Minggu, 03 Februari 2013 0 komentar

Al-Qur’an (Sumber Inspirasi Sains) – (Part 3)


Pertanyaan kritis lebih lanjut, semisal mengapa dipilih semut bukan nyamuk, kecoak, cacing, orong-orong atau hewan kecil lainnya dapat diajukan. Jawabnya juga sudah dikuak oleh para ilmuwan. Majalah Reader Diggest yang terbit di akhir dasawarsa 70-an pernah menguraikan panjang lebar keistimewaan semut dibanding hewann lainnya.

Pertama, komunitas semut mempunyai sistem atau struktur kemasyarakatan lengkap dengan pembagian tugasnya. Kedua, masyarakat semut mengenal sistem peperangan kolektif. Artinya kelompok semut tertentu yang dipimpin seekor ratu semut dapat berperang dengan komunitas semut yang dipimpin oleh ratu lainnya. Hewan lain umumnya bertarung individu-individu. Ketiga, semut mengenal sistem perbudakan. Telur sebagai harta benda utama dari pihak semut yang kalah perang akan dikuasai dan diangkut oleh pihak semut pemenang. Telur-telur ini akan dijaga sampai menetas dan bayi semut ini akan dijadikan budak-budak mereka yang menang. Keempat, semut mengenal sistem peternakan. Pada daun pohon jambu, mangga, rambutan atau lainnya kadang terdapat jamur putih lembut. Di sana ada hewan kecil berwarna putih yang menghasilkan cairan manis. Semut tahu hewan ini malas berpindah karena itu semut membantu memindahkannya ke tempat baru bila lahan di sekitar itu telah mulai tandus dan setelah semut memerah cairannya setiap perioda waktu tertentu. Sampai saat ini belum diketahui hewan lain yang mengenal sistem perbudakan dan peternakan. Kelima, semut mengenal sistem navigasi yang baik.

Itulah salah satu contoh bagaimana ayat al-Qur’an dapat dijadikan sumber ilmu pengetahuan dalam contoh ini biologi. Banyak ayat lainnya yang dapat dijadikan sumber informasi ilmu seperti fisika, kimia dan lainnya selain fiqih yang telah ditulis dalam ribuan buku. Persoalannya kini adalah perubahan orientasi seperti yang disinggung di depan, dari yang sekedar fiqih ke oriantasi ayat kauniyah yang melahirkan sains eksakta yang terbukti mampu menguasai dan mengendalikan peradaban dunia.

Tamat

Pekerja LaFTiFA (Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam) - ITS, mantan Vice-President of Saijo-Hiroshima Moslem Association.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang  Sahabat
0 komentar

Al-Qur’an (Sumber Inspirasi Sains) – (Part 2)


Kunci berikutnya sebagai pedoman praktisnya adalah tradisi membaca dan berfikir kritis sebagaimana surat yang pertama turun yaitu iqra’ bismirabbika alladi khalaq, khalaqal insana min ‘alaq. Kita harus membangun tradisi membaca ayat-ayat tertulis maupun ayat-ayat yang terhampar di jagad raya. Karena bangunan ilmu khususnya ilmu modern sudah didirikan sejak enam abad lalu, kita tak perlu lagi membangun ilmu dari nol dengan mengamati perilaku alam satu demi satu. Adalah cukup dengan menyimak secara seksama apa yang telah dilakukan oleh Copernicus, Kepler, Newton, Laplace, Gauss, Maxwell, Planck, Schrodinger, Feynman, Einstein, Hawking dan banyak lagi lainnya via artikel atau uraiannya dalam berbagai buku teks. Buku-buku yang memuat ilmu-ilmu yang telah dikembangkan para ilmuwan tersebut telah memenuhi perpustakaann besar di seluruh dunia. Ilmunya telah menjadi milik semua orang tanpa kecuali. Persoalannya, kita ingin memiliki dan menguasainya atau tidak. Atau sebaliknya, kita justru ingin dikuasainya?

Setelah menguasai dan mengenali pondasi bangunan ilmu tersebut, kita mungkin melihat adanya bagian-bagian yang perlu ditata ulang dan menjadikan al-Qur’an sebagai sumber inspirasinya. Sebagai contoh, dalam tataran epistemologi, ilmu modern telah menolak memasukkan wahyu sebagai sumber ilmu. Di sinilah kita dapat menyodorkan wahyu sebagai salah satu sumber perolehan ilmu.

Ada contoh yang sangat menarik di dalam kitab suci berkaitan dengan ide wahyu sebagai sumber irformasi ilmu di atas. Ada dua hewan kecil yang diabadikan menjadi nama surat sekaligus kandungan ayatnya di dalam al-Qur’an. Hewan tersebut adalah lebah dan semut Lebah atau an-Nahl menjadi nama surat ke-16 sedangkan semut (an-Naml) surat ke-27.

Keduanya dapat dijadikan starting point dalam riset biologi khususnya zoologi. Keistimewaan lebah cukup jelas diuraikan di dalam surat an-Nahl ayat 68-69.

Pertama, Allah memberi wahyu kepada lebah agar membangun rumah-rumah mereka di gunung- gunung dan pepohonan dan makan buah-buahan. Kedua, Allah menginformasikan bahwa dari perut lebah keluar cairan yang dapat diminum dan berfungsi sebagai obat. Dari ayat-ayat ini rahasia kelebihan dan keutamaan lebah relatif jelas dan mudah difahami. Tetapi Allah menggunakan pendekatan lain ketika memaparkan keistimewaan semut.

Allah tidak menggunakan pendekatan apa adanya seperti kasus lebah melainkan menggunakan pendekatan keindahan atau kekuatan bahasa Arab. Di dalam kasus lebah, an-nahl menjadi nama surat sekaligus kata yang digunakan di ayat 68. Pengualangan kata ini juga terjadi tetapi dalam pola yang berbeda dalam kasus semut. An-naml menjadi nama surat dan bagian dari frasa di dalam ayat 18 yakni waadin namli, lembah semut.

Tetapi lanjutan ayat ini menggunakan istilah yang berbeda untuk semut yakni an-namlatu bukan an-namlu. Kata an-namlatu berasal dari an-namlu dan mendapat tambahan huruf ta’ marbutoh (ta’ bulat). Lanjutan ayat ini kembali menggunakan an-namlu sehingga bila kita bariskan dari nama surat kemudian tiga kata semut di ayat 18 ini adalah an-namlu, an-namlu, an-namlatu, an-namlu. Sedangkan untuk lebah, an-nahlu dan an-nahlu bukan an-nahlu dan an-nahlatu. Apa artinya ini?

Ayat lain menyatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan (QS 44:38-39) dan ukuran tertentu (QS 25:2). Dengan demikian pemilihan kata an-namlu, an-namlu, an-namlatu, an-namlu juga mempunyai tujuan. Tetapi tujuan apa? Kaidah bahasa Arab mengatakan bahwa ta’ marbutoh adalah tanda isim muannats, kata benda feminin atau kata benda berjenis perempuan. Penerapan kaidah ini menghasilkan terjemahan “…telah berkata seekor semut betina …” yang belum pernah penulis temukan dalam Al-Qur’an terjemahan bahasa Indonesia. Semua hanya menerjemahkan dengan “…telah berkata seekor semut …” tanpa tambahan kata betina.

