon religion“, katanya.

Setelah saya mendengarkan semua itu, saya memulai mengambil kendali. Saya kembali menjelaskan semua dasar-dasar ajaran Islam dengan pendekatan rasional berdasarkan ayat-ayat Al Qur’an. Shani misalnya tertawa ketika saya mengatakan, kalau seandainya ada dua presiden sehebat Bush, pastilah dunia hancur-hancuran. Untunglah hanya satu Bush di dunia, maka dunia masih relative aman. Tapi saya susuli, sedangkan satu dunia sudah menjadi begini, bagaimana kalau ada dua?

Tanpa terasa adzan Magrib sudah hampir dikumandangkan. Pada akhirnya, saya hanya bertanya kepadanya: “So….what is your mind now?”.

Saya terkejut ketika Shani langsung mengatakan: “Since I called you two weeks ago, I wanted to be Muslim. But don’t know!”.

“Are you sure?”, tanya saya. “Yes! The only thing that worries me is my mother”, lanjutnya.

Saya berusaha menjelaskan kepadanya bahwa jika kelak dia menjadi Muslimah, dia akan menjadikan ibunya lebih senang karena dia akan menjadi anak yang lebih baik lagi. “Probably in the beginning it’s not really easy to accept the reality. But slowly she will understand you“, kata saya.

Shani berbalik ke temannya dan dengan tersenyum dia berkata: “So I will be Muslim today?”. Temannya yang pemalu itu hanya menjawab dengan senyum.

Segera saya memanggil beberapa saksi sebelum azan dikumandangkan. Setelah hadir 2 saksi, saya menuntun Shani mengikrarkan kalimah Tauhid:

“Laa ilaaha illa Allah-Muhammadan Rasul Allah“, bersamaan dengan panggilan adzan.

Shani segera diajak oleh temannya untuk mengambil wudhu, dan melakukan shalatnya sebagai Muslim untuk pertama kalinya.

Semoga Shani dikuatkan dan selalu dijaga dalan hidayahNya!


Oleh: M. Syamsi Ali, M.A.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar

Sebuah Doa Yang Baik


Suatu ketika, beberapa anak mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama Ahmad. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat sebelum mulai, Ahmad meminta waktu sebentar untuk berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap!".

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. "Ayo..ayo... cepat..cepat, maju..maju", begitu teriak mereka. Ahha...sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Ahmad lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "Alhamdulillah, terima kasih."

Saat pembagian piala tiba. Ahmad maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. "Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang, bukan?". Ahmad terdiam. "Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Ahmad.

Ia lalu melanjutkan, "Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah swt untuk menolongmu mengalahkan saudaramu yang lain. "Aku, hanya bermohon pada Allah swt, supaya aku tak menangis, jika aku kalah."

Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan yang memenuhi ruang.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Sarah Joseph, Berjihad Melalui Media Massa


Sarah Joseph (36) adalah muallaf asli Inggris yang masuk Islam di usia 16 tahun. Jurnalis produktif ini selepas memeluk Islam rajin memberikan kuliah tentang Islam di Inggris dan mancanegara. Kini, di tengah imej negatif Islam di dunia Barat, dia berjuang membangun citra positif Islam melalui media. Salah satunya dengan menerbitkan majalah Emel, sebuah majalah khas yang mengupas seputar gaya hidup Islam. Emel bisa disebut satu-satunya majalah berwarna Islam yang terbit di dataran Britania Raya. Dalam sebuah wawancara dengan harian The Guardian yang terbit di London, Sarah yang dulunya menganut paham Katolik, memprediksi Islam akan punya peran besar ke depan dalam memecahkan berbagai permasalahan dunia. Dia juga banyak bertutur bagaimana seharusnya seorang Muslim yang bermukim di negara Barat berperilaku. Berikut penuturan ibu tiga anak yang pernah mendapat OBE Awards tahun 2004 (untuk aktifitasnya dalam membangun dialog antar umat beragama) disadur dari beberapa wawancaranya dengan media Inggris.

“Saya hidup selama 16 tahun tanpa Islam. Jadi manusia biasa, menjadi seorang wanita, seorang ibu, dan editor di London. Semua hal itu telah membentuk saya menjadi seorang pribadi yang luwes. Akan tetapi peran saya sebagai seorang ibu terbentuk saat menjadi Muslim,” kata Sarah Joseph. Dikatakannya, seorang Muslim punya hak-hak individu sendiri, ada persyaratan-persyaratan tertentu. Sebagaimana individu lain juga punya hal yang sama tanpa memperhatikan apakah dia Islam atau bukan. Namun dengan menjadi seorang Muslim, seseorang itu akan terbentuk menjadi pribadi yang menghargai hak individu orang lain.

“Saya orang Inggris dan berpikir seperti kebanyakan orang Barat lainnya. Saat saya berkunjung ke negara Islam saya jadi paham aspek-aspek orang Islam, namun saya tidak mau turut campur dengan adat kebiasaan setempat,” imbuhnya. Sarah mengatakan menjadi anggota di dua komunitas berbeda (Inggris dan Islam) memang sulit. Namun dia punya kewajiban untuk menjelaskan tentang Islam sebenarnya. “Saya punya perasaan yang maha dahsyat kala berbicara dengan mereka. Berbicara dari hati ke hati satu sama lain. Saya berikan hidup ini hanya untuk menjadi jembatan diantara dua komunitas ini,” katanya.

Menerbitkan majalah Islam

"Jadi, saya kira, Muslim Inggris dan di Barat umumnya, harus menemukan jawaban atas apa yang terjadi saat ini. Harus jadi jembatan antara dua dunia itu. Kita-kita yang lahir disini dan besar dalam masyarakat Inggris, memiliki tanggungjawab untuk menjelaskan Islam pada kalangan Barat. Saya melihat Islam punya kapasitas memberikan yang terbaik. Syaratnya mereka (Barat-red) harus memulainya dengan melihat Islam sebagai bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” kata dia.

Wanita London itu menempuh pintu lain dalam menerjemahkan Islam untuk dunia Barat. Dia meluncurkan sebuah majalah gaya hidup Islam dan salah satu targetnya adalah pembaca non Muslim. Majalah itu, awalnya, dibiayai dari tabungannya sendiri. Kini mulai dikenal khalayak dan bersanding dengan majalah-majalah terkenal lainnya di toko-toko buku.

Emel, nama majalah itu. Berasal dari dua huruf M dan L sebagai singkatan dari Muslim Life. Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fashion, desain interior, finance, entrepreneur, kesehatan, makanan, hingga kisah perjalanan. Lalu ada juga rubrik berkebun dan feature tentang penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau. Semuanya dikemas secara populer dengan menampilkan sisi Islam yang selama ini terlupakan ditengah arus islamofobia dan isu terorisme.

Emel pertama kali diterbitkan tahun 2003 dan hanya ada di toko-toko buku yang khusus menjual buku-buku Islam saja. Namun dalam perkembangannya ternyata non Muslim pun menyukai majalah itu. Sehingga sejak September 2005 distribusinya mulai diperluas untuk umum. Catatan Wikipedia, kini Emel memiliki sirkulasi di 30 negara. Majalah ini juga bisa diakses di internet (www.emelmagazine.com).

“Hari ini berita-berita tentang Islam identik dengan pembunuhan, penganiayaan, dan sejenisnya. Kami ingin tampilkan sesuatu yang lain. Hal-hal normal yang berlaku dalam Islam, yang tak banyak diangkat. Kami tujukan majalah ini utamanya bagi kalangan muda,” kata Sarah bersemangat. Sarah berupaya mempresentasikan Islam yang sebenarnya, dengan menonjolkan kontribusi yang telah mereka buat, terutama untuk membangun opini masyarakat Inggris. Dengan sentuhan layout yang menarik, pesan-pesan Islam dapat dipahami secara luas tanpa dogma-dogma agama atau bumbu politik.

“Dalam majalah ini seorang Muslim digambarkan, misalnya, mengenakan pakaian seperti ini, lalu makan makanan yang seperti itu. Kami menawarkan jendela masuk ke komunitas Islam, jauh dari sekadar ungkapan-ungkapan berbau klise,” tambahnya.

Mulai dengan modal kecil

“Seorang wartawan BBC mengira kami punya modal hingga 5 juta Poundsterling. Saya tertawa. Kami mulai dengan modal awal 20 ribu Poundsterling,” jelas Sarah.

“Ada yang tanya, dengan meningkatnya perasaan takut akan Islam, inikah saatnya untuk pembaca non Muslim? Kami musti bilang, “mari turunkan kepala kita.” Jika masing-masing kita masih tetap membuat kubu sendiri, maka permusuhan itu tak akan pernah hilang,” katanya.

Sarah yang pernah mendapat undangan Toni Blair (mantan PM Inggris) itu ingin menunjukkan sesuatu yang lain. Bahwa Islam bukan hanya ibadah shalat atau politik. Tapi Islam juga mengatur gaya hidup.

Dulu banyak yang tidak tahu bagaimana konsep hidup seorang Muslim. Namun kini perlahan mulai jelas setelah majalah ini diluncurkan. Emel berhasil merebut pasar yang belum banyak dimanfaatkan media lain dan meruntuhkan imej buruk sebagian kalangan yang benci Islam. Oplahnya kini lebih dari 20.000 eksemplar dan memiliki 3000 pelanggan tetap. Sarah giat membantu pengembangan ide dengan meramu Islam masa kini dan masa lalu serta mengajak pembaca Muslim memberikan kontribusi mereka. Majalah yang bermarkas di Whitechapel, timur London itu memiliki enam orang staf dan beberapa relawan.

Image Islam di Barat

Sarah sedikit risau melihat beberapa media yang dalam melaporkan hal ektrimis terlalu banyak menambah-nambahkan isi berita. "Jika kehidupan Islam diisolasi, ditakut-takuti, dikatakan tidak seorangpun mau berteman dengan mereka, maka ini tidak sehat bagi masyarakat kami.," kata dia.

“Anda tidak boleh memberi label “Islam Fundamentalis.” Cukup disebutkan saja mereka itu telah melenceng dari ajaran agamanya. Saya sangat tidak setuju sebagian kalangan yang menyebut Al-Quran secara aktif telah mendorong terjadinya serangan teror. Jika mereka katakan seperti itu, maka mereka itu sama saja dengan Al-Qaidah. Mereka menyanyikan lagu yang sama,” tandas Sarah lagi. Dalam pandangannya, Al-Qaidah dan yang sejenisnya menggunakan Islam dan Al-Quran untuk melegitimasi kekerasan secara cerdik.

Perilaku orang Islam

“Jujur saja, perilaku sebagian Muslim kadang-kadang sangat tidak membantu merubah imej Islam di Barat. Kita perlu lebih sadar akan hal ini. Orang-orang memantau perilaku kita dan memberi penilaian tertentu. Ada sebuah survei tahun 2002 silam. Disebutkan 70 persen masyarakat Inggris tidak tahu apa-apa atau bahkan tidak peduli sama sekali apa itu Islam. Islam mereka pahami hanya berdasarkan informasi dari media saja. Celakanya media tidak menunjukkan Islam secara proporsional. Jadi, ini benar-benar tugas kita dan sekali lagi tergantung pada kita untuk mengubah opini tersebut. Tentunya dengan sikap dan perilaku Islami. Orang Islam musti proaktif menunjukkan hal-hal positif dalam Islam. Sangat banyak jalan untuk menunjukkan hal itu,” pintanya.

Dalam sebuah percakapan live di situs Islamonline, Sarah sempat ditanya apakah Barat tempat yang cocok bagi seorang Muslim untuk mempraktekkan keyakinannya di tengah kampanye sekuler. Dalam pandangannya, Allah SWT telah menciptakan dunia ini. Jadi, bagi Muslim, hidup dimana saja bisa dan mungkin.

”Barat punya isu sekularime, memang benar. Hal itu bisa menyerang agama dan moralitas kita. Benar. Tapi haruskah kita membiarkan kapal pergi menuju pulau yang damai sentosa (tanpa kita di dalamnya)? Para Nabi tidak pernah menyerah meskipun dicerca dan dihina. Kita tidak boleh menyerah. Patut kita tunjukkan bahwa Islam relevan dengan dunia ini. Karena itu kita perlu terus meningkatkan kualitas dakwah sehingga Islam mudah dipahami,” tegasnya.

Masuk Islam di usia muda

Sebelum kenal Islam Sarah adalah penganut paham Katolik Roma. Dia termasuk remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan agama, sosial, dan politik. Agama waktu itu benar-benar muncul dari dalam hatinya hingga berpengaruh dalam aktifitas sosial kemasyarakatan. Keluarganya menganut paham liberal. Mereka justru tak peduli agama. Ibu Sarah sering berujar anaknya itu sangat agamis, meski masih sangat kecil.

Pada usia 13 tahun, abang kandung Sarah masuk Islam. Waktu itu karena alasan perkawinan. “Terang saja saya sangat benci dengan keputusannya. Waktu itu dia saya tuduh menjual keyakinan hanya karena wanita. Saya masih takut kala itu. Sebab Islam sangat asing, dan saya banyak membaca sisi negatif tentang Islam,” kisah Sarah.

“Prasangka buruk tentang Islam sulit hilang. Tapi saya tahu, perasaan takut itu karena saya belum tahu Islam yang sesungguhnya. Akhirnya saya putuskan untuk mencari informasi lebih jauh tentang Islam. Sungguh, saya benar-benar ingin tahu. Tak berapa lama setelah itu saya meninggalkan ajaran Katolik. Bukan karena saya tertarik dengan Islam. Namun lebih karena kecewa aturan Paus. Saya tidak dapat menerima aturan sentralistik yang berpusat di Roma,” lanjutnya.

”Akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari Kristen. Namun belum memilih Islam. Waktu itu saya “kosong”. Saya masih berusaha mencari Tuhan. Dalam pencarian itu, Islamlah yang kemudian lebih dulu mengalir dalam hati saya. Islam menjawab semua pertanyaan saya. Terutama tentang Trinitas. Satu hal lagi, Al-Quran tidak mengalami perubahan sama sekali, lain dengan Bibel. Perlahan, saya menemukan jawaban tentang Islam yang telah mengendap sekian lama,” aku Sarah. Sarah masuk Islam di usia sangat belia yakni pada usia16 tahun.

Terkesan shalat

“Jujur saja, satu hal lagi yang membuat saya menerima Islam adalah saat melihat orang shalat. Kala mereka bersimpuh dalam sujud dengan penuh kerendahan diri. Saya kira inilah yang disebut “kepatuhan” atau ketundukan sebagai seorang hamba,” kenang Sarah.

Awalnya memang berat bagi Sarah. Perlu beberapa waktu untuk merealisasikan Islam dalam diri dan kehidupannya. Terutama membawanya ke dalam keluarga dan lingkungan sosial.

“Tapi lama-kelamaan, keluarga melihat saya tetap dapat berkontribusi untuk masyarakat kendati sebagai seorang Muslim. Hal itu bikin mereka gembira dan dapat menerima saya kembali,” sebutnya.
Pada kali pertama orangtuanya memang menolak rencana anaknya masuk Islam. Bahkan mereka mengucapkan kata “belangsungkawa” kala Sarah mulai mengenakan jilbab. Tapi dalam pandangan Sarah mengenakan jilbab merupakan sebuah pilihan.

“Keluarga saya menganut paham liberal. Begitupun mendengar saya masuk Islam mereka sangat menentang. Mereka menyangka saya akan jadi seseorang yang lain.

