Jumat, 11 Januari 2013 0 komentar

Genghis Khan (True Story)


Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, karena ternak yang dipunyainya semakin banyak, sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk dipekerjakan. Yang berbadan tinggi dan tegap dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang berbadan kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambingnya.

Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil:

 "Hai sobat. Aku lebih besar badannya dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai besok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mau! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini ke tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!"

Sore hari, dengan muka murung dan langkah gontai dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, melihat muka murung dan kegalauan anaknya, si ibu bertanya: "Nak, ada apa? Ada masalah apa? Coba ceritakan ke ibu".

Dengan kasih sayang dan kelembutan, mereka berbincang saat makan malam.

Si anak pun menceritakan peristiwa yang tadi terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan: "Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku bisa mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu...sungguh jelek nasibku."

Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya.

Si ibu dengan senyum bijak berkata, "Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untuk masa depanmu."

Sejak saat itu, si anak kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang bertubuh tegap, besar, dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar mereka, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari keahlian dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin membaik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa.

Hingga suatu hari, terjadi pecah perang antarnegara. Kerajaan membutuhkan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda karena kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda.

Di kemudian hari, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang karena kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan

Sahabat yang berbahagia,
Dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita.

Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktivitas yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati!

Salam sukses, Luar Biasa!
Andrie Wongso


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
1 komentar

Siapa yang Lebih Pantas Masuk Surga


Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.

Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"

Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.

Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"

Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung Tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:

"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!"

Dia hanya menerima karunia dari Allah sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterima kasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Kisah Telur dan Tempe Gosong


Suatu malam, ibu yang bangun sejak pagi, bekerja keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa pembantu, jam tujuh malam ibu selesai menghidangkan makan malam untuk ayah, sangat sederhana, berupa telur mata sapi, tempe goreng, sambal teri dan nasi.

Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek, tempe dan telor gorengnya sedikit gosong!... Saya melihat ibu sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat banyak, minyak gorengnya sudah habis.

Kami menunggu dengan tegang apa reaksi ayah yang pulang kerja pasti sudah capek, melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong.

Luar biasa! Ayah dengan tenang menikmati dan memakan semua yang disiapkan ibu dengan tersenyum, dan bahkan berkata, "Bu terima kasih ya!" Lalu ayah terus menanyakan kegiatan saya & adik di sekolah.

Selesai makan, masih di meja makan, saya mendengar ibu meminta maaf karena telor & tempe yang gosong itu & satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan :

"Sayang, aku suka telor & tempe yang gosong."

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur kepada ayah, saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telur & tempe gosong?"

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya & berkata, "Anakku, ibu sudah bekerja keras sepanjang hari & dia benar-benar sudah capek, Jadi sepotong telor & tempe yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!".

Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun berikutnya; "Belajar menerima kesalahan orang lain, adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh & abadi.

Ingatlah emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang ada, jadi selalulah berpikir dewasa. Mengapa sesuatu hal itu bisa terjadi pasti punya alasannya sendiri. Janganlah kita menjadi orang yang egois hanya mau dimengerti, tapi tidak mau mengerti.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Tuhan Bersumpah Atas Nama Waktu


Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada tercantum dalam catatan sejarah. Dan sang maha patih, memegang teguh sumpah itu hingga dia bisa menunaikannya. Orang-orang yang konsekuen tidak sembarangan mengumbar sumpah.

Sebab, mereka tahu bahwa sumpah itu pantang dilanggar. Dan jika seseorang bersumpah, biasanya kita menjadikan sumpah itu sebagai pegangan bagi sebuah kepercayaan. Bagaimana seandainya yang bersumpah itu adalah Tuhan? Guru mengaji saya disurau dulu menyampaikan sebuah petikan dari kitab suci yang menyatakan bahwa Tuhan bersumpah demi waktu. Lho, mengapa kok Tuhan bersumpah demi waktu?

Dalam sebuah penerbangan international, kami berhenti untuk transit selama dua jam disebuah bandara. Para penumpang memanfaatkan waktu 2 jam itu untuk urusan masing-masing. Ada yang mampir ke toko buku. Ada yang mejeng di cafe. Dan, tentu saja ada yang belanja belanji. Satu jam lima puluh lima menit kemudian seluruh penumpang sudah kembali berada di pesawat untuk meneruskan perjalanan.

Setidaknya begitulah yang dipikirkan orang-orang. Namun, tidak demikian halnya dengan data yang ada dalam catatan awak kabin. Sehingga pilot mengumkan bahwa pintu pesawat belum bisa ditutup karena masih menunggu 2 orang penumpang yang belum kembali.

Para penumpang lain tidak terlampau peduli dengan pengumuman itu karena toh masih ada waktu 5 menit untuk terbang. Namun, ketika lima menit kemudian penumpang yang ditunggu itu belum juga kembali, mulai ada yang menggerutu.

Sepuluh menit sesudah itu; mereka tidak kunjung muncul juga. Sudah ada yang mulai marah. Dan sekitar lima belas menit kemudian dari arah depan terdengar suara berisik. Oh, rupanya penumpang yang ditunggu-tunggu itu sudah masuk kedalam pesawat. Kedua tangan mereka menggenggan beragam barang belanjaan. Dan, ketika mereka melintasi gang menuju ketempat duduknya mereka berkata sambil cengar-cengir; "Walaaah pada nungguin..., sory sory ya...hihihi. ...." mendengar cekikikannya, orang tahu bahwa mereka sama sekali tidak menyesal. Dalam hati saya berbisik; "duh, ternyata mereka orang Indonesia... ...."