Penerjemahan semut betina bagi an-namlatu memberi implikasi lebih lanjut yaitu bila kita perhatikan kalimat lanjutannya yang berupa kalimat perintah (fi’il amr). Singkatnya sang semut betina dalam keadaan sedang memberi instruksi kepada semut (jantan) yang berjumlah banyak. Bila kasus ini kita personifikasi sejenak maka dapat dengan mudah disimpulkan bahwa sang semut betina yang memberi instruksi tidak lain adalah pimpinan komunitas semut. Artinya, menurut kaidah bahasa dan personifikasi, pimpinan semut adalah ratu, ratu semut. Karena kesimpulan ini berasal dari interpretasi bukan informasi langsung yakni kata al-malikatu (ratu) dalam ayat maka sementara kita ambil sebagai hipotesis yang harus dibuktikan oleh penelitian lapangan.

Riset yang dilakukan oleh para biolog (Barat) memang membuktikan bahwa pimpinan semut adalah ratu semut. Artinya, interpretasi linguistik dan personifikasi di atas absah dan terbukti benar. Tetapi yang menjadi perhatian utama dalam pembahasan di sini adalah bagaimana ayat kitab suci diolah dan dijadikan hipotesis suatu riset ilmiah yang pada akhirnya melahirkan sebuah teori yang indah dan komprehensif.

Bersambung …


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Al-Qur’an (Sumber Inspirasi Sains) – (Part 1)


“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasann mengenai petunjuk itu dan pembeda …”(QS 2:185)

Al-Qur’an bersama sunnah rasul saw merupakan dua pegangan utama ummat Islam dalam mengarungi hidup di masa dan pasca kehidupan rasul saw. Mengingat fungsinya yang demikian maka banyak karya tulis dibuat dalam rangka mempertahankan spirit dan inti pesan agar tidak keluar konteks tetapi tetap sesuai dengan situasi ruang-waktu.

Berdasarkan kenyataan itu pula, kita perlu menguji pemahaman kita selama ini atas pesan-pesan keduanya. Kini, kita hidup di era cyber, era TI, di era teknologi skala nano (sepermilyar meter). Bahkan mungkin juga era angkasa luar setelah negeri dengan penduduk terpadat di dunia yang konon tidak terlalu kaya berhasil meneguhkan dirinya menjadi negara ketiga yang berhasil meluncurkan manusia ke ruang angkasa. Negeri itu adalah Cina yang kita kenal dengan pesan “utlubil ilma walau bissin”. Cina mampu meluncurkan pesawat ruang angkasa Shenzhou 5 berawak satu yakni Yang Liwei yang berusia 38 tahun. Singkatnya, era ilmu pengetahuan yang bertumpu pada keruntutan berfikir yang secara teologis lebih condong pada teologi Mu’tazilah yang selama ini justru kita jauhi.

Bagaimana pesan al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan? Apa makna petunjuk dan pembeda dalam konteks bangunan ilmu pengetahuan? Syekh Jauhari Thonthowi guru besar universitas Kairo penulis kitab tafsir al-Jawahir membuka tafsirnya dengan mengungkap fakta sekaligus menggugat ulama islam. Di dalam al-Qur’an hanya terdapat sekitar 150 ayat hukum sementara ayat kauniyah lima kali lipatnya, yakni sekitar 750 ayat. Ulama islam telah mengerahkan sebagian besar waktu dan tenaganya untuk menulis ribuan kitab fikih tetapi nyaris tidak satu pun buku tentang alam ditulis.

Jelas, selama ini kita terlalu berorientasi pada fiqih meskipun dalam praktek kesehariannya amalan fiqih kita sangat amburadul. Kita perlu menyeimbangkan orientasi dalam memahami dan menangkap pesan kitab suci dan sunnah rasul saw. Syair-syair semisal al-fiqhu anfusu syaiin, fiqih adalah segalaanya atau fiqih adalah ilmu yang paling berharga; idza maa’ tazza dzu ilmin bi ilmin fa ilmul fiqhi aula bi’ tizaazin, bila orang berilmu mulia lantaran ilmunya maka ilmu fiqih membuatnya lebih mulia, perlu didekontruksi maknanya. Kita kini berada di dalam kurun interdepedensi, saling kebergantungan satu dengan yang lain tanpa harus merasa yang satu lebih dari yang lain, tak terkecuali ilmu fiqih.

Kembali ke pertanyaan bagaimana pesan al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan. Jawabnya sangat jelas, Allah akan meninggikan derajat orang beriman di antara kalian dan berilmu (QS 58:11). Ringkasnya, kata kunci bagi kebangkitan islam yang didengung-dengungkan sejak memasuki abad 15 hijriyah adalah iman dan ilmu. Tentu, yang dimaksud ilmu di sini termasuk juga ilmu material seperti matematika, fisika, kimia, biologi, komputer dan berbagai terapannya. Tanpa ilmu material ini kekuatan kita tidaklah maksimal dan tidak akan mampu menembus bumi seperti yang dilakukan Jepang dalam membangun laboratorium Super Kamiokande, pendeteksi neutrino, di kedalaman satu kilometer di bawah permukaan bumi. Kita juga tak bakal mampu menembus langit seperti yang dilakukan oleh para astronot Rusia, Amerika dan Cina meskipun kita telah hafal di luar kepala teks al-Qur’an surat ar-Rahman ayat 33. Kekuatan kita tidak maksimal sebab sulit disangkal bahwa knowledge is power.

Bersambung ….


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Kisah 4 Lilin Kehidupan


Ada 4 lilin yang menyala. Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata:
“Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku, maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”. Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata:
“Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:
”Aku adalah Cinta. Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”

Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:

“Eh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
"Jangan takut, janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya. Akulah H A R A P A N

Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya. Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!

Semuanya bisa saja lenyap, namun jangan sampai pengharapanmu kepada Tuhan ikut lenyap, sebab hanya itulah senjata terakhir yang akan memampukanmu untuk bangkit dan meraih kembali apa yang telah hilang..!


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Kisah Empat Pendekar Sakti


Beberapa waktu lalu saya menghadiri sebuah program pelatihan. Dalam pelatihan itu para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekan apa yang biasa kita sebut dengan 'mind power'. Secara teoritis, orang-orang yang dapat menggunakan mind power dalam pelatihan itu akan mampu untuk melakukan tiga tantangan yang tampaknya tak gampang. Tantangan pertama menjatuhkan bola lampu dari ketinggian tertentu menimpa keramik yang biasa digunakan sebagai lantai rumah. Tetapi yang pecah keramiknya, bukan bola lampunya. Tantangan kedua, tingkat kesulitannya lebih tinggi karena harus mematahkan sebatang besi dengan menggunakan kertas koran. Dan, yang lebih sulit dari itu adalah mematahkan sebatang pensil dengan menggunakan kertas HVS. Anda percaya semua itu bisa dilakukan? Mind power bisa membantu menyelesaikannya.Ketika orang-orang mencoba semua tantangan itu, saya teringat sebuah kisah klasik tentang seorang sakti dengan ketiga muridnya. Saat kesaktian para muridnya sudah sangat tinggi, sang guru tahu bahwa dia harus segera pergi. Untuk itu dia harus mempercayakan perguruannya kepada penerusnya. Setelah itu, Sang Guru akan memasuki tahap akhir dari misi hidupnya, yaitu; pergi melanglangbuana. Pertanyaannya adalah; kepada siapa dia harus memberikan kepercayaan itu? Ketiga muridnya sama-sama sakti. Sama-sama baik. Dan sama-sama hebat. Akhirnya, Sang guru memutuskan untuk memberikan tiga jenis ujian.

Ujian pertama menjatuhkan sebutir telur dari puncak tebing menimpa batu cadas, namun telur itu tidak pecah. Ini tugas yang paling gampang. Kedua, mengosongkan air di telaga dengan menggunakan jari telunjuk. Tentu yang ini agak sulit. Dan yang ketiga, membuat ukiran hati masing-masing pada lempengan besi hanya dengan menggunakan tatapan mata. Pastilah tantangan ketiga ini yang paling sulit dilakukan. Sedangkan untuk meneyelesaikan semua tantangan itu, mereka hanya diberi waktu selama tiga hari. Barangsiapa bisa menyelesaikan ujian itu; maka dia mendapatkan warisan perguruan beserta seluruh aset yang ada didalamnya.

Dihari yang ditentukan, para murid menghadap Sang Guru. Lalu Sang Guru memberi kesempatan kepada murid pertama untuk menunjukkan semua yang sudah dilakukannya. Dia membawa telur ayam itu dalam keadaan utuh, sedangkan batu cadas yang tertimpa hancur berantakan. Pastilah dia memiliki ilmu gingkang yang sangat tinggi sehingga bisa dipindahkan kepada sebutir telur. Lalu, dia menunjukkan telaga yang kering kerontang. Tak setetes pun air yang masih tersisa didalamnya. Membuktikan bahwa dia bisa melakukan pekerjaan besar hanya dengan menggunakan telunjuknya. Kemudian, dia menyerahkan sebongkah besi baja yang berukir hati dengan ukuran yang sangat besar. Ini membuktikan bahwa tatapan matanya begitu kuat sehingga baja sekalipun tunduk kepadanya.

Sang Guru kemudian berkata; "Muridku, ukuran hati kamu begitu besarnya. Mengapa bisa demikian?" "Guru," sang murid sakti menjawab, "saya memiliki kebesaran hati untuk menjalani segala sesuatu dalam hidup ini." lanjutnya. "Saya tidak gentar menghadapi apapun. Karena saya yakin bahwa saya bisa menyelesaikan segala sesuatu dengan baik." Dia menjelaskan dengan semangat yang berapi-api. Sangat terasa aura kebesaran hati yang dipancarkannya.

Murid kedua mendapatkan gilirannya. Dia menunjukkan semua bukti kesaktiannya, seperti murid pertama. Namun, ukiran hati dalam lempengan besi itu ukurannya sangat kecil sekali, hingga nyaris tidak kelihatan. Sang guru bertanya;"Muridku, aku lihat ukuran hati kamu sebegitu kecilnya. Mengapa bisa demikian?"

"Guru," jawab sang murid sakti, "ciut hati saya jika harus melakukan suatu keburukan. Saya sangat takut kalau harus melakukan hal-hal yang melanggar norma dan etika." Lanjutnya. "Saya tidak memiliki cukup keberanian untuk mempertaruhkan kehormatan." Dia menjelaskan dengan mata berkaca-kaca. Sangat terasa aura kerendahan hati yang dipancarkannya.

Lalu, tibalah giliran murid ketiga. Dia membawa telur utuh, dan batu karang yang hancur lebur. Dia juga menunjukkan lempengan baja yang berlubang membentuk hati. Namun, ketika ditanya tentang telaga, sang murid menjawab; "maaf guru, saya tidak mengosongkan telaga itu," katanya. "Mengapa?" begitu Sang Guru bertanya.

Sang Murid mengatakan bahwa setelah berhasil menyelesaikan tugas paling mudah – menjatuhkan telur diatas batu cadas – dia berpikir untuk langsung menyelesaikan tugas yang paling sulit, yaitu; mengukir hati pada lempengan besi hanya dengan menggunakan tatapan mata. Sebab, jika tugas paling mudah dan paling sulit bisa dituntaskan, pasti tugas yang sedang-sedang saja bisa terselesaikan. "Tetapi," kata Sang Guru, "Kamu tetap harus membuktikannya terlebih dahulu."

"Benar, Guru," jawab sang murid. "Semula saya berpikir untuk mengeringkan telaga itu. Tetapi," lanjutnya. "Setelah membuat lubang tembus pandang berupa hati dibesi itu; seolah saya bisa memasukinya, dan tiba-tiba saja saya merasakan hati saya berbicara." katanya.

"Apa yang dikatakan oleh hatimu?" tanya Sang Guru. Sang murid menceritakan bahwa ukiran hati pada baja itu berkata; "Setelah ujian paling sulit kamu taklukan, pastilah kamu bisa menyelesaikan ujian yang lebih mudah. Tetapi, jika kamu menyelesaikan ketiga ujian itu, maka kamu berubah menjadi sombong," katanya. "Saya tidak ingin hati ini berubah menjadi sombong," lanjutnya. "Jadi, saya memutuskan untuk tidak mengeringkan telaga itu."

"Aku mengerti," kata Sang Guru. "Namun, tahukah kamu bahwa tidak melakukannya berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan warisan perguruan?" Sang murid mengangguk. Dia menerima konsekuensi atas keputusannya. "Bukankah kamu tahu bahwa mewarisi perguruan ini merupakan dambaan semua orang?" Sang Guru meyakinkan. Sang murid kembali mengangguk. "Bukankah dengan mewarisi perguruanku, kamu akan mempunyai kedudukan tinggi dan dihormati?" Lanjut Sang Guru. Sang murid tetap pada keputusannya; melepaskan kesempatan memiliki perguruan itu.

Lalu, Sang Guru membagi dua perguruan itu. Setengahnya diberikan kepada muridnya yang memiliki ukuran hati besar. Diperguruan itu, kemudian dia mengajarkan tentang optimisme, semangat pantang menyerah, dan kebesaran hati. Setengahnya lagi diberikan kepada muridnya yang mempunyai ukuran hati sangat kecil. Diperguruan itu, kemudian dia mengajarkan tentang menjaga kehormatan, menjauhi keburukan, dan memupuk kerendahan hati. Itulah sebabnya, mengapa sangat mudah bagi kita untuk menemukan guru yang mengajarkan tentang kebesaran hati. Juga mudah untuk menemukan guru yang mengajarkan tentang kerendahan hati. Dari kedua perguruan itu, orang-orang kemudian belajar berjiwa besar dan menjaga kesucian diri. Lalu menggabungkan kedua sikap itu untuk menjadikan dirinya; manusia berkemampuan tinggi yang memiliki budi pekerti.

Muridnya yang ketiga? Dia tidak mendapatkan sedikitpun dari warisan perguruan. Sebab, setiap orang harus menerima konsekuensi atas tindakan dan keputusan yang diambilnya. Namun, dari semua yang sudah dilakukannya, dia mendapatkan hadiah lain; Sang Guru membawanya pergi melanglangbuana. Itulah sebabnya, guru yang membimbing kita cara membaca isyarat hati; tidak selalu mudah dicari. Karena, guru seperti itu jarang menetap. Mereka melanglangbuana. Menjelajah hidup. Dan tak terikat ruang dan waktu. Namun, ketika hendak pergi, Sang Guru berkata kepada kedua murid pewaris perguruannya; "Meskipun tak kelihatan, namun kami tetap berada didalam hatimu." Katanya. "Jika kalian ingin menemui kami, maka kalian tahu dimana harus mencari...." Lalu, kedua orang sakti itu memudar. Menyatu dengan udara. Kemudian terbang bersama angin. Mereka pergi melanglangbuana. ....

Penulis : Dadang Kadarusman

Catatan Kaki :
Hati itu seperti prasasti. Hanya berguna bagi mereka yang bersedia membaca isyarat, dan menerima nasib.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Leader Insight - Trial and Error In Leadership


Trial and error itu artinya kira-kira adalah ‘mencoba dan salah’. Setelah melakukan kesalahan itu lalu apa? Harapannya, kita bisa belajar dari kesalahan yang sudah kita lakukan dan kelak bisa melakukannya lebih baik lagi tanpa mengulang kesalahan yang sama. Dalam beberapa situasi, prinsip trial and error itu bisa dilakukan dengan hasil yang cukup memuaskan. Misalnya, dalam konteks R&D. Ilmuwan mencoba ini dan itu, memperbaikinya, kemudian menghasilkan produk atau temuan yang memenuhi harapan.

Tetapi, ternyata bahkan ilmuwan yang memang pekerjaannya ‘melakukan’ trial and error itu pun tidak sembarangan melakukannya. Sebelum melakukan trial and error itu, mereka terlebih dahulu dibekali dengan ilmu yang memadai.

Dengan demikian, tiral and error yang mereka lakukan dilandasi dengan pengetahuan, dan pemahaman yang tinggi terhadap subyek yang sedang ditelitinya. Dengan kata lain, trial end error yang ‘bener’ itu mesti dibentengi oleh ilmu. Jika tidak, maka trial and error itu akan benar-benar error hingga menimbulkan kerugian yang mungkin fatal.

Didalam  kepemimpinan, prinsip trial and error lazim sekali dilakukan. Khususnya oleh para pemimpin yang baru di promosi. Misalnya, staff yang diangkat menjadi supervisor atau manager. Pola yang jelas sekali terlihat adalah seperti ini: staff yang bagus – naik level menjadi leader – lalu mereka menjalankan tugas kepemimpinannya tanpa bekal ilmu memimpin yang memadai. Mengapa tidak memadai? Antara lain karena perusahaan tidak membekali mereka dengan training kepemimpinan  yang memadai sebelum mereka menjalankan tugasnya masing-masing.

Banyak perusahaan yang percaya – secara keliru – bahwa seorang staff yang bagus kalau diangkat jadi manager atau group leader akan bisa belajar memimpin manusia secara trial and error. Sehingga mereka mengira bahwa selembar kertas pengangkatan bisa menjadi bekal memadai bagi mereka untuk menjadi pemimpin yang handal. Faktanya, banyak leader baru yang justru frustrasi karena bingung mesti melakukan apa ketika menghadapi anak buahnya. Lalu pemimpin senior bilang; “Bagus. Kalau kamu sudah frustrasi, berarti kamu belajar sesuatu.” Betapa klise-nya, bukan?

Ingatlah para ilmuwan yang terlebih dahulu memiliki ilmu sebelum melakukan percobaan. Mestinya, leader yang baru pun demikian. Mereka mesti memiliki ilmu yang memadai – minimum required knowledge – agar bisa melakukan trial and error secara efektif. Jika tidak, sama seperti ilmuwan yang bisa mengalami kecelakaan dalam melakukan uji cobanya; pemimpin baru tanpa bekal ilmu pun bisa sangat membahayakannya.

Mungkin bahaya trial memimpin tanpa ilmu itu tidak berupa ledakan di laboratorium. Atau residu beracun dalam suatu produk. Tapi, tidak berarti lebih rendah kadar bahayanya. Sebab, efek samping berbahaya memimpin tanpa ilmu itu munculnya justru tidak dalam bentuk yang langsung kelihatan seperti itu. Melainkan berupa kebiasaan yang tanpa terasa mempengaruhi perilaku leader dan orang-orang yang dipimpinnya. Resiko ini akan semakin bertambah tidak kelihatan lagi ketika fokus perusahaan dalam penilaian kinerja leader itu terletak kepada ukuran berupa angka-angka. Jika salesnya masuk terus, misalnya; maka leader itu dianggap bagus. Jika tidak ada gejolak, leader itu juga dianggap bagus.

Faktanya, sales bisa dicapai degan berbagai cara. Dan tidak ada gejolak bisa saja sebenarnya merupakan efek dari ketidak pedulian orang sehingga mereka memasabodohkan keberadaan atasannya. Jika managemen ‘puas’ pada ukuran yang mungkin semu itu, maka leader yang bersangkutan merasa bahwa cara memimpinnya sudah tepat. Walhasil, cara memimpin itulah yang kemudian menjadi karakter yang mendarah daging disepanjang karir kepemimpinannya.

Ilmuwan dan pemimpin yang melakukan percobaan tanpa ilmu bisa sama menimbulkan resiko merugikannya. Bedanya, belum tentu resiko buruk itu bisa langsung kelihatan. Khususnya, jika pola memimpin itu keliru namun tertutupi oleh ukuran angka-angka. Diatas kertas bagus, namun didalamnya ternyata keropos. Maka agar resiko itu bisa diminimalisir dengan baik, para ilmuwan belajar ilmunya terlebih dahulu sebelum melakukan trial and error yang penting. Begitu pula seharusnya para leader. Mereka perlu mempelajari ilmu memimpin yang memadai, sebelum melakukan percobaan lebih jauh dalam mengelola orang-orang yang dipimpinnya.

Penulis : DEKA – Dadang Kadarusman

Catatan Kaki:
Bagaimanapun juga, melakukan sesuatu dengan dukungan ilmu jauh lebih baik daripada melakukannya sekedar trial and error saja.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Pain And Pleasure


Saat membuka seminar, saya selalu bertanya kepada peserta, "Bila anak kecil dan orang dewasa sama-sama belajar, siapa yang akan belajar lebih cepat? Anak-anak atau orang dewasa?". Mereka menjawab serentak, "Anak kecil!!"

"Betul sekali anak kecil akan belajar lebih cepat. Kenapa?", tanya saya lagi. "Soalnya otak mereka masih kosong. Kalau otak kami kan sudah penuh", jawab mereka.