Konon lagi saya mengenakan jilbab persis di awal-awal masuk Islam, mereka makin menentang. Jika saja saya tidak mengenakannya maka semuanya akan mudah. Tapi saya memang sangat ingin pakai jilbab. Saya benar-benar ingin jadi seorang Muslim. Perlu waktu beberapa tahun bagi keluarga saya untuk bisa paham hal ini. Tapi kini mereka sangat bahagia. Mereka senang dengan jalan hidup yang saya pilih dan ternyata itu bagus. Begitupun, sayangnya mereka belum menunjukkan sinyal untuk memeluk Islam,” ujar Sarah.

Menikah dengan pria Bangladesh

Tahun 1992 Sarah menikah dengan Mahmud, seorang pria Inggris keturunan Bangladesh Mahmud bekerja sebagai pengacara. Orangtua Mahmud datang ke Inggris sekitar tahun 1960. Keluarga Sarah mulai menerimanya, karena penampilan Mahmud yang moderat. Kini pasangan itu telah dianugerahi tiga orang anak, Hasan (11), Sumayah (8), dan Amirah (5).

"Identitas saya sebagai seorang Muslim sangat jelas. Memiliki identitas seperti ini tidak berlawanan dengan kaedah umum dan saya dapat hidup secara plural dalam masyarakat yang toleran,” katanya tegas.

”Jika kita bilang Islam hanya tentang shalat dan politik, maka kita telah membuatnya jadi kering, cuma berisi aturan-aturan teologis. Tapi jika kita bisa tunjukkan, misalnya pada kawula muda (Islam) bahwa kebudayaan Islam juga telah ikut membangun Eropa, maka kita telah beritahukan bahwa mereka itu adalah pemegang amanah masa depan. Anak-anak muda Islam perlu tahu tentang itu.

“Hidup ini adalah ujian, arena untuk mensucikan jiwa dan sarana untuk menerima kasih sayang Allah. Islam bagi saya merupakan jalan termudah untuk berhubungan dengan Tuhan. Saya berpikir kita musti fokus kepada tujuan hidup daripada hanya sekedar menjalankan perintah atau ajaran agama saja,” katanya.

“Lihatlah Islam sebagai bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah yang harus dijauhi,” tambah Sarah.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Menghitung-Hitung Luas Surga Dan Luas Neraka


Berapakah Kira-Kira Luas Surga?

Dan Bersegeralah Kamu Kepada Ampunan Tuhanmu, Dan Kepada Syurga Yang Luasnya Seluas Langit Dan Bumi, Yang Disediakan Untuk Orang-Orang Yang Bertaqwa”. (Qs. Ali Imran: 133)

Berlomba-Lombalah Kamu Sekalian Untuk Mendapatkan Ampunan Tuhanmu Dan Syurga Yang Luasnya Seluas Langit Dan Bumi Yang Disediakan Bagi Orang-Orang Yang Beriman Kepada Allah Dan Rasulnya” (Qs. Al-Hadiid : 21)

Subhaanallah, Surga Itu Luasnya Seluas Langit Dan Bumi? Berapakah Luasnya Langit Dan Bumi Itu? Bisakah Ilmu Pengetahuan Mengukurnya? Surga Begitu Luasnya, Sementara Penduduk Bumi Kita Yang Berisi Sekitar Lima Milyar Orang Saja Masih Menyisakan Demikian Luas Tempat Yang Belum Dihuni.

Baiklah, Sekedar Untuk Berhitung Dan Yang Penting Adalah Untuk Menambah Keimanan Kita Akan Kebesaran Allah Swt, Mari Kita Mencoba Mengukurnya. Berdasarkan Informasi Dari Al-Qur'an. Bahwa Langit Ini Dicipta Oleh Allah Swt Sebanyak Tujuh Lapis.

Pernyataan Ini Didukung Paling Tidak Oleh Delapan Buah Ayat Al-Qur'an Yaitu Al-Isra' : 44, Al-Mukminuun : 17, Al-Mukminuun : 86, Al-Mulk : 3, Al-Baqarah : 29, At-Thalaq : 12, Nuh : 15 Dan An-Naba' : 12

Langit Yang Tujuh, Bumi Dan Semua Yang Ada Di Dalamnya Bertasbih Kepada Allah. Dan Tak Ada Suatupun Melainkan Bertasbih Dengan Memuji-Nya, Tetapi Kamu Sekalian Tidak Mengerti Tasbih Mereka. Sesungguhnya Dia Adalah Maha Penyantun Lagi Maha Pengampun.” (Qs. Al-Isra' : 44)

Langit Diciptakan Oleh Sang Pencipta Sebanyak Tujuh Lapis, Sementara Untuk Langit Terdekat Saja Yang Masih Mampu Dipandang Teropong Manusia Yang Tercanggih Sekalipun Sudah Membuat Manusia 'Takluk' Tidak Dapat Membayangkan. Maka Bumi Sungguh Ibarat Debu Jika Dibandingkan Dengan Luasnya Surga. Demikian Pula Keindahan Bumi Beserta Isinya, Sungguh Amat Sangat Tidak Sepadan Jika Dibandingkan Dengan Keindahan Surga.

Benarlah Kata Sebuah Hadits Qudsi Yang Menyatakan Bahwa, Keindahan Surga Yang Diberikan Allah Kepada Para Hambanya, Belum Pernah Didengar Telinga, Belum Pernah Dilihat Oleh Mata, Belum Pernah Terlintas Di Dalam Hati.