Dari jaket seragam yang dikenakannya, kita bisa tahu bahwa mereka berangkat dalam rombongan. Dan ketika mereka sampai ke kursi bersama rombongannya, Temannya menegur;"kemana aja sih elo? Penumpang laen udah pada kesel tuch...."

Salah satu orang yang telat itu menjawab;"tapi kita ditunguin kaaaann....hihihi.
" Hati saya kembali menjerit. Ingin rasanya telinga ini mendengar penumpang berkebangsaan lain berkata;"Tenang saja mas, kami semua tidak mengerti apa yang bangsa anda katakan..... "

Diruang meeting sebuah kantor di Jakarta; seorang penyelenggara rapat duduk menunggu. Lalu muncul seorang direktur. "Lho, yang lain pada kemanan nih?"
"Masih belum pada datang Pak," jawabnya. 
"Wah, kalau begitu saya balik ke ruangan dulu. Kalau yang lain sudah datang, kasih tahu saya." Lalu beliau keluar dari ruang meeting.

Setelah itu, direktur lain datang. Mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu pergi lagi. Direktur lainnya lagi datang. Bertanya lagi. Dan pergi lagi. Akhirnya, penanggung jawab rapat yang terbilang paling yunior itu hanya bisa mengurut dada. Pada kesempatan lain, ada rapat sebuah lembaga pelayanan masyarakat. Para tokoh diundang untuk hadir membicarakan kepentingan masyarakat. Diundangan tertera rapat dimulai jam 19.30 WIB. Anehnya, tepat pada jam itu ditempat rapat baru ada 2 orang manusia aneh. Walhasil, rapat dimulai jam sembilan malam. Dan diisi perdebatan seru hingga larut malam.

Dua minggu kemudian, rapat lanjutan dilakukan. Seperti biasa, diundangan ditulis rapat dimulai jam 19.30 WIB. Kali ini, prestasi dicapai dengan lebih baik, karena rapat sudah berhasil dimulai pada jam 20.30 WIB. Lalu, salah seorang peserta rapat yang sok sibuk, dan pura-pura menghargai waktu angkat bicara. "Bapak pimpinan rapat," katanya. "Saya sangat menghargai rapat ini..." katanya.

Seluruh mata memandang tajam kearahnya. "Karena," orang itu melanjutkan. "Rapat kali ini lebih baik dari rapat sebelumnya. Jika rapat sebelumnya kita molor satu setengah jam dari jadwal, namun rapat kali ini hanya molor satu jam saja." Semua orang memelototinya seperti melihat alien yang baru mendarat di kebun jagung orang.

"Saya berharap semoga rapat mendatang bisa terlambat setengah jam. Dan rapat-rapat selanjutnya, bisa terlambat enol menit......" Sang alien mengakhiri pidatonya. Setelah itu, terdengar tertawaan nyaris seperti di panggung pentas srimulat. Setelah argumen ini dan itu keluar, sang Alien akhirnya menyadari bahwa kata-katanya tidak bisa mengubah keadaan.

Ketiga peristiwa yang saya ceritakan itu adalah kisah-kisah nyata yang sungguh-sungguh terjadi didunia ini. Hanya saja, saya sedikit menyamarkannya supaya tidak menyinggung kepentingan siapapun. Tapi, jika saya mengingat peristiwa-peristiwa itu; saya jadi mulai lebih mengerti; mengapa Tuhan bersumpah atas nama waktu. Mungkin saja kita tidak akan mengerti sepenuhnya mengapa Tuhan melakukan itu. Tapi, setidaknya itu menunjukkan bahwa Tuhan pun sangat prihatin dengan bagaiman cara kita menghargai waktu. Dan menghargai orang-orang yang menghargai waktu.

Penulis : Dadang Kadarusman


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Buku Harian Ayah


Ayah & ibu sudah menikah 30 tahun & Michael tidak pernah melihat mereka bertengkar. Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu menjadi teladan baginya. Setelah menikah, dia & istrinya sering bertengkar karena hal-hal kecil. Ketika pulang kerumah ayahnya, Michael menuturkan keluhannya pada ayahnya. Ayahnya mendengarkan kemudian masuk kekamarnya, dan keluar dengan mengusung buku-buku & ditumpuknya di depan Michael. Sebagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama. Dengan penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring & aneh, ada yang jelas, ada yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembusi beberapa halaman. Michael membaca halaman-halaman buku itu.

Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak berisik, untung ada dia.”

Semua itu catatan kebaikan & cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak & keluarga. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dengan haru dia berkata pada ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pada ayah & ibu.”

Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”
Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun, tidak mungkin menghindari pertengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara-gara, melampiaskan kemarahannya & ngomel. Dalam buku Ayah tuliskan yang telah Ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi Ayah terus menulis semua kebaikannya. Ayah renungkan, akhirnya emosi itu lenyap, yang tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?”

Ayah tertawa & berkata, “Ibumu juga memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakan. Ha...ha...ha...”

Tiba-tiba Michael sadar akan rahasia pernikahan, “Mencintai itu sangat sederhana. Ingat & catat kebaikan pasangan. Lupakan dan maafkan segala kesalahannya.”

Mari kita praktekkan untuk selalu menulis dan mengingat kebaikan orang-orang yang mencintai dan menyayangi kita.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Katakan Sejujurnya Sebelum Terlambat


Kisah ini terjadi di Beijing, China, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, Ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya tak lebih sebagai sahabat.

Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum "Aku harap kau bahagia" Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya.

12 Juli 1994, sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahannya yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya “Apa yang terjadi denganmu , kau ada masalah?
Yi mei tersenyum semanis mungkin "Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa-apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut" Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tersebut.

