virus menular ini adalah
keberanian untuk bermimpi, berdoa & berikhtiar.
"bermimpilah, karena
Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu."
http://oase.kompas.com/read/2012/10/23/23415252/Museum.Andrea.Hirata.Sebar.Inspirasi
GANTUNG, BELITUNG TIMUR,
KOMPAS.com
Sebuah plang mentereng
bernuansa merah dan kuning terpampang tepat di bawah papan nama "JL.
LASKAR PELANGI" di Desa Linggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung
Timur, Provinsi Bangka Belitung.
Laskar Pelangi menandai
jejak-jejak perjuangan pendidikan anak-anak Indonesia/ Jejak itu dimulai di
jalan ini/ Jalan yang menjadi saksi bahwa anak-anak Indonesia bukanlah
anak-anak yang mudah menyerah/ Laskar Pelangi merupakan karya fenomenal yang
telah merambah dunia/ Penulis Laskar Pelangi, Andrea Hirata, tinggal di jalan
ini/.
Beberapa ratus meter dari
situ, tertancap plang jingga bertuliskan "Museum Kata Andrea Hirata.
Indonesia's Most Inspiring Place" di depan sebuah rumah bernuansa putih.
Di dekat pintu yang
terbuka, ada pigura berisi pengumuman dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris,
agar pengunjung melepas alas kaki karena museum tersebut beralas tikar.
Di dalamnya, beragam
pernak-pernik seputar Laskar Pelangi sudah terpajang rapi di dinding. Meskipun
begitu, ternyata museum itu belum rampung sepenuhnya, bahkan memang belum
diresmikan.
Gorden pun belum semuanya
dipasang. Masih ada tangga lipat di pojok ruangan. Tumpukan kaos yang dijual
sebagai suvenir pun masih teronggok dalam kardus.