Sekedar Sebagai Ilustrasi Matematis, Mari Kita Bayangkan Berapa Luasnya Jagad Raya Langit Pertama Itu. Garis Tengah Untuk Langit Pertama Atau Jagad Raya Ini Diperkirakan Sebesar 30 Milyar Tahun Cahaya. Berarti Garis Tengah Jagad Raya Kita Ini Sepanjang : 30.000.000.000 X 360 X 24 X 60 X 60 X 300.000 Km = 279.936.000.000.000.000.000.000 Km. Ini Bukan Luasnya Langit, Tetapi Baru Garis Tengahnya Saja.

Yang Sedang Kita Hitung Inipun Masih Luas Langit Terdekat Saja. Belum Lagi Langit Lapis Ke Dua, Ke Tiga, Ke Empat, Ke Lima, Ke Enam, Dan Yang Ke Tujuh. Yang Kesemuanya Itu Jauh Lebih Besar Dibanding Langit Pertama.

Lalu Bisakah Kita Membayangkan Luas Surga? Bagaimana Dengan Keindahannya? Subhaanallah. Logika Ilmu Pengetahuan Mungkin Bakal Terhenti, Tinggal Logika Iman Yang Bisa Mengukurnya.

Rasulullah Pernah Bersabda Bahwa Di Surga Sebuah Pohon Akan Bisa Kita Lalui Dari Ujung Ranting Timur Ke Ujung Ranting Barat Sejauh 100 Tahun Perjalanan.

Satu Lagi, Bahwa Menurut Ilmu Pengetahuan, Ternyata Jagad Raya Ini Tidak Tetap, Tetapi Terus Mengembang Bertambah Lama Bertambah Besar Dan Tentu Juga Bertambah Luas. Menurut Penelitian Stephen Hawking Setiap Satu Milyar Tahun Jagad Raya Mengembang Sekitar Sepuluh Sampai Dengan Lima Belas Persen.

Surga Memang Luar Biasa Hebatnya. Luar Biasa Indahnya. Bahkan Kita Tidak Bisa Membayangkannya. Tetapi Yang Lebih Menarik Adalah ‘Pernyatan Sikap’ Para Sufi Dan Para Wali Allah, Yang Mengatakan Bahwa Mereka Tidak Terpesona Dengan Surga Yang Tidak Terbayangkan Keindahannya Itu. Sebab Mereka Lebih Terpesona Dan Lebih Cinta Kepada Pencipta Dan Pemilik Surga, Yaitu Allah Swt.

Artinya Keindahan Allah Swt, Kebesaran, Dan Kehebatannya, Sungguh Melebihi Surga Itu Sendiri. Subhaanallah. Cuma Kadang-Kadang Manusia 'Terperangkap' Dengan Keindahan Hadiahnya Dan Lupa Kepada Dzat Yang Maha Pemberi Hadiah.


Berapakah Kira-Kira Luas Neraka ?

Suatu Saat Abu Hurairah Ra, Mengatakan, Ketika Kami Bersama Rasulullah, Tiba-Tiba Terdengar Suara Yang Sangat Keras, Seperti Benda Yang Jatuh Menggelegar. Nabi Yang Mulia Mengatakan:
Tahukah Kamu Sekalian, Suara Apa Itu? Kami Menjawab: Hanya Allah Dan Rasulnya Sajalah Yang Lebih Mengetahuinya. Nabi Menjawab, Itu Tadi Adalah Suara Dari Sebuah Batu Yang Dijatuhkan Ke Dalam Jurang Neraka, Sejak Tujuh Puluh Tahun Yang Lalu, Baru Sampai Ke Dasarnya Ini Tadi...” (Hr. Muslim)

Benda Yang Jatuh, Secara Ilmu Fisika Bisa Dihitung Jaraknya. Berdasarkan Gravitasi Yang Berlaku. Jika Gravitasi Bumi Kita Ini Adalah 9,8 M / Detik, Maka Dengan Mudah Kita Bisa Menghitung Jarak Tempuh Batu Yang Jatuh Mengikuti Rums 1/2 Gt2. Jika Jatuhnya Ke Bumi Kita Sbb:
Jarak Tempuh Batu Selama 70 Tahun Adalah, 0,5 X [70x360x24x60x60] X [70x360x24x60x60] X 9,8 M = 23.228.686.172.160.000 M = 23.228.686.172.160 Km,
Bandingkan Garis Tengah Bumi Kita Hanya: 12.756 Km. Ini Berarti, Bahwa Neraka Memiliki Kedalaman: 23.228.686.172.160 Km /12.756 Km = 1.821.000.797.441,2 X Diameter Bumi Ini Jika Dipakai Gravitasi 'Bumi Kita'.

Artinya Bahwa, Jika Jurang Neraka Itu Diukur Berdasarkan Gravitasi Bumi Kita, Maka Neraka Memiliki Kedalaman = 1.821.000.797.441,2 Kali Garis Tengahnya Bumi. Atau Jika Kita Menggali Sebuah Sumur, Maka Sumur Itu Akan Mencapai Kedalaman Seperti Yang Kita Hitung Di Atas. Apabila Sumur Itu Menembus Bumi Berulang Kali, Sampai Sebanyak 1.821.000.797.441,2 Kali.

Dari Sini Saja Kita Sudah Sulit Membayangkan Betapa Dalamnya Jurang Neraka Seperti Yang Diinformasikan Oleh Rasulullah Saw Tadi. Jadi Jurang Neraka Itu Sedalam: 1.821.000.797.441,2 Kali 'Tebal'nya Bumi. Ah, Betapa Menggiriskan! Yang Baru Kita Illustrasikan Tadi Kedalaman Vertikal Neraka, Bagaimana Pula Lebar Horizontalnya. Semestinya Lebar Horizontal Lebih Luas Dari Vertikalnya, Ibarat Bumi Yang Memiliki Permukaan Lebih Luas Dibanding Ketinggian Atmosfir Bumi.

Tetapi Kedalaman Itu, 'Belum Seberapa, Sebab Nanti Di Yaumil Akhir, Bumi Kita Ini Akan Diganti Oleh Bumi Yang Lain. Sehingga Gravitasi Yang Dimaksud Tentu Bukan Gaya Gravitasi Bumi Kita Ini. Tetapi Gravitasi Bumi Baru, Yang Jauh Lebih Hebat Dan Lebih Dahsyat Kekuatan Daya Tariknya.
Ketika Bumi Ini Diganti Dengan Bumi Yang Lain, Begitu Pula Dengan Langitnya, Mereka Bermunculan Dari Kuburnya Masing-Masing Menghadap Kepada Allah Yang Maha Esa Dan Maha Perkasa”. (Qs. Ibrahim 14 : 48)

Jangankan Dipakai Ukuran Bumi Baru Yang Kita Belum Tahu Gravitasinya. Andaikata Dipakai Ukuran Gaya Tariknya Black Hole Saja, Yg Mempunyai Perbandingan 1 : 100 Trilyun (Perbandingan Ini Telah Dianalisis Pada Suatu Diskusi Ilmiah Yang Bejudul "Menikmati Keindahan Allah Melalui Logika Dan Tanda-Tanda”), Maka Kedalaman Neraka Menjadi Sangat Sangat Menggiriskan

Secara Matematis Kedalaman Itu Menjadi : 23.228.686.172.160 Km X 100.000.000.000.000 = 232.286.861.721.600.000.000.000.000 Km

Sebagai Gambaran, Bila 1 Trilyun Atau 1000 Milyar Manusia Sekalipun Dimasukkan Kedalam Neraka Sekaligus Maka Tiap Orangnya Masih Bisa Diberi Jatah Ruang Lebih Dari 200 Trilyun Kilometer Persegi .

Sehingga Kalau Seseorang Dimasukkan Ke Dalam Neraka, Jangan Harap Mudah Menemukan Teman ‘Senasib Dan Sependeritaan’, Apalagi Sampai Berbagi Duka Dan Saling Memberi Dorongan Agar ‘Tabah’.

Tulisan Ini Belum Lagi Membicarakan Dahsyatnya Suhu Neraka Serta Ragam Siksaan Dan Kualitas Siksaannya. Sebagai Gambaran Singkat Rasulullah Saw Pernah Berkata, Andaikata Dari Dalam Neraka Yang Dahsyat Itu Menerobos Keluar Apinya Meskipun Hanya Sebesar Lubang Jarum Saja, Maka Hancur Binasalah Bumi Kita. Tulisan Ini Juga Belum Menggambarkan Bahwa Di Neraka Tubuh Manusia Tidak Langsung Gosong Atau Meleleh Tapi Memuai Dahulu. Rasulullah Saw Pernah Berkata Bahwa Ada Gigi Seorang Kafir Yang Akan Menjadi Sebesar Gunung Uhud Di Neraka. Hadits Lain Meriwayatkan Bahwa Tebal Kulit Manusia Di Neraka Akan (Memuai) Hingga Setebal 3 Hari Perjalanan, Jauh Lebih Tebal Dibanding Kulit Sapi Yang Digoreng Dan Memuai Hingga Setebal Kerupuk Kulit. Inilah Mungkin Hikmah Kenapa Jatah Ruang Neraka Untuk Setiap Penghuninya Diberi Kapasitas Yang Sedemikian Luasnya.

Setelah Kita Membayangkan Keindahan Surga Yang Ternyata Tidak Bisa Dibayangkan Saking Dahsyatnya, Dan Setelah Kita Berhitung Matematis Tentang Kedalaman Neraka, Yang Ternyata Juga Tidak Bisa Kita Bayangkan Betapa Mengerikan Kedalaman Neraka Itu, Masihkah Kita Mau Menunda Amal Akhirat Kita Untuk Suatu Masalah Dunia Yang Ternyata Sangat Kecil Dan Tidak Abadi Ini.

Ya Allah, Berilah Kami Kebaikan Di Atas Dunia Ini, Dan Berilah Kami Kebaikan Di Akhirat Nanti, Hindarkanlah Kami Dari Siksamu Yang Amat Pedih...

(Sumber Tulisan Oleh : Dahlia Putri)


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Makna Ghibah (Gossip) dan Jenis-jenisnya


Dan janganlah sebagian kalian meng-ghibbah sebagian yang lainnya, sukakah kalian jika nanti (di hari Kiamat) memakan daging bangkai saudara kalian tersebut, pasti (saat itu kelak) kalian akan merasa sangat jijik…” (QS 49/12)

MAKNA GHIBAH

1. Secara Bahasa: Merupakan musytaq dari al-ghib, artinya lawan dari nampak, yaitu segala sesuatu yang tidak diketahui bagi manusia baik yang bersumber dari hati atau bukan dari hati. Maka ghibah menurut bahasa ialah: Membicarakan orang lain tanpa sepengetahuannya baik isi pembicaraan itu disenanginya ataupun tidak disenanginya, kebaikan maupun keburukan.

2. Secara Definisi: Seorang muslim membicarakan saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan maupun sindiran. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa nabi SAW pada suatu hari bersabda:

Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : ALLAH dan rasul-NYA yang lebih mengetahui. Maka kata nabi SAW: Engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah meng-ghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya. (HR Muslim/2589, Abu Daud 4874, Tirmidzi 1935)

BENTUK-BENTUK SERTA JENIS-JENIS GHIBAH

1. Aib dalam Agama. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu fasiq, atau fajir (suka berbuat dosa), pengkhianat, zhalim, melalaikan shalat, meremehkan terhadap najis, tidak bersih kalau bersuci, tidak memberikan zakat pada yang semestinya, suka meng-ghibah, dan sebagainya.

2. Aib Fisik. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu buta, tuli, bisu, lidahnya pelat/cadel, pendek, jangkung, hitam, gendut, ceking, dan sebagainya.

3. Aib Duniawi: Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu kurang ajar, suka meremehkan orang lain, tukang makan, tukang tidur, banyak omong, sering tidur bukan pada waktunya, duduk bukan pada tempatnya, dan sebagainya.

4. Aib Keluarganya. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu bapaknya fasik, Cina, tukang batu, dan lain-lain.

5. Aib Karakter. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Dia itu buruk akhlaqnya, sombong, pendiam, terburu-buru, lemah, lemah hatinya, sembrono, dan lain-lain.

6. Aib Pakaian. Kedodoran bajunya, kepanjangan, ketat, melewati mata kaki, kucel/dekil, dan sebagainya.

7. Ghibah dikalangan Ulama. Seperti kata-katamu pada sesama muslim: Bagaimana sih kabarnya? (dengan maksud meremehkan), semoga ALLAH memperbaikinya, semoga ALLAH mengampuninya, kita memohon ‘afiah dari ALLAH, semoga ALLAH memaafkan kita karena kurang rasa malu, dan sebagainya semua kata dan doa yang maksudnya mengecilkan kedudukan orang lain.

8. Prasangka Buruk Tanpa Alasan. Prasangka buruk merupakan ghibah hati.

9. Mendengar Ghibah. Tanpa mengingkari/menegur, dan tidak meninggalkan majlis tersebut.

HUKUM GHIBAH DALAM ISLAM

Ghibah hukumnya haram dalam syariat Islam berdasarkan ijma’ kaum muslimin karena dalil-dalil yang jelas dan tegas baik dalam kitab maupun sunnah, diantaranya:

1. Bersabda nabi SAW saat hajji wada’:

“Hari apakah ini?!” Jawab semua manusia yang hadir ketika itu: Hari Arafah ya rasuluLLAH.. Tanya nabi SAW lagi: “Di tanah apakah ini?!” Jawab manusia yang hadir: Di tanah haram ya rasuluLLAH… Tanya nabi SAW lagi: “Bulan apakah ini?!” Jawab manusia lagi: Bulan haram ya rasuluLLAH… Maka kata nabi SAW: “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, kehormatan-kehormatan kalian haram hukumnya atas kalian, sama seperti haramnya hari ini, di tanah ini dan di bulan ini !!! Apakah sudah aku sampaikan pada kalian?!” Maka jawab manusia yang hadir: Sudah wahai rasuluLLAH.. Maka kata nabi SAW lagi: “Ya ALLAH saksikanlah sudah aku sampaikan…” (HR Bukhari 1/145-146, Muslim 1679)

2. Bersabda nabi SAW:

“Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya sesama muslim, maka ALLAH SWT akan membelanya dari neraka kelak di hari Kiamat.” (HR Tirmidzi 1932, Ahmad 6/450)

3. Bersabda nabi SAW:

“Ketika aku dimi’rajkan aku melihat ada 1 kaum yang memiliki kuku-kuku panjang dari tembaga, sedang mencakari muka-muka dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku bertanya pada Jibril: Siapa mereka ini? Jawab Jibril: Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging manusia dengan merusak kehormatan mereka.” (HR Abu Daud 4878 dan Ahmad 3/224)

4. Nabi SAW berdiri untuk shalat, lalu beliau SAW bertanya:

“Dimana Malik bin Dukhsyum?” Maka ada yang menjawab: Ia sudah munafik wahai rasuluLLAH, tidak lagi mencintai ALLAH dan rasul-NYA. Maka jawab nabi SAW: “Jangan sekali-kali kamu berani berkata begitu! Tidakkah kamu lihat ia mengucapkan Lailaha ilaLLAH karena mengharap keridhaan-NYA?! Sungguh ALLAH SWT telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan La ilaha illaLLAH karena mengharapkan keridhaan-NYA.” (HR Bukhari 3/49-50, Muslim 1/455)