"Sebenarnya bukan karena itu. Sebenarnya otak manusia tidak bisa penuh. Faktanya bila kita setiap detik kita belajar 1 hal baru, otak kita baru akan penuh 30 juta tahun lagi. Siapa di antara anda yang pernah dengar pribahasa 'Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'?", tanya saya.

Semua peserta mengangkat tangannya. Saya lalu menjawab, "Itulah mengapa sebagian besar dari anda sulit untuk sukses. Sulit untuk menjadi juara. Sebab anda berikir biarlah saya sengsara dulu belajar sekarang".

Sebenarnya manusia itu dari ujung kaki sampai ujung rambut hanya punya 2 naluri dasar, "Pain and Pleasure", yaitu "Cari Nikmat" dan "Menghindari Sengsara". Mana yang lebih kuat, 'cari nikmat' atau 'menghindari sengsara'?

Jawabannya adalah 'menghindari sengsara'. Manusia tidak suka dengan sengsara, tidak tahan dengan sengsara. Itulah sebabnya saat kita belajar, kita sulit menjadi juara. Sebab "belajar = sengsara". Belajar kita kaitkan dengan keharusan, dengan kebingungan, dengan tidak bisa bermain, dengan melewatkan sinetron. Kita jadi tidak suka dengan belajar.

Namun bila kita balik saat dulu sekolah, kebanyakan dari kita punya guru favorit. Saat guru tersebut masuk ke kelas, kita bisa belajar dengan lebih baik. Kita mengerti!!! Pelajarannya dengan gampang masuk ke otak kita. Nilai kitapun bagus Kenapa? Karena kita merasa senang belajar dengan guru itu. "Belajar = happy".

Sebenarnya pain dan pleasure ini begitu simpel.

Anak saya yang kecil, "Shine", tidak suka gosok gigi. Namun susternya terus saja mencoba, menariknya, sampai dia menangis. Dia tidak suka gosok gigi, sebab gosok gigi = sengsara. Shine suka dengan Mickey Mouse. Maka saat dia mendapatkan sikat gigi berbentuk Mickey Mouse, dia mulai mau sikat gigi. Sikat gigi = Mickey Mouse = Happy!

Maka resepnya simpel. Sangat simpel namun SANGAT PENTING! Apapun yang perlu anda kerjakan, kaitkanlah dengan 'pleasure' atau 'rasa bahagia'. Karyawan anda tidak punya semangat bekerja? Apakah tempat kerja anda menyenangkan atau malah jadi ajang 'pembataian'?
Bila anda mau mengubah tempat kerja anda menjadi tempat yang menyenangkan, pastikan itu menyenangkan bagi karyawan, bukan hanya menyenangkan bagi anda.

Anak anda tidak suka belajar? Buatlah belajar menjadi hal yang menyenangkan. Penuh dengan tawa senang, tepuk tangan, aliran energi hangat. Maka belajar akan jadi terasa gampang.

Penulis : Hendrick Ronald


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Mengapa Mereka Dicaci dan Dikagumi


MENJADI besar tanpa penderitaan sekaligus cacian orang, itulah kemauan banyak sekali anak muda. Dan kalau memang kehidupan seperti itu ada, tentu ada terlalu banyak manusia yang juga menginginkannya. Sayangnya wajah kehidupan seperti ini tidak pernah ada. Sehingga jadilah cita-cita menjadi besar tanpa penderitaan hanya sebagai khayalan manusia malas yang tidak pernah mencoba.

Ini serupa dengan khayalan seorang sahabat Amerika yang bertanya: kenapa Yesus tidak lahir di Amerika di abad ke-21 ini? Rekan lainnya sesama Amerika menimpali sambil bercanda: memangnya ada wanita Amerika yang masih perawan? Namanya juga canda, tentu tidak disarankan untuk memikirkannya terlalu serius. Apalagi tersinggung.

Namun bercanda atau tidak, serius atau sangat serius, kisah-kisah manusia kuat dan terhormat hampir semuanya berisi kisah-kisah penuh cacian sekaligus penderitaan. Sebutlah deretan nama-nama mengagumkan seperti Nelson Mandela, Mahatma Gandhi sampai dengan Dalai Lama. Semuanya dibikin kuat sekaligus terhormat oleh penderitaan.

Mandela menjadi kuat dan terhormat karena puluhan tahun dipenjara, disakiti serta diasingkan. Sekarang, ia tidak saja dihormati dan disegani namun juga menjadi modal demokrasi yang mengagumkan bagi Afrika Selatan. Gandhi besar dan menjulang karena terketuk amat dalam hatinya oleh kesedihan akibat diskriminasi dan penjajahan. Dan yang lebih mengagumkan, tatkala perjuangannya berhasil, ia menolak memetik buah kekuasaan dari hasil perjuangannya yang panjang, lama sekaligus mengancam nyawa.

Dalai Lama apa lagi. Di umur belasan tahun kehilangan kebebasan. Menginjak umur dua puluhan tahun kehilangan negara. Dan sampai sekarang sudah hidup di pengungsian selama tidak kurang dari empat puluh lima tahun. Setiap hari menerima surat sekaligus beritamenyedihkan tentang Tibet. Lebih dari itu, negaranya Tibet sampai sekarang kehilangan banyak sekali hal akibat masuknya pemerintah Cina.

Namun sebagaimana sudah dicatat rapi oleh sejarah, daftar-daftar kesedihan Dalai Lama ini sudah berbuah teramat banyak. Menerima hadiah nobel perdamaian di tahun 1989. Setiap kali berkunjung ke negara-negara maju disambut lebih meriah dari penyanyi rock yang terkenal. Karya-karyanya mengubah kehidupan demikian banyak orang. Sampai dengan julukan banyak sekali pengagumnya yang menyimpulkan kalau Dalai Lama hanyalah seorang living Buddha.

Hal serupa juga terjadi dengan tokoh wanita mengagumkan bernama Evita Peron. Belum berumur sepuluh tahun keluarganya berantakan karena ayahnya meninggal. Kemudian menyambung kehidupan dengan cara menjadi pembantu rumah tangga. Bosan jadi pembantu kemudian menjadi penyanyi bar. Dan bahkan sempat diisukan miring dalam dunia serba gemerlap ini. Pernikahannya dengan Juan Peron tidak mengakhiri penderitaan, malah menambah panjangnya aliran sungai air mata. Namun kehidupan Evita Peron demikian bercahaya. Tidak saja di Argentina ia bercahaya, di dunia ia juga bercahaya.

Salah satu guru meditasi mengagumkan di Amerika bernama Pema Chodron. Tidak saja bahasanya sederhana, pengungkapan idenya juga mendalam. Namun kekaguman seperti ini juga berawal dari kesedihan mendalam. Sebagaimana yang ia tuturkan dalam When Things Fall Apart, perjalanan kejernihan Pema Chodron mulai dengan sebuah kesedihan yang tidak terduga: suaminya mengaku jatuh cinta pada wanita lain dan minta segera cerai. Bagi seorang wanita setia, tentu saja ini seperti petir di siang bolong. Namun betapa menyakitkan pun beritanya, hidup harus tetap berjalan.

Dari sinilah ia belajar meditasi dari Chogyam Trungpa. Dan ini juga yang membukakan pintu kehidupan yang mengagumkan belakangan. Sehingga di salah satu bagian buku tadi, Chodron secara jujur mengungkapkan kalau mantan suaminya yang di awal seperti mencampakkan hidupnya, ternyata seorang pembuka pintu kehidupan yang mengagumkan.

Cerita Thich Nhat Hanh lain lagi. Tokoh perdamaian asli Vietnam ini mengalami banyak sekali pengalaman getir ketika perang Vietnam. Kalau soal hampir mati, atau hampir diterjang peluru panas sudah biasa. Namun tatkala membawa misi perdamaian ke Amerika, ternyata pemerintah Vietnam melarangnya kembali ke Vietnam. Dan sejak puluhan tahun yang lalu Thich Nhat Hanh bermukim di Prancis. Dan penderitaan serta kesedihan-kesedihan yang mendalam ini juga yang membuat nama Hanh demikian dikenal dan menjulang. Pernah dinominasikan sebagai pemenang hadiah Nobel perdamaian, dihormati di banyak sekali negara, dan karya-karyanya lebih dari sekadar mengagumkan.

Daftar panjang tokoh-tokoh kuat sekaligus terhormat, yang dibuat besar oleh penderitaan dan cacian orang masih bisa diperpanjang. Namun semua ini sedang membukakan pintu kehidupan yang amat berguna: penderitaan dan cacian orang ternyata sejenis vitamin jiwa yang membuatnya jadi menyala. Ini mirip sekali dengan judul sebuah buku indah yang berbunyi: Pain, the Gift that Nobody Want. Rasa sakit, penderitaan, cacian orang hampir semua manusia tidak menghendakinya. Tidak saja lari jauh-jauh, bahkan sebagian lebih doa manusia memohon agar dijauhkan dari penderitaan, cacian sekaligus rasa sakit. Namun daftar panjang kisah manusia seperti Dalai Lama, Pema Chodron sampai dengan Thich Nhat Hanh ternyata bertutur berbeda. Hanya manusia-manusia yang penuh kesabaran dan ketabahan untuk tersenyum di tengah cacian dan penderitaan, kemudian jiwanya menyala menerangi kehidupan banyak sekali orang.

Ternyata, penderitaan dan cacian orang di tangan manusia-manusia sabar dan tabah bisa menjadi bahan-bahan yang memproduksi kekaguman orang kemudian. Persoalannya kemudian, di tengah-tengah sebagian lebih wajah kehidupan yang serba instant, punyakah kita cukup banyak kesabaran dan ketabahan?

Penulis : Gede Prama


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Cara Coca Cola Membaca Peluang


Tibalah saatnya Roberto Goizueta mengambil alih tampuk kepemimpinan Coca-Cola sebagai penerus si jenius Robert Woodruff. Sebagai CEO, Goizueta mewarisi perusahaan yang amat besar dengan jangkauan dunia mulai dari Patagonia hingga Portugal, dari Kolombia hingga Kathmandu. Saat itu Goizueta merasa mulai merasakan ada masalah besar dengan pasar yang telah penuh dan tak ada tempat tersisa baginya untuk membuat perusahaan bertumbuh.

Goizueta mengumpulkan top management yang ada dibawah komandonya untuk membahas tentang `soft drink' nya yang telah sukses mendominasi dunia hingga kurangnya peluang untuk perluasan pasar. Fakta dan data berbicara bahwa Coca Cola telah menguasai 45% sebagai market leader dari total pasar soft drink di dunia. Dan itu berarti mereka telah merambah hampir ke seluruh pelosok dunia.

Goizueta terdiam cukup lama dan sesekali menatap tajam satu persatu team management-nya sampai kemudian dia bertanya:"Berapa banyak cairan yang dikonsumsi oleh manusia setiap harinya?" Direksi dan senior manager yang ada di ruangan tersebut terhenyak dan segera bergerak mengumpulkan data yang diminta sang bos.

Jawabannya adalah bahwa setiap manusia membutuhkan rata-rata 64 ons cairan setiap hari dan atas pertanyaan Goizueta berikutnya terkalkulasi bahwa dari sekian cairan yang dikonsumsi oleh manusia di dunia, ternyata hanya 2% yang terbuat dari Coca Cola.

"Saudara-saudara. . masih ada pasar sebesar 98% yang belum tergarap dan itu adalah peluang besar bagi kita untuk berkembang lebih besar lagi, taklukkanlah segera!" kata Goizueta.

Itulah momentum besar bagi team Coca Cola untuk mengobservasi tenggorokan setiap pelanggannya di seluruh dunia dan lebih optimis melihat peta dunia serta menjadikannya sedemikian fenomenal di era 80an.

Written By  : Haryo Ardito


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Kekayaan Hidup yang Paling Berguna


Pertanyaan reflektif paling sering yang dilontarkan manusia sepanjang sejarah, adalah kekayaan manakah yang bisa disebut paling berguna dalam hidup ? Saya sendiri termasuk orang yang cukup sering diberondong dengan pertanyaan terakhir. Klien, peserta seminar, murid, teman seperjalanan, rekan main golf atau bawahan di kantor adalah spesies manusia yang amat sering bertanya soal ini ke saya.

Sebagaimana pertanyaan reflektif lainnya, pertanyaan tentang kekayaan hidup ini juga tidak memiliki jawaban obyektif dan universal. Jawaban terhadap pertanyaan ini bersifat bergerak. Sejalan dengan kedalaman refleksi setiap orang, ada yang menyebut uang, mobil, rumah, keluarga yang penuh perhatian, badan yang sehat, fikiran meditatif atau malah yang lain.

John Clements, sebagaimana yang ia tulis dalam Personal Excellence edisi Juni 1999, menyebut kekayaan hidup paling berguna mencakup nobility, creativity, aspirations, visions, and hope for the future.

Saya cenderung menggaris bawahi hal yang terakhir : harapan akan masa depan. Hidup tanpa harapan, adalah sama saja melewati kehidupan hanya dengan menunggui matahari. Besok pagi pasti terbit di timur, dan besok sore akan tenggelam di barat. Tidak ada ketidakpastian, tidak ada kejutan, tidak ada resiko. Semuanya berjalan rutin dalam ritme yang sudah teratur.

Mirip dengan kehidupan politik di zaman orde baru. Setiap pemilu, sudah bisa diramalkan siapa partai pemenang, siapa presiden, dan siapa yang akan tersingkir. Hidup kemudian memang menjadi terkontrol namun amat membosankan. Belakangan bahkan membuat api dalam sekam meledak dengan korban yang amat menyedihkan.

Nah, mereka-mereka yang hidup rutin, tanpa resiko, menghindari ketidakpastian, takut akan kejutan, sebenarnya sama saja sedang mendisain kehidupan 'orde baru' dalam dirinya : rutin, terkontrol namun membosankan.

Bagi saya, seninya hidup justru terletak pada ketidakpastian, unsur kejutan serta resiko. Ketiganya membangkitkan harapan yang menjadi sumber energi, sekaligus menjadi pembatas yang inspiratif. Bangun di pagi hari, dalam keadaan demikian, terasa enak dan bergizi kalau masih ada yang ditunggu dan diharapkan.

Saya punya seorang rekan yang kebetulan sejak kecil hidup di lingkungan orang tua yang berada. Materi tidak ada masalah. Pekerjaan tersedia sejak kecil. Rumah, istri dan uang apa lagi. Demikian rutin dan terkontrolnya hidup orang ini, sehingga tidak lagi memiliki harapan yang layak untuk diperjuangkan. Dalam usia yang sangat muda sudah menjadi direktur. Ketika masih berpenampilan ABG sudah mengendarai kendaraan untuk eksekutif puncak. Semua merk barang mahal dan terkenal bisa ia beli. Hidup, bagi rekan ini, adalah sebuah ritme yang amat rutin dan membosankan.


Justru karena ritme terakhir inilah, kemudian ia mencari resiko dan kejutan di sektor obat terlarang. Tentu saja, semua sendi-sendi kehidupannya menjadi hancur lebur. Istri melarikan diri. Anak-anak tidak ada yang mengurus. Keluarga memandang curiga. Dan yang paling menyedihkan, sudah lebih dari empat tahun rekan tadi berada dalam perawatan untuk bebas dari ketergantungan obat terlarang.

Bercermin dari ini semua, Anda yang kebetulan baru kena PHK, masa depan karir tidak menentu, pengusaha yang perusahaannya sedang pailit, atau dicerai oleh pasangan hidup, sebenarnya sedang hidup 'kaya'. Disebut kaya, karena justru di tengah ketidakpastian dan kemungkinan kejutan inilah, hidup jadi penuh harapan dan bergairah.

Saya mensukuri sekali gerakan kehidupan yang bergerak pelan dari tangga yang amat bawah. Dari rumah kontrakan ke rumah sederhana. Dari bergelantungan di bus menjadi naik mobil sederhana. Dari tinggal di daerah kumuh menuju daerah yang lebih layak. Dan tidak tertutup kemungkinan, setelah naik kemudian kehidupan bergerak turun. Akan tetapi, di tengah-tengah kehidupan seperti inilah, harapan itu muncul menjadi darah dan energinya kehidupan.

Bangun di pagi hari tubuh penuh semangat, tidur di malam hari di tutup dengan doa yang penuh harapan, bekerja di manapun jarang mengenal kamus lelah. Mesin pendorong yang bisa membuat badan ini seperti itu salah satunya adalah harapan.

Ketika baru pertama kali berkenalan dengan Ken T. Sudarto - tokoh periklanan negeri ini, yang juga orang nomer satu di Matari Inc., yang belakangan sempat jadi boss saya - saya teringat sekali dengan lirik lagu yang beliau kagumi : to dream the impossible dream, to reach the unreachable stars.

Belakangan, saya dengar Matari Inc. memang tidak secepat dahulu pertumbuhannya. Tetapi saya yakin, Ken T. Sudarto masih kaya. Sebab, bukankah harapan adalah kekayaan hidup yang paling berguna ?.

Seorang veteran perang Vietnam yang sempat disekap di Vietnam bertahun-tahun, pernah bertutur tentang pengalaman hidupnya sebagai tahanan yang nyaris tanpa harapan. Sejumlah rekannya telah mati. Ada banyak variasi sebab yang menimbulkan kematian mereka. Dari sakit, stress, ditembak tentara Vietnam karena macam-macam sampai dengan bunuh diri.

Satu-satunya yang membedakan manusia hidup dan berhasil kembali ke Amerika, dengan mereka yang telah almarhum - masih menurut penuturan veteran perang di atas - hanya satu : harapan untuk hidup.

Anda boleh kena PHK, perusahaan pailit, dicerai pasangan hidup, kehabisan uang, atau dikejar-kejar debt collector, namun jangan biarkan diri Anda kehilangan kekayaan hidup paling berguna ini.

Penulis : Gede Prama


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Be A Player


Hanya saya sendiri yang akan menyelesaikan tugas saya. Dan saya harus menunda mengharapkan orang lain menuntaskan pekerjaan saya. Karena hal tersebut mustahil.

Nasehat sang motivator

“Hanya pemain yang memungkinkan untuk mencetak goal”. Itulah penggalan penggugah emosi semangat dalam jiwa saya. Saat mengikuti pelatihan motivasi di kampus dulu. Menurut sang motivator. Dalam permainan bola, ada aturan, siapapun boleh mencetak goal dan dianggap sah oleh wasit. Selama orang tersebut adalah pemainnya. Akan tetapi, bila yang menjebolkan gawang penonton. Sudah pasti itu dinyatakan bukan goal.

Kemudian sang motivator melanjutkan. “Itu maknanya, dalam hidup ini, jadikanlah diri kita sebagai pemainnya. Bukan menjadi penonton”. Hal ini dalam konteks pencapaian - senada dengan kata bijak “Hanya Anda sendiri yang akan menyelesaikan tugas Anda. Tundalah mengharapkan orang lain menuntaskan pekerjaan Anda. Karena hal tersebut mustahil”.

Jiwa yang bertumbuh

Selain itu, manfaat memposisikan diri sebagai pemain, bukan hanya penghargaan berupa hadiah akan kita peroleh. Akan tetapi, pengalaman batin yang tidak terdapat dalam tatanan teori, juga menbadan kepada kita. Karena, kesempatan gagal dan berhasil - hanya mereka yang bertindak - akan merasakannya. Proses pergantian kejadian inilah, saya sebut dengan jiwa yang bertumbuh.

Robin Sharma dalam bukunya 101 The Great Guide menganjurkan - agar kita segera memutuskan diri sebagai pemain. Entah menjadi pemusik. Koki. Pengacara. Pemotong rumput. Pengecat rumah. Sopir. Petugas parkir. Pemetik kelapa. Tukang urut. Penunjuk jalan. Dan jenis-jenis pemarinan lainnya. Maka, pastikan, diri kita sebagai bintang utama dalam permainan tersebut.

Inspirasi film Sincan

Setelah memutuskan diri sebagai pemain. Maka, langkah selanjutnya adalah menikmati permainan tersebut. Lantas seperti apa menikmati permainannya?

Minggu 6 Mei 2012. Di rumah mertua berkumpul banyak orang - keluarga inti dari almarhum bapak mertua, dari Betawi. Dan keluarga ibu mertua dari Pacitan. Karena, minggu ini - hari berbahagia bagi kakak ipar - yakni penyematan cincin tunangan kepada wanita pilihan yang akan dijadikan pedamping hidupnya kelak.

Acara pertunangan berlangsung di rumah sang calon istri di Cilangkap. Rencananya mulai jam 11.00. Dan kami menjadwalkan berangkat dari Ciganjur jam 09.30. Selama menunggu kedatangan pihak keluarga semuanya. Dalam kesibukan merapikan dan memoles seserahan dengan bunga dari pita jepang. Adik-adik sepupu menyalankan TV dan menyaksikan film Sincan.

Enjoy the game

Terlepas Anda menyukai, menyetujui atau bahkan tidak merekomendasikan buah hati Anda menyaksikan film ini. Akan tetapi, pada episode hari ini, ada pesan hidup bermakna bagi saya. Saya tidak tau apa temanya. Namun yang saya ingat. Sincan bersama Papanya berangkat ke tempat latihan Golf, seperti lapangan dekat Gelora Bung Karno.

Di tempat latihan dan bermain golf itu. Sincan bertemu dengan seorang pegolf profesional. Sebut saja namanya Akimoro. Dia pemenang juara Asia Open Cup. Melihat pemain kawakan itu bermain di tempat orang-orang amatir melatih ketrampilannya. Sincan penasaran dan bertanya kepada Akimoro. “Kakak Akimoro, mengapa kakak bermain di sini, kakakkan pemain hebat?” tanya sincan dengan nada khasnya.

Lalu Akimoro menjawab “Adik kecil, kakak sangat senang main di sini. Dulu, sebelum kakak ikut perlombaan tingkat dunia. Kakak setiap hari berlatih di tempat ini”. Sincanpun melanjutkan pertanyaannya “Kakak, bagaimana cara agar bisa melakukan hole (memasukkan bola ke lubang dalam satu kali pukulan)?”

Akimoro menjelaskan dengan pengalaman hidupnya “Adik kecil, dengarkan ini ya. Sebelum kakak ahli melakukan hole. Kakak sering sekali gagal menggayunkan stik terbaik kakak. Sehingga, bola jatuh jauh dari sasaran. Kamu tahu kenapa? Karena kakak sibuk berfokus pada akhir dari permainan - yaitu memasukkan bola ke targetnya - akan tetapi, semenjak kakak mengubah fokus pada permainan, yang terjadi malahan, kakak menghasilkan pukulan terbaik dan tercipta hole”. 

Dan akhirnya, Akimoro menitip pesan kepada Sincan “Jadi, pesan aku kepadamu. Setiap kamu mengayunkan stick untuk mendorong bola. Maka, abaikan tujuan. Tetapi, berfokuslah pada ayunan, bola yang melayang ke udara. Karena, menikmati permainan. Lebih penting dari memasukkan bola ke lubang, Oke”. Setelah itu, akomoro meninggakan Sincan dan tempat latihan golf tersebut.

Be A Player and feel the game 100%

Bagi saya, pesan Akimoro kepada Sincan, merupakan gambaran konkret. Seperti apa contoh menikmati permainan (enjoy the game). Namun, mohon memahami. Bukan berarti, saat kita bermain melupakan target permainan. Akan tetapi, sasaran yang telah kita tentukan sebagai tujuan akhir permainan. Cukup kita sadari di awal. Setelah itu, kita menikmati setiap detik pergerakan waktu, hingga mencapai tujuan utama kita.

So, mari kita putuskan untuk menjadi pemainnya sekarang. Kemudian, kita menikmati proses permainan yang telah kita putuskan di arena kita - dengan penuh totalitas - 100%.

Penulis : Rahmadsyah Mind - Therapist Trainer Softskill


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Buat Hidupmu Lebih Berarti


Seorang bocah laki-laki masuk ke sebuah toko. Ia mengambil peti minuman dan mendorongnya ke dekat pesawat telepon koin. Lalu, ia naik ke atasnya sehingga ia bisa menekan tombol angka di telepon dengan leluasa. Ditekannya tujuh digit angka. Si pemilik toko mengamati-amati tingkah bocah ini dan menguping percakapan teleponnya.

Bocah: Ibu, bisakah saya mendapat pekerjaan memotong rumput di halaman Ibu?

Ibu (di ujung telepon sebelah sana): Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.

Bocah: Ibu bisa bayar saya setengah upah dari orang itu.

Ibu: Saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu.

Bocah: Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar Ibu dan saya jamin di hari Minggu halaman rumah Ibu akan jadi yang tercantik di antara rumah" yg berada di kompleks perumahan ibu.

Ibu: Tidak, terima kasih.

Dengan senyuman di wajahnya, bocah itu menaruh kembali gagang telepon. Si pemilik toko, yang sedari tadi mendengarkan, menghampiri bocah itu.

Pemilik Toko: Nak, aku suka sikapmu, semangat positifmu, dan aku ingin menawarkanmu pekerjaan.

Bocah: Tidak. Makasih.

Pemilik Toko: Tapi tadi kedengarannya kamu sangat menginginkan pekerjaan.

Bocah: Oh, itu, Pak. Saya cuma mau mengecek apa kerjaan saya sudah bagus. Sayalah yang bekerja untuk Ibu tadi!

Seperti anak kecil ini, sebaiknyalah kita mengevaluasi tentang apa yang kita kerjakan kemarin untuk memastikan kualitas yg lebih baik di hari ini dan esok. Ingatlah ...... "WAKTU seperti sungai, kamu tidak bisa menyentuh air yang sama untuk kedua kalinya, karena air yang telah mengalir akan terus berlalu dan tidak akan pernah KEMBALI". Untuk itu ... Buat Hidupmu Lebih BERARTI...

Sumber : Milis The Managers


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Kisah Kebijaksanaan Luar Biasa dari Seorang Sherpa


Setelah Sir Edmund Hillary bersama Tenzing Norgay (pemandu/sherpa) kembali dari puncak Mount Everest, hampir semua reporter dunia berebut mewawancarai Sir Edmund Hillary, dan hanya ada satu reporter yang mewawancarai Tenzing Norgay, berikut cuplikannya :

Reporter :  "Bagaimana perasaan Anda dengan keberhasilan menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia?"

Tenzing Norgay :  "Sangat senang sekali"

Reporter : "Anda khan seorang Sherpa (pemandu) bagi Edmund Hillary, tentunya posisi Anda berada di depan dia, bukankah seharusnya Anda yang menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Mount Everest?"

Tenzing Norgay : "Ya, benar sekali. Pada saat tinggal satu langkah mencapai puncak, saya persilahkan dia (Edmund Hillary) untuk menjejakkan kakinya & menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Puncak Gunung Tertinggi di dunia".

Reporter : "Mengapa Anda lakukan itu?"

Tenzing Norgay : "Karena itulah IMPIAN Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih IMPIAN-nya".

Disekitar kita, banyak sekali orang seperti Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay.

Pepatah mengatakan, "Bila Anda hendak jadi pahlawan, harus ada yang bertepuk tangan dipinggir jalan".

Di dunia ini, tidak semua manusia berkeinginan dan memiliki impian seperti Sir Edmund Hillary, menjadi pahlawan. Mereka ini cukup berbahagia dengan memberikan pelayanan dengan membantu orang lain mencapai impiannya. Mereka merasa cukup menjadi "orang-orang yang bertepuk tangan saja dipinggir jalan". Kadang, orang-orang seperti ini diperlakukan ibarat "telor mata sapi". Yang punya telur si Ayam, yang tersohor malah Sapi. Sudahkah Anda menghargai, menghormati dan mengangkat orang-orang seperti Tenzing Norgay dalam tim Anda?

Sumber : Milis The Managers


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
 
;