Jumat, 11 Januari 2013

Askar Agung


Sekedar berbagi kesyukuran dan kebahagiaan yang semoga memberi inspirasi penyemangat kita untuk senantiasa berfikir dan berjiwa besar serat menata niat untuk mencari Ridha-Nya. Berikut adalah kilasan pendekatan Religiusitas Islam dan inspirasi segar para pemimpin kontemporer yang dikompilasi dari berbagai sumber, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan.

"Hajat dunia tidak saja pada kehadiran para pemimpin politik yang jujur namun juga para pemimpin bisnis yang kreatif dan inovatif"

Barrack Obama pernah menyampaikan pidato monumental di hari wisuda Universitas Notre Dame, South Bend Indiana pada 17 Mei 2009. Setelah dilantik selaku Presiden pertama dari kulit berwarna di sebuah negara adidaya amerika, Obama menemukan kenyataan betapa situasi nasional dan internasional yang di hadapinya amat tak nyaman. Sangat banyak ancaman global yang harus disiasati pada abad 21 ini. Mulai dari resesi ekonomi, gejala ekstrimisme dan terorisme, proliferasi senjata nuklir hingg penyebaran wabah penyakit yang tak pandang bulu dalam memangsa korbannya. Ancaman tersebut tidak mengenal batas Negara, pembeda warna kulit, atau kelompok etnis khusus. Seantero warga dunia tidak ada yang luput dari cengkeraman ini.

Dalam pidatonya kepada para wisudawan Notre Dame University tersebut Obama mendorong agar wisudawn mampu untuk tangguh menghadapi semua persoalan itu secara bersama bukan sendirian. Para wisudawan ditantang untuk memperbaiki mekanisme pasar bebas kapitalisme agar berlaku adil terhadap semua orang pencari kerja; untuk terus mencari sumber-sumber energi baru guna menyelamatkan bumi; untuk memberi kesempatan yang sama kepada generasi mendatang guna dapat menikmati pendidikan istimewa seperti sekarang.

"Apapun profesi yang akan dipilih para wisudawan, baik sebagai pegawai negeri ataupun lainnya, mereka akan terpapar oleh berbagai opini dan gagasan yang disiarkan melalui beragam jenis media yang tak pernah hadir sebelumnya. Disamping itu mereka juga akan menyaksikan perdebatan tentang isu-isu penting yang dilakukan oleh otak-otak brilyan. Bahkan Obama meyakinkan, suatu hari para mahasiswa itu akan terlibat dalam perdebatan dan penentuan kebijakan negerinya sendiri.

Untuk itu Obama menyarankan agar kaum muda menegakkan nilai yang mereka pelajari dan tanamkan dalam diri mereka semasa kuliah.“Jangan takut untuk untuk mengungkapkan pikiran anda, ketika nilai-nilai itu sedang dipertaruhkan. Pegang teguh keyakinan anda dan jadikan itu panduan dalam perjalnann anda. Jadilah anda seperti Mercusuar,” Ujar Obama penuh inspirasi. Disinilah tanggung jawab Pemimpin, jika hanya memikirkan kepentingan diri dan keluarganya sendiri, mengkompromikan nilai fundamental dengan kepentingan jangka pendek, maka nasib rakyatnya mungkin akan dikorbankan.

Bill Gates salah satu contoh lain yang juga menarik, sebagai seorang pendiri Microsoft yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi eksekutif puncak di usia 52 tahun, Beliau memilih untuk mengabdikan diri pada sebuah Yayasan untuk memajukan pendidikan dan kualitas kesehatan warga dunia, sejarah hidupnya penuh warna walaupun tidak sempat menamatkan kuliahnya di Harvard University, namun kontribusinya yang begitu besar bagi peradaban dunia jauh melebihi mereka yang bergelar sarjana.

Ungkapan berikut adalah petikan pidato Bill Gates dalam pelepasan alumni Harvard tahun 2007. Gates mengenang kepergiannya dari Harvard yang tidak diikuti dengan kesadaran sejati tentang ketimpangan didunia ini yang meliputi aspek kesehatan, kemakmuran dan kesempatan. Ratusan juta orang hidup dalam kesengsaraan.

“Saya belajar banyak di Harvard tentang ide baru dalam bidang ekonomi dan politik. Saya mendapatkan paparan mengagumkan tenatang kemajuan yang dicapai dalam bidang sains. Tetapi akhirnya saya menyadari, keungulan kemanusiaan tidak ditentukan oleh sejumlah penemuan, melainkan bagaimana penemuan itu diterapkan untuk menghilangkan ketimpangan di muka bumi,” ungkap Gates dari relung hati terdalam. Baik melalui demokrasi, pendidikan publik yang kuat, kualitas pelayanan kesehatan terbaik, atau kesempatan ekonomi yang lebih luas – upaya pengurangan ketimpangan harus menjadi pencapaian utama manusia.

Gates tampak menyesal betapa sedikit pengetahuannya tentang jutaan anak muda yang tak mendapat kesempatan bersekolah, tatkala ia drop out dari Harvard. Ia juga tak tahu apa-apa tentang jutaan orang miskin dan penderita penyakit kronis di Negara miskin-dan berkembang yang tak mampu bersuara.

Di tengah limpahan-kemewahan hidup selaku orang nomor dua terkaya di dunia, Gates terpanggil untuk membantu masyarakat miskin di seluruh dunia. Gates percaya bahwa Pemerintah di seluruh dunia harus ditekan untuk membelanjakan dana publik dari para pembayar pajak agar lebih memberi manfaat sebesarnya kepada rakyat pembayar pajak. Kita harus mencari pendekatan yang mampu mempertemukan kebutuhan pokok rakyat miskin dengan berbagai cara yang dapat memberi keuntungan bagi par pebisnis dan suara bagi para politisi sekaligus. Upaya ini bersifat terbuka dan tidak akan pernah berakhir, menurut Gates. “Namun upaya sadar untuk menjawab tantangan ini akan sanggup mengubah dunia” Gates menegaskan.

Kepada keluarga besar Harvard, Gates bertanya : Untuk apa segala bakat dan keunggulan intelektual yang mereka miliki saat ini? Tak disangkal, sejumlah fakultas, alumni, mahasiswa dan penikmat jasa Harvard telah menggunakan ilmu dan kekuasaannya untuk memperbaiki kondisi masyarakat diseluruh dunia, tapi bisakah Harvard mendedikasikan kekayaan intelektualnya untuk mengangkat derajat manusia yang tak pernah mendengar nama besar Harvard ?, tanya Gates.

Kepada pimpinan, Guru besar dan Sivitas akademika Harvard, Gates berujar retoris :

“Should our best minds be dedicated to solve our biggest problems? Should Harvard encourage its faculty to take on the world’s worst equities? Should Harvard students learn about the depth of Global poverty… the prevalence of world hunger.. the scarcity of clean water.. the children kept out of school.. the children who die for diseases we can cure? Should the world’s most privileged people learn about the lives of the world’s least privileged?

Di lain kesempatan Steve Jobs berujar :

When I was 17, I read a quote that went something like: "If you live each day as if it was your last, someday you'll most certainly be right." It made an impression on me, and since then, for the past 33 years, I have looked in the mirror every morning and asked myself: "If today were the last day of my life, would I want to do what I am about to do today?" And whenever the answer has been "No" for too many days in a row, I know I need to change something.


Remembering that I'll be dead soon is the most important tool I've ever encountered to help me make the big choices in life. Because almost everything – all external expectations, all pride, all fear of embarrassment or failure - these things just fall away in the face of death, leaving only what is truly important. Remembering that you are going to die is the best way I know to avoid the trap of thinking you have something to lose. You are already naked. There is no reason not to follow your heart. (Steve Jobs Stanford Commencement Speech 2005).

Kegelisahan Albert Einstein :

"Mengapa ilmu pengetahuan yang sangat indah ini, yang menghemat kerja dan membuat hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sangat sedikit ? Ilmu yang seharusnya membebaskan kita dari pekerjaan yang melelahkan spiritual malah menjadikan manusia sebagai budak-budak mesin, dimana setelah hari yang melelahkan, kebanyakan dari mereka pulang dengan rasa mual, dan ...harus terus gemetar untuk memperoleh ransum penghasilan yang tidak seberapa. Jawaban yang sederhana adalah, karena kita belum lagi belajar bagaimana menggunakannya secara wajar".

Pidato gelisah seorang Ilmuwan dihadapan belia mahasiswa California Institute of Technology Pasadena 1931, atas Penyelewengan Sosial-Ekonomi dari Iptek modern.

Pidato RASULULLAH SAW

Jika Barrack Obama, Bill Gates, Steve Jobs juga Albert Einstein menyampaikan pesan kepada mahasiswa yang diwisuda di Univeristas-universitas ternama itu, maka Rasulullah SAW juga pernah mewisuda duta-duta perdamaian yang akan menyebarkan Risalah Islam yang suci ke seluruh penjuru dunia. Singkatnya, para Pemimpin besar akan berbicara tentang isu-isu besar yang akan menentukan nasib umat suluruh jagad. Tidak pernah mereka berbicara masalah kecil, apalagi tentang gossip yang mubazir.

Sampai akhir hidupnya, Rasulullah menggumamkan kalimat pamungkas: Ummati…Ummati..Ummati! untuk menunjukkan keprihatinannya yang tak putus atas nasib kaum yang dibimbingnya. Bukan nasib diri dan keluarganya sendiri yang paling dikhawatirkan, namun nasib umatnya yang mungkin berpaling dari kebenaran sepeniggal diri beliau.

Menjelang akhir hidup Rasulullah SAW beliau pernah menyampaikan pidato yang menggariskan prinsip-prinsip kemanusiaan dan hokum antar bangsa, jauh sebelum Hugo de Grotius merumuskan Hukum Internasional, beliau bersabda :

“Perhatikanlah dengan seksama yang aku sampaikan kepadamu, sebab mungkin saja hari ini adalah kali terakhir pertemuanku dengan kalian semua di tempat ini. Jika kalian semua takut kepada Alloh SWT dan menaati-Nya, Dia akn memelihara keselamatan hidupmu, harat-bendamu, dan kehormatanmu sampai tiba saatnya Dia memanggilmu kembali kepada-Nya.”

Sekarang mari kita refleksikan pesan yang amat menggugah ini dalam diri kita khusunya para wisudawan, dan umumnya pemimpin bangsa kita dimasa kini dan masa yang akan datang. Keprihatinan Obama dan Kerendahan hati Gates merupakan barang langka. Manusia yang berada di puncak kekuasaan dan kekayaannya lalu justru melihat kelemahan dan keterbatasan dirinya untuk memecahkan berbagai masalah. Karena itu, mereka mengundang partisipasi dari seluruh masyarakatnya denga segala kelebihan dan kekutannya untuk menyumbangkan sedikit potensinya.

Rasulullah SAW mengingatkan tentang sebagian dari kebajikan Islam kepada masyarakat luas yakni untuk melindungi jiwa (protection of life), harta (wealth) dan kehormatan (dignity), ditambah lagi perlindungan atas akal dan keturunan yang menjadi dasar Tujuan utama penegakan hukum dalam Islam (Maqashid Al Syari’ah).

(Di sarikan dari Buku Regenerasi Pemimipin Bangsa dan berbagai sumber, Ppsdms Nurul Fikri 2009).


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;