5. Bersabda nabi SAW:

“Muslim dengan muslim lainnya itu bersaudara, tidak boleh mengkhianati, mendustakan dan menghina. Setiap muslim dengan muslim lainnya haram kehormatan, harta dan darahnya. Taqwa itu disini! (sambil nabi SAW menunjuk pada dadanya) Cukup disebut seorang itu jahat jika ia mencaci saudaranya sesama muslim.” (HR Muslim 2564)

6. Bersabda nabi SAW pada Aisyah ra ketika Aisyah ra berkata tentang Shafiyyah ra:

Apakah cukup bagi anda Shafiyyah yang begitu? (maksudnya pendek badannya). Maka jawab nabi SAW: “Sungguh engkau sudah mengucapkan 1 kata yang seandainya dicampur dengan air lautan maka niscaya akan berubah lautan itu karenanya.” (HR abu Daud 4875, Tirmidzi 2504-2505, Ahmad 6/189).

Sehingga berkata Imam Nawawi rahimahuLLAH:

Diantara peringatan yang paling hebat tentang akibat ghibbah adalah hadits ini dan aku tidak pernah menemukan hadits yang lebih keras peringatannya tentang masalah ini selain hadits ini.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar

Lowongan Yang Dijamin Diterima


Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima !

LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :

A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka

UNTUK POSISI A DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :

Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.

Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia” (HR Muslim). Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah ‘merasakan’ ridha Allah dan kesempatan merasakan ‘wajah’ Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

UNTUK POSISI B DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI

Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega.

Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng). Rasulullah saw bersabda, “Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan” (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat” M(HR Muslim). Rasulullah saw bersabda, “Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan” (Abu Daud, Ibn Hanbal).

Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.

Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :

1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan ‘hidup’ dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.

SYARAT-SYARAT PELAMAR

- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi.

Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri.

WAKTU WAWANCARA :

Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda. Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur,maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal). Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu.

Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.

LOKASI DAN LAMA WAWANCARA

Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.

Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabannya).

PEWAWANCARA:

Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Mungkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian

WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :

1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?

Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya.


CARA MELAMAR:

Sekalilagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).

BENARKAH LOWONGAN INI ?

Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat.

Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan”
(HR Tirmidzi & Al-Bukhari)

Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.

MAU MELAMAR KE POSISI B ?

Mudah saja, hiduplah sesuka anda...


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Makna Islam Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta


Memahami Rahmat Islam

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21: 107). Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang benar.

Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk) ataupun tidak sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering memaknai ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, damai dan toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas. Sementara dibaliknya sebenarnya ada tujuan lain atau kebodohan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat yang tetap mengaku Islam.

Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan. Misalnya, untuk menjadikan sebuah kota menjadi aman diperlukan kerjakeras polisi dan aparat hukum untuk memberi pelajaran bagi pelanggar hukum. Jadi logikanya, agar tercipta kesejukan, kedamaian dan toleransi yang baik maka hukum Islam harus diupayakan dapat dijalankan secara kaffah. Sebaliknya, jangan dikatakan bahwa umat Islam harus bersifat sejuk, damai dan toleransi kepada pelanggar hukum dengan alasan Islam adalah agama rahmat.

Mencari Rahmat Islam

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS al-Baqarah: 208)

Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah, dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,” (QS al-‘Ankabuut: 69).

Bentuk-bentuk Rahmat Islam

Ketika seseorang telah mendapat petunjuk Allah, maka ia benar-benar mendapat rahmat dengan arti yang seluas-luasnya. Dalam tataran praktis, ia mempunyai banyak bentuk.

Pertama, manhaj (ajaran).

Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman, “Kami tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3). Di ayat lain, Dia berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…,” (QS Al-Maidah: 3).

Kedua, al-Qur'an.

Al-Qur'an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya. Begitu juga kesempatan untuk menemukan inovasi dalam hal sarana pelaksanaannya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi kehidupan, yang semuanya itu tidak boleh bertentangan dengan ushul atau pokok-pokok ajaran yang permanen. Dari sini bisa kita pahami bahwa al-Qur'an itu benar-benar sempurna dalam ajarannya. Tidak ada satu pun masalah dalam kehidupan ini kecuali al-Qur'an telah memberikan petunjuk dan solusi. Allah berfirman, “Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan,” (QS al-An’aam: 38). Dalam ayat lain berbunyi, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri,” (QS an-Nahl: 89).

Ketiga, penyempurna kehidupan manusia

Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia. “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” (QS al-A`raf: 32).

Islam memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, sedang manusia sering tidak mengetahuinya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

Keempat, jalan untuk kebaikan.

Rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi jalan / cara mencapai kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya kebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya. Padahal Allah SWT telah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS al-Baqarah: 286). Pada dasarnya, kewajiban tersebut hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,” (QS al-Isra’: 7).


Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat yang dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan itu adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Jihad melawan orang kafir yang zalim adalah rahmat, meskipun sekelompok manusia tidak suka jihad dan menganggapnya sebagai tindakan kekerasan atau terorisme. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

Hendaknya kita jujur dalam mengungkapkan sebuah istilah. Jangan sampai kita menggunakan ungkapan seperti sejuk, damai, toleransi, rahmat, dan sebagainya, kemudian dikaitkan dengan kata ‘Islam’. Sementara ada tujuan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri.

Wallahu a’lam bish shawab.


Niyaz Kahlil
Harapan dari Seorang Sahabat
 
;