Sahabatnya tersenyum "Oh ya, ummm aku kan menggantinya, terima kasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat lihat perabotan rumah". Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan dengan hati yang pedih.

18 Juli 1994, Yi Mei terbaring di rumah sakit, Ia mengalami koma, Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan "mati" dan semuanya memiliki alat bantu, hanya muzizat yang bisa menyembuhkannya.

Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan "Suntik Mati" untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei.

10 Desember 1994, semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama.

Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei "Mei, apa kau ingat waktu kita mencari belalang,  menangkap kupu-kupu?... kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu di sekolah waktu kita dihukum bersama gara-gara kita datang terlambat, kita langganan kena hukumya?"

"Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor?... Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu? ... Aku tak pernah melupakan hal itu"

"Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini ?...." Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei

"Mei... kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa ?... karena aku sangat MENCINTAIMU, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku"

"Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup. Aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, Dengarkan aku Mei bangunlah. !!" Sahabatnya menangis, ia menggengamkuat tangan Yi Mei "Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku percaya, bahkan kautahu?.. Aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan"

"Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat... !!Kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu, aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei"
"Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli, tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat"

Sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei, ia berbisik" Aku sayang kamu, aku mencintaimu..." suaranya terdengar parau karena tangisan. Dan apa yang terjadi ?....Its amazing !! "CINTA" bisa menyembuhkan segalanya. 7 jam setelah itu dokter menemukan tanda-tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru-parunya, organ tubuhnya bekerja, Sungguh sebuah keajaiban !!Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi masa koma lewat pada tgl 11 Des 1994

14 Des 1994, Saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi. "Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik"  sahabatnya memeluk erat Yi Mei

Yi Mei tersenyum "Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku, tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup, Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu" Lei memeluk Yi Mei "Aku sangat mencintaimu juga".

17 Februari 1995, Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki-laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing.

Apa hikmah dari kisah ini? Cinta adalah keajaiban. Kekuatan Cinta... Yaitu yang banyak dibahas dibahas di internet.

Tapi saya justru ingin mengambil sudut pandang lain.
Apa yang ingin saya sampaikan? KOMUNIKASI dan ASUMSI.
Betapa banyak orang menderita hidupnya hanya karena dua hal ini, salah ASUMSI dan salah KOMUNIKASI...

Katakanlah sejujurnya sebelum semuanya terlambat!!.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Memaknai Setiap Detik


Catatan Kepala: ”Dampak dari apa yang kita lakukan hari ini akan terus lengket melekat erat dalam diri kita hingga akhir hayat.”

Pertanyaannya sama; ‘hari apakah ini?’.Tapi jawabannya bisa berbeda-beda.Mungkin ada yang menjawab; ‘ini hari valentine’. Ada yang bilang ‘hari selasa’.Atau bagi sebagian orang lainnya, ‘Ini adalah hari istimewa peringatan ulang tahun Mama, Bundaku Tercinta’. Harinya sama. Hari ini.Namun nilainya berbeda-beda. Lantas, apakah yang menyebabkan perbedaan nilai itu?Jawabannya adalah; makna yang kita sendiri berikan kepada hari ini. Tidak ada hari buruk.Tidak ada hari bagus. Yang ada adalah perilaku baik atau kelakuan buruk yang memaknai hadirnya hari-hari itu dalam hidup kita. Lantas, makna apa yang hendak Anda berikan kepada hari-hari Anda?

Dikantor yang sama, pada hari yang sama. Ada karyawan yang mukanya suram.Ada juga yang wajahnya berbinar cerah. Di rumah juga begitu.Ada orang-orang yang manyun sajah.Dan ada yang tersenyum indah.

Tidak perlu bertanya; ‘bagaimana harimu?’ karena kita bisa menebaknya dari pancaran cahaya diwajah mereka.Juga dari sikap dan perilakunya. Ditempat lain, ada orang yang terkurung dalam ruang sempit berjeruji. Atau mengucilkan diri dari lingkungannya karena harus mempertanggungjawabkan apa yang pernah dilakukannya di masa lalu. Ditempat lainnya lagi ada orang-orang yang sedang menikmati hasil dari jerih payah dan perilaku baiknya dimasa silam. Kita memiliki 7 hari yang sama dalam seminggu. Mempunyai 24 jam yang sama dalam satu hari. Mendapatkan 60 menit yang sama dalam setiap jam. Serta 60 detik yang sama untuk setiap menit yang kita dapatkan. Tetapi, mengapa hasil akhirnya berbeda sama sekali? Nyata sekali jika dampak dari apa yang kita lakukan hari ini akan terus lengket melekat erat dalam diri kita hingga akhir hayat. Karena setiap hari yang kita lalui, merupakan mata rantai dari rangkaian hari-hari yang kita lalui seumur hidup. Jadi apa yang menentukan akhir dari hidup kita? Jawabnya adalah; apa yang kita lakukan hari ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memaknai hari-hari kita, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 sudut pandang Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:

1. Siklus hari saling terikat satu sama lainnya.  Mana yang benar dari dua pernyataan ini: “hari senin mempengaruhi hari selasa” atau “hari selasa yang mempengaruhi hari senin”?.Pernyataan pertama yang benar dong ya teman-teman.Hari senin yang mempengaruhi selasa, bukan sebaliknya.Apa yang kita lakukan di hari senin, berpengaruh terhadap apa yang kita dapatkan di hari selasa. Dan apa kita lakukan di hari selasa, akan berdampak kepada hari rabu kita. Kelihatannya pernyataan saya ini benar.Padahal, tidak tepat seperti itu.Mengapa?Karena garis waktu hari-hari kita tidak terletak pada bidang datar atau garis lurus.Garis waktu kita berada dalam lingkaran sebuah siklus multi dimensi. Jika Anda melakukan sesuatu di hari selasa, boleh jadi dampaknya justru akan Anda rasakan di hari senin. Bukan di hari rabu.Lho, bukankah senin sudah berlalu?Benar.Tetapi kita masih memiliki senin-senin lainnya dalam hidup kita, bukan?Fakta ini menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan pada hari ini – apakah perilaku baik atau perilaku buruk – sangat berpengaruh terhadap seluruh hari-hari dalam hidup kita.Maka berhati-hatilah dalam setiap hari yang kita lalui.Karena dampak dari perilaku kita pada salah satu hari itu, mungkin sangat menentukan sisa-sisa hari yang masih kita miliki.

2.  Waktu memiliki bobotnya sendiri-sendiri.  Semua hari dalam hidup kita sama-sama terdiri dari 24 jam. Maka mestinya, kita bisa mengganti hari apapun dengan jumlah waktu yang sama. Misalnya, jika saya melakukan kesalahan selama 1 jam kepada Anda, maka sebaiknya Anda hanya menghukum saya atas kesalahan itu selama 1 jam juga dong.Tetapi nyatanya tidak demikian.Jika saya melakukan sesuatu yang sedemikian buruknya kepada Anda.Misalnya menyakiti Anda selama satu jam.Lalu Anda membawa saya ke pengadilan, Anda meminta hakim untuk memenjarakan saya selama 15 tahun.Betul demikian?Sebaliknya.Ada orang-orang yang bekerja keras selama 5 tahun.Berjuang menghadapi setiap cobaan, rintangan dan tantangan hidup.Pedih dan perih dijalaninya selama masa-masa sulit itu.Namun, setelah semua usahannya menampakkan hasil, orang itu bisa menikmati hasilnya selama puluhan tahun hidupnya kemudian bahkan bisa diwariskan.Perhatikanlah sekali lagi.Ternyata, waktu memiliki bobotnya masing-masing.Lantas, apakah gerangan yang menentukan bobot itu?Satu hal saja. Yaitu; apa yang kita lakukan untuk mengisi waktu-waktu itu. Jadi, Apa yang akan Anda lakukan hari ini? Sesuatu yang menyebabkan Anda menderita atau menanggung malu selama puluhan tahun yang akan datang? Ataukah, melakukan tindakan-tindakan yang memungkinkan Anda untuk menjadi pribadi yang mulia, terhormat, dan tentram hati kelak ketika memasuki saat-saat terakhir dalam hidup kita.Hmmmmh… silakan tentukan sendiri.

3.  Waktu mematangkan segala sesuatu. Jika Anda menanak nasi, tentu Anda perlu energy panas dari api atau listrik. Tanpa itu, beras tidak akan berubah menjadi nasi. Namun, ada ‘energy’ lain yang harus ada selain panas itu. Tahukah Anda apakah itu?Waktu.Nyalakan kompor Anda, satu detik. Maka beras tidak akan tanak. Waktulah yang sangat berpengaruh untuk mematangkan sesuatu. Tanpa waktu, kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Indah pada waktunya, jika Anda lebih suka menyebutnya demikian.Bagaimana dengan kita?Kita selalu ingin segala sesuatu memberikan hasil secara instan.Sekarang berusaha, sekarang ada hasilnya.Itu jika kita melakukan kebaikan.Saya juga sering ingin demikian.Sebaliknya.Jika kita melakukan keburukan, kita ingin agar waktu terus diulur-ulur agar jangan sampai konsekuensi atau perilaku dan tindakan buruk itu mendatangi kita.Padahal, waktu tidak pernah bisa dihentikan.Maka ketika kita berbuat kebaikan.Berikhtiar.Berusaha mendapatkan penghidupan.Mencari nafkah.Mengejar berkah.Bersabarlah, bila hasilnya belum seperti yang kita harapkan.Dan teruslah berjuang.Sebaliknya.Ketika kita berbuat keburukan.Tidak perlu pergi terlalu jauh.Karena kemanapun kita berlari.Dimanapun kita sembunyi. Waktu akan menentukan kapan kita harus memberikan pertanggungjawabannya. Segala sesuatu, indah pada waktunya.Karena waktu, mematangkan segalanya.

4.  Waktu melacak setiap jejak. Lihatlah struk belanja kartu kredit Anda.Tanggal berapa dicetaknya?Tetera disana. Periksalah pesawat yang Anda tumpangi, jam berapa take off dari runway? Ada jadwalnya.Telitilah, layar monitor gadget komunikator Anda, berapa menit atau detikkah percakapan yang Anda buat bersama seseorang nun jauh disana? Jam berapa Anda tidur. Jam berapa Anda bangun. Jam berapa Anda masuk ke kantor. Jam berapa blablablabla. Semuanya terekam oleh waktu.Sekarang. Mari. Kita.Renungkan.Lagi.Apakah setiap tindakan dan perilaku kita juga terlacak jejaknya disana? Jika demikian, maka ketika kita menggunakan jemari tangan ini untuk menuliskan kalimat-kalimat hujatan kepada orang lain. Mencaci maki.Mencerca.Semuanya terekam dengan sempurna.Begitu pula ketika kita menggunakannya untuk menyemangati sesama.Mengajak mereka kepada kebaikan.Dan menyerukan perdamaian.Semua tercatat tanpa cacat.Itu baru jemari tangan.Bagaimanakah gerangan dengan lidah kita.Tangan kita.Kaki kita.Otot-otot dalam tubuh kita.Setiap sel dalam otak kita.Seluruhnya. Pada setiap jam, menit, dan detik yang dilaluinya ada jejak yang ditinggalkannya. Jejak seperti apakah yang kita ingin waktu melacak dan mencatatnya?

5.  Bahkan Tuhan pun bersumpah dengan waktu.Dalam kitab suci, kita membaca dengan jelas dan tegas; “Demi waktu!” demikian Tuhan bersumpah. Oh, sedemikian pentingnyakah waktu dimata Tuhan? Sesunggungnya manusia itu berada dalam kerugian loh.Tahu kenapa? Karena kita sering lalai dengan detak detik jam di tembok yang terus berjalan. Kita tidak tahu sampai kapan masih punya waktu.Tetapi kita selalu tergoda untuk memubadzirkannya.Atau mengisi detik demi detik dalam hidup kita dengan sesuatu yang tidak berguna. Bahkan, mungkin juga kita pakai waktu yang ada untuk menyakiti perasaan orang lain. Menghujat orang-orang yang bahkan tidak melakukan sesuatu yang merugikan diri kita.Apa sih yang kita lakukan dengan detik-detik yang dimata Tuhan sedemikian berharganya ini? Rugi, manusia itu.Bukan kata saya.Tapi menurut firman yang dibawa oleh Nabi suci.“Kecuali,” lanjut firman itu.“Orang-orang yang meyakini keberadaan Tuhannya.”Itu yang pertama.“Dan orang yang melakukan tindakan dan perilaku baik.”Itu yang kedua.“Dan saling menasihati dalam kebenaran.”Itu yang ketiga.“Dan saling menasihati dalam kesabaran.”Dan itulah yang keempat.Dari miliaran manusia, hanya ada 4 jenis orang yang tidak rugi selama menjalani setiap detik dalam hari-harinya.Adakah kita termasuk kedalam jenis orang-orang itu?

Bayangkan ketika Anda berada dalam sebuah ruangan yang memiliki fasilitas cctv. Setiap gerak gerik Anda, detik demi detik direkam. Esok harinya, seseorang memutar video rekaman itu sehingga dia tahu persis apa yang Anda lakukan selama berada di ruangan yang diawasi itu. Ketika Anda ditanya atau dikonfirmasi tentang sesuatu mungkin Anda berkata; ”Yang mana ya?” Atau, ”Nggaaaak, saya nggak melakukannya koook. Sumpah!”Anda mengelak.Mungkin karena Anda lupa.Atau berpura-pura tidak mengingatnya. Tetapi, ketika kepada Anda disodorkan rekaman cctv itu, apakah gerangan yang bisa Anda sangkal lagi? Sekarang, bagaimana seandainya kepada kita diberitahukan bahwa di sebelah kiri dan kanan kita ada 2 kamera tak kelihatan yang merekam setiap perbuatan kita sepanjang hayat. Hasil rekaman kamera itu akan diputar pada suatu hari ketika semua jiwa dikumpulkan. Dipertontonkan pada hari ketika setiap amal perbuatan dikalkulasi dan dipertanggungjawabkan. Kira-kira, wajah kita akan berubah menjadi hitam kelam dipenuhi kemuraman? Atauhkah berpendar indah dipenuhi oleh cahaya yang cerah? Oh. Betapa teka-teki ini tidak mudah untuk dicarikan jawabannya.

DEKA - Dadang Kadarusman –  14 Februari 2012
Trainer,& Public Speaker of Natural Intelligence


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Tersenyumlah Dengan Hatimu


Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya di salah satu Universitas di jerman. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.” Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas.Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang.Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong. Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang.Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu. Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya.Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki Kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter. Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.”Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu).Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka... Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/ tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat.Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca-kaca dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.”Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak.Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-anakku!”

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan. Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum.
Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang di miliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya di antaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya. Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.

”Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan satu pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.” Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA! Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang² terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan:

Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya ‘sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar

Tukang Parkir yang Menjadi Menteri


Pada sebuah nama melekat doa orangtua. Harapan baik teriring sepanjanghayat si anak. Namanya Sugiharto (bahasa jawa). 'Sugih' adalah padanankaya, sedangkan 'arto' berarti uang atau harta. Makna nama itu mewujuddi kemudian hari. Si pemilik nama mencapainya lantaran meniti hidupdengan selalu ikhlas, ibadah, dan bersyukur. Ia juga bekerja keras,tekun, ulet, dan jujur.

Sejak SMP, ia bekerja menjadi pembantu rumah tangga dan berjualan rokokuntuk membiayai sekolah. ''SMA saya naik pangkat jadi tukang parkir diBioskop Taruna, Tanjungpriok,'' ujarnya. Siapa sangka, kini Sugiahrtomenduduki jabatan strategis, Menteri Negara BUMN. Beristrikan TatiSuhartini, ayah lima anak ini sukses menjadi arsitek bisnis. Sugihartodikenal sebagai The Chief Financial Officer (CFO) of Indonesia Future.Bahkan, ia pun pernah meraih penghargaan sebagai The Best CEO of TheYear 1996.

Meski tak pernah bermimpi menjadi menteri, namun ia telah tiga kaliditawari jadi menteri. Obsesi sang ayah agar anaknya bisa menjadimenteri akhirnya terkabul. Sang pekerja keras itu, mengaku biasa tidurdi atas pukul 24.00.''Negara kita berada dalam situasi tidak normal.Jadi, kita harus bekerja ekstra,'' ungkapnya.Di sela-sela kesibukannya,Sugiharto menyempatkan menerima jajaran pimpinan redaksi Republika dikediamannya di Jl Ciniru I No 3. Berikut petikan wawancara yang direkamwartawan Republika, Heri Ruslan dan Hasan Murtiaji:

Bagaimana cerita masa kecil Anda?

Saya ini berasal dari kalangan tidak mampu.Sejak duduk di kelas dua SMPTaman Siswa, Kemayoran, saya sudah membiayai sekolah sendiri.Sayamencari uang dengan membantu bibi menjadi pembantu rumah tangga.Membantu menyiram bunga, mencuci piring, dan mencuci baju.Sehabis itu,saya nyambi jualan rokok klobot di pangkalan ojek dan becak.Saya bukawarung, modalnya sisa uang dari menjadi pembantu.Waktu itu, untukmenghemat uang ongkos, setiap pulang sekolah saya biasa naik keretagerbong yang suka membawa tangki minyak ke Tanjungpriok.Dulu jadwalkeretanya nggak tetap.Biasanya, pulang jam 12.00.tapi kalau keretabelum berangkat, saya terpaksa harus menunggu hingga jam 15.00. Waktuitu, saya naik kereta gerbong gelantungan.Kira-kira, sekitar tahun1970-an. Waktu itu sangat usah sekali.Saya pun pernah merasakan makanbulgur dan nasi merah.

Melanjutkan sekolah ke SMA mana?

Setelah itu, saya melanjutkan sekolah ke SMAN 13 Jakarta.Saat sekolahdi SMA, saya naik pangkat jadi tukang jaga parkir di Bioskop Taruna diJl Enggano, Tanjungpriok. Setiap hari saya harus mulai stand by bekerjapukul 17.00, karena film mulai main pukul 19.00. Malah, jika padahari-hari tertentu ada film bagus, biasanya diputar midnight.Sehingga,saya harus pulang jam 01.00 atau 01.30.Saya masih ingat waktu ituteman-teman membayar SPP sesuai penghasilan orangtuanya.Karena orangtuasaya tidak mampu, saya kemudian mendatangi guru wali kelas.'Bu saya kan punya penghasilan sendiri jadi juru parkir, saya harusgimana membayar SPP-nya'. Guru itu tak menjawab, namun hanya berlinangairmata. Saya tak pernah lupa dengan jasa para guru.Saat ini, ada Sembilanguru yang saya kasih sertifikat deposito.Nilainya memang nggakseberapa, tapi bagi mereka itu sangat berarti.Hingga akhirnya, sayabisa juga lulus SMA dan meraih peringkat dua besar.Sebenarnya,cita-cita saya ingin melanjutkan studi ke fakultas kedokteran.Namun,hal itu tidak tercapai karena orangtua tidak mampu.

Sugiharto lahir di Medan 29 April 1955.Ia sangat ulet dan rajin. Disela-sela kerjanya menjaga tempat parkir, Sugiharto muda tetap mencobabelajar dan membaca buku di bawah keremangan lampu penerangan.Suatumalam, saat musim ulangan, Sugiharto tetap harus bekerja.Saat itu guruwali kelasnya, Budiharti, bersama suaminya menonton film di bioskopTaruna.Sang guru takjub begitu melihat muridnya tengah membaca buku dibawah cahaya lampu seadanya. Melihat murid kesayangannya memilikisemangat belajar yang tinggi, air mata sang guru langsung berlinang. Diabangga melihat muridnya. Besoknya ibu guru Budiharti pun bercerita didepan kelas. Mendengar cerita sang guru, kawan-kawan Sugiharto pun takpelak langsung meneteskan air mata, terharu.

Saat itu kan Anda kesulitan ekonomi, bagaimana ceritanya biasmelanjutkan kuliah?

Saya tahu bahwa kalau saya kuliah bisa macet di jalan. Saya susah,karena keluarga susah. Terlebih, saya harus membantu ibu membeli berasdanmenyediakan segala macam.Sehingga, begitu lulus SMA saya harus kerja.Untuk mencari makan.Saya bertekad, kalau saya kerja untuk makan,harapannya saya bisa sekolah sore.Saya akhirnya melamar kerja.Alhamdulillah, karena saya top di sekolah, saya selalu bisa melalui tesIQ dan tes lainnya lulus terus. Sebenarnya, otak saya tak cemerlang.Kalau dihitung IQ mungkin average saja.Tapi saya ini orangnya tekun danrajin dan tak lupa terus berdoa kepada Yang Mahakuasa.

Saya pernah ikut tes Departemen Keuangan dan lulus.Namun, saya tolak.Saya ingin bekerja sambil bisa melanjutkan sekolah.Awalnya, saya kerjadi PT Gaya Motor di Pasar Ular, Sunter. Kerja saya apa? Saya kerja dibagian material handling.Itu cuma namanya saja, karena kerja sebenarnyatukang gotong-gotong, bongkar peti.Itu luar biasa.Kebetulan karenasaya ingin sekolah, akhirnya saya tukaran shift.Saya pilih kerja malam.Sejak itu, saya mulai kursus bahasa Inggris.Untuk meningkatkankepercayaan diri.Ada duit sedikit, karena saya hemat akhirnya sayamelanjutkan kuliah.Kira-kira sekitar enam bulan setelah itu nasib sayamulai berubah.

Apa yang Anda lakukan waktu itu, sehingga bisa mengubah nasib?

Ketika itu, saya mencari di mana saya bisa kerja sambil belajar. Kemudian, waktu itu ada Drs Utomo yang memiliki kantor akuntan di JalanSabang yang mendidik orang lulus SMA dan sarjana dan sarjana mudadilatih untuk menjadi auditor atau akuntan publik, untuk menjaditechnical asistance.Waktu itu bekerja sambil belajar.Saya mendapat gaji pertama sekitar Rp.35 ribu.Pengajarnya ada dari Filipina. Nah setelah lulus kemudian sayabekerja di kantor akuntan dari level yang paling bawah. Dari yuniorhingga manajer.Waktu saya kerja, saya dapat rangking dan bonus palingtinggi.Karena, saya berupaya jujur dan ulet.Sambil kerja itu, sayakuliah malam di Universitas Jayabaya dan mengambil jurusan akuntasi.Setelahselesai, ada program extention saya melanjutkan kuliah di UniversitasIndonesia. Hampir 3,5 tahun, ngambil jurusan ekonomi. Selesai tahun1987.Mulai di situ saya mulai banyak bergaul dengan orang-orang elite UI, adaBambang Soebianto.Sehingga, saya merasa percaya diri.Orang-orang UIsudah jadi anggota Berkeley Mafia.Akhirnya Tuhan menganugerahkancita-cita saya kesampaian.Di situ network saya mulai banyak dan membuatpercaya diri saya meningkat.

Apa kunci yang membuat Anda bisa struggle dalam kondisi yang sulit?

Yang bisa mengubah nasib kita sesungguhnya hanya diri kita.Kalau kitamengandalkan keluarga tentu tak bisa.Orangtua saya bukan orang kaya.Kalau saya tak mengubah diri saya sendiri, who else? Jadi saya harusbisa bangkit dari keterpurukan ini dengan tangis.Karena miskin, sayadulu minder.Menatap wajah orang saja takut.Tapi saya sekarang percayadiri.

Saya coba membangun kematangan intelektual, spritual, dan emosional.Pokoknya saya membedakan dengan orang.Saya tenang-tenang saja.Karenaasal saya dari gak ada menjadi sugih dan kalau gak ada lagi sudah biasa.Meski begitu saya hidup punya perencanaan.

Sugiharto, selepas SMA, suatu ketika lewat di Jl Jenderal Sudirman.bergelantung di atas bus. Air matanya berlinang. Dalam hatinya iaberdoa, ''Ya Allah, seandainya Engkau beri aku kesempatan bekerja digedung yang tinggi itu, alangkah berlipat gandanya kebahagiaan hamba-Muini.''

Doa itu akhirnya terkabul juga. Meski begitu, saat hidupnya masih miskindan hingga kini, ia tak pernah lupa mengucapkan syukur. Segala pekerjaandilakukannya dengan penuh keikhlasan.''Tuhan berikan saya berlipatganda kenikmatan.Selalu ada saja kemudahan dalam menjalani kehidupan.''Ia pun terharu saat diundang berbuka puasa Senin (1/11). Ia disejajarkandengan Sri Mulyani, Fahmi Idris, dan Jimly Asshiddiqie.''Ini mustahil, kalau bukan Allah yang bukan mengangkat derajat saya, daripedagang asongan sejajar dengan ketua Mahkamah Konstitusi.''Baginya,bersyukur atas nikmat Allah membuat rezekinya dimudahkan.

Bagaimana ceritanya bisa bergabung ke PT Medco?

Sebelum ke Medco, saya pertama bekerja di kantor akuntan publik. Di situtraining saja, sekitar dua tahun.Setelah training dua tahun dan empattahun kerja kontrak, kemudian saya memutuskan pindah kerja ke sectorjasa keuangan di perusahaan joint venture.Di situ saya kerja selamaempat tahun.Kemudian, setelah itu pindah lagi kerja di investment bankselama delapan tahun.Saya kerja dari pangkat operasional manager, vicepresident, sampai direktur.Sekitar 1991, setelah punya pengalamansebagai akuntan, management consultan, invesment banker, kemudian masukke real sector.Kemudian, saya ditawari Pak Bambang Soebianto untuk berkenalan denganArifin Panigoro.Waktu itu saya sempat bertanya, 'Siapa Pak ArifinPanigoro itu?'Pak Bambang bilang, temannya dulu di Bandung.Kemudian,saya janjian dan bertemu Pak Arifin di Lapangan Banteng.Akhirnya, sayangobrol dan match dengan dia. Mulai Juli sampai Desember 1991, sayamembantu beliau untuk empowerment mindset direksi-direksi.Lama-lama, karena sifat saya dan satu-satunya dari UI, orang yang punyapengalaman lain dengan insinyur-insinyur elektro ini. Saya dianggappunya pikiran baru yang tidak mereka miliki. Sehingga mereka excited,saya juga merasa dibutuhkan. Sehingga, match.Karakter mereka juga bagus.

Sejak kapan Anda mulai bergabung?

Setelah lima bulan membantu tepatnya, 2 Desember 1991, Pak Arifinakhirnya mengajak saya untuk bergabung. Beliau mengatakan, 'Toteman-teman semua kelihatannya tak ada yang against you.Udah kamu pindah ajakemari.'Saya bilang, gaji saya 6.500 dolar terus saya punya rumah masihngutang.Dulu saya pinjam sekitar Rp 600 juta. Sebenarnya utang itunggak usah dibayar, kalau saya sudah lima tahun kerja di situ utanglunas.

Gimana nih? Pak Arifin bilang, 'Akh, yang nyari duit kan you juga. Udahatur aja.' Saya waktu itu minta dibayar dengan gaji yang sama dan pakaidolar.

Sugiharto memiliki etos kerja yang luar biasa.Ia kerap kerja hinggalarut malam. Bahkan, pada hari Sabtu dan Ahad sekalipun.Tak heran,ruang kerjanya masih tampak terang hingga tengah malam.Pola kerjanyaitu kemudian banyak ditiru para pegawai di PT Medco.Kerja kerasnya itumembuahkan penghargaan.Pada 1996, Sugiharto mendapat penghargaansebagai The Best CEO of The Year. Selain itu, ia juga masuk dalamjajaran 600 top management of Indonesian Major Corporation. Priaberdarah campuran Jawa dan Banten ini juga meraih gelar MBA padaIndonesian School of Management and Amsterdam School of Management,Belanda.Hingga kini, Sugiharto mengaku biasa tidur di atas pukul 24.00.Hari Sabtu pun masih digunakan untuk menampung aspirasi dari masyarakat,yang mau mengadukan masalah-masalah BUMN.

Bagaimana ceritanya Anda belajar agama?

Saya belajar agama, sesudah waktu saya sekolah dasar (SD), pada siangharinya saya sekolah agama.Saya belajar masalah agama secara otodidak.Selain itu juga saya aktif di majelis taklim.Sekarang saya seringdiundang berbicara di Pondok Pesantren Gontor.Saya bicara dalam forumstudium general.

Bagaimana mendidik anak-anak di sela-sela kesibukan?

Anak saya tiga sekarang sekolah di Amerika.Anak saya yang nomor satu,sejak SMP nggak gaptek komputer. Rata-rata anak saya itu sekolahnya diAl-Azhar, jadi beda dengan saya dulu. Belajar agama pada siang hari.Tapi kalau al-Azhar, sekolah sampai sore, tapi komplet.Itu yang mempermudah saya untuk men-transform keinginan saya agar supayaanak-anak memiliki spiritual quotient (SQ).Kalau cuma sekolah umumsaja, mungkin faktor spriritualnya kecil. Namun kan, di al-Azhar adakomponen IQ, SQ, dan EQ. Kalau saya belajar SQ melalui perjalanan waktu.Anak-anak saya kursusin bahasa inggris, pulang sekolah harus belajarlagi dan kursus lagi.Saya berikan penekanan, anak saya itu tidak bolehseperti bapaknya yang kesulitan.Karena bapaknya mampu, sampai ke manamau sekolah.Saya tantang anak saya untuk menjadi warga Negarainternasional.Anak saya ini shalat dan puasanya sudah tertib dan sayatakkhawatir.

Komunikasinya seperti apa?

Ini sudah zamannya IT, bisa chatting, sms, telepon.Saya setahun roadshow dua kali ke Amerika dan ketemu mereka.Yang membuat saya terharu,kalau saya di Amerika saya diminta menjadi imam shalat.Buat saya kerjajadi semangat.Orang kerja untuk keturunannya.Salah satu amal yangditinggalkan adalah anak yang saleh.Menjadikan kerja saya hobby.

Sugiharto tak hanya dikenal sebagai profesional bisnis yang tangguh.Iapun aktif di berbagai organisasi. Saat ini, ia menjabat sebagai ketuaumum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi), bendahara umum ICMI,ketua umum Yayasan Abdi Bangsa, ketua Yayasan Wirausaha MadaniIndonesia.Ia juga aktif sebagai bendahara umum, Masyarakat Ekonomi Syariah dansejumlah organisasi lainnya. ''Justeru, aktivitas inilah yang membuatposisi saya sebagai profesional menjadi semakin kuat, professionalplus,''tuturnya.Baginya, saat ini persoalan yang harus segera dibenahi agarbisa bangsa Indonesia bisa kembali bangkit adalah masalah moral.

Apa arti hidup bagi Anda?

Arti hidup itu adalah ibadah.Kerja itu ibadah yang paling tingginilainya.Kalau diniatkan ibadah. Kalau kita kerja tidak diniatkanibadah sama saja seperti binatang, pergi pagi dan pulang sore.

Pernah nggak bermimpi menjadi menteri?

Nggak pernah, saya bermimpi menjadi menteri.Namun, bapak saya dulupunya obsesi agar saya menjadi pembela bangsa dan negara.Waktu itu,bapak ingin saya menjadi menteri. Beliau selalu bilang, 'Kapan ya anakku jadimenteri?'.Bapak bangga sekali kalau saya bicara soal bangsa dan negara.Ia senang luar biasa. Sebenarnya, saya sudah tiga kali dicalonkan jadimenteri.Pertama kali, waktu Pak Hamzah Haz jadi Menteri Investasi,zaman Presiden Pak Habibie.Saya dikenalin dengan Eki Syahrudin. Sayasebagai profesional bantu pemikiran. Waktu itu dia minta saya gantiindia jadi menteri, kalau dia terjun sebagai ketua umum partai maukampanye.Menteri kan nggak boleh kampanye. Namun, tidak kesampaian.Yang kedua,waktu poros tengah menang. Ada 11 menteri yang didesain, malemnya sampaijam 21.00, nama saya ada. Namun, karena ada interupsi dan militer danTaufik Kemas memasukkan Kwik Kian Gie dan Laksamana Sukardi.Akibatnya,yang tiga mental.Ternyata BUMN diincar PDIP.Pak Amien pun mengakukecolongan.

Bagaimana cerita ketika dipanggil di Cikeas?

Saya dipanggil ke Cikeas.Saya awalnya, teken kontrak menjadi menteriperindustrian. Pak SBY tanya saya tentang perindustrian. Pak SBY bilang'Saya senang kalau Anda mau bergabung dan ini anggap saja sebagaiamanah. Saya ingin menempatkan Anda di menteri perindustrian.'Namun,kemudian pada akhirnya saya menjadi Meneg BUMN. Dan kalau boleh memilih,saya pun ingin menjadi Menteri BUMN.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
 
;