Pertanyaan
reflektif paling sering yang dilontarkan manusia sepanjang sejarah, adalah
kekayaan manakah yang bisa disebut paling berguna dalam hidup ? Saya sendiri
termasuk orang yang cukup sering diberondong dengan pertanyaan terakhir. Klien,
peserta seminar, murid, teman seperjalanan, rekan main golf atau bawahan di
kantor adalah spesies manusia yang amat sering bertanya soal ini ke saya.
Sebagaimana
pertanyaan reflektif lainnya, pertanyaan tentang kekayaan hidup ini juga tidak
memiliki jawaban obyektif dan universal. Jawaban terhadap pertanyaan ini
bersifat bergerak. Sejalan dengan kedalaman refleksi setiap orang, ada yang
menyebut uang, mobil, rumah, keluarga yang penuh perhatian, badan yang sehat,
fikiran meditatif atau malah yang lain.
John
Clements, sebagaimana yang ia tulis dalam Personal Excellence edisi Juni 1999,
menyebut kekayaan hidup paling berguna mencakup nobility, creativity,
aspirations, visions, and hope for the future.
Saya
cenderung menggaris bawahi hal yang terakhir : harapan akan masa depan. Hidup
tanpa harapan, adalah sama saja melewati kehidupan hanya dengan menunggui
matahari. Besok pagi pasti terbit di timur, dan besok sore akan tenggelam di
barat. Tidak ada ketidakpastian, tidak ada kejutan, tidak ada resiko. Semuanya
berjalan rutin dalam ritme yang sudah teratur.
Mirip dengan
kehidupan politik di zaman orde baru. Setiap pemilu, sudah bisa diramalkan
siapa partai pemenang, siapa presiden, dan siapa yang akan tersingkir. Hidup
kemudian memang menjadi terkontrol namun amat membosankan. Belakangan bahkan
membuat api dalam sekam meledak dengan korban yang amat menyedihkan.
Nah,
mereka-mereka yang hidup rutin, tanpa resiko, menghindari ketidakpastian, takut
akan kejutan, sebenarnya sama saja sedang mendisain kehidupan 'orde baru' dalam
dirinya : rutin, terkontrol namun membosankan.
Bagi saya,
seninya hidup justru terletak pada ketidakpastian, unsur kejutan serta resiko.
Ketiganya membangkitkan harapan yang menjadi sumber energi, sekaligus menjadi
pembatas yang inspiratif. Bangun di pagi hari, dalam keadaan demikian, terasa
enak dan bergizi kalau masih ada yang ditunggu dan diharapkan.
Saya punya
seorang rekan yang kebetulan sejak kecil hidup di lingkungan orang tua yang
berada. Materi tidak ada masalah. Pekerjaan tersedia sejak kecil. Rumah, istri
dan uang apa lagi. Demikian rutin dan terkontrolnya hidup orang ini, sehingga
tidak lagi memiliki harapan yang layak untuk diperjuangkan. Dalam usia yang
sangat muda sudah menjadi direktur. Ketika masih berpenampilan ABG sudah
mengendarai kendaraan untuk eksekutif puncak. Semua merk barang mahal dan
terkenal bisa ia beli. Hidup, bagi rekan ini, adalah sebuah ritme yang amat
rutin dan membosankan.
Justru
karena ritme terakhir inilah, kemudian ia mencari resiko dan kejutan di sektor
obat terlarang. Tentu saja, semua sendi-sendi kehidupannya menjadi hancur
lebur. Istri melarikan diri. Anak-anak tidak ada yang mengurus. Keluarga
memandang curiga. Dan yang paling menyedihkan, sudah lebih dari empat tahun rekan
tadi berada dalam perawatan untuk bebas dari ketergantungan obat terlarang.
Bercermin
dari ini semua, Anda yang kebetulan baru kena PHK, masa depan karir tidak
menentu, pengusaha yang perusahaannya sedang pailit, atau dicerai oleh pasangan
hidup, sebenarnya sedang hidup 'kaya'. Disebut kaya, karena justru di tengah
ketidakpastian dan kemungkinan kejutan inilah, hidup jadi penuh harapan dan
bergairah.
Saya
mensukuri sekali gerakan kehidupan yang bergerak pelan dari tangga yang amat
bawah. Dari rumah kontrakan ke rumah sederhana. Dari bergelantungan di bus
menjadi naik mobil sederhana. Dari tinggal di daerah kumuh menuju daerah yang
lebih layak. Dan tidak tertutup kemungkinan, setelah naik kemudian kehidupan
bergerak turun. Akan tetapi, di tengah-tengah kehidupan seperti inilah, harapan
itu muncul menjadi darah dan energinya kehidupan.
Bangun di
pagi hari tubuh penuh semangat, tidur di malam hari di tutup dengan doa yang
penuh harapan, bekerja di manapun jarang mengenal kamus lelah. Mesin pendorong
yang bisa membuat badan ini seperti itu salah satunya adalah harapan.
Ketika baru
pertama kali berkenalan dengan Ken T. Sudarto - tokoh periklanan negeri ini,
yang juga orang nomer satu di Matari Inc., yang belakangan sempat jadi boss
saya - saya teringat sekali dengan lirik lagu yang beliau kagumi : to dream the
impossible dream, to reach the unreachable stars.
Belakangan,
saya dengar Matari Inc. memang tidak secepat dahulu pertumbuhannya. Tetapi saya
yakin, Ken T. Sudarto masih kaya. Sebab, bukankah harapan adalah kekayaan hidup
yang paling berguna ?.
Seorang
veteran perang Vietnam yang sempat disekap di Vietnam bertahun-tahun, pernah
bertutur tentang pengalaman hidupnya sebagai tahanan yang nyaris tanpa harapan.
Sejumlah rekannya telah mati. Ada banyak variasi sebab yang menimbulkan
kematian mereka. Dari sakit, stress, ditembak tentara Vietnam karena
macam-macam sampai dengan bunuh diri.
Satu-satunya
yang membedakan manusia hidup dan berhasil kembali ke Amerika, dengan mereka
yang telah almarhum - masih menurut penuturan veteran perang di atas - hanya
satu : harapan untuk hidup.
Anda boleh
kena PHK, perusahaan pailit, dicerai pasangan hidup, kehabisan uang, atau
dikejar-kejar debt collector, namun jangan biarkan diri Anda kehilangan
kekayaan hidup paling berguna ini.
Penulis :
Gede Prama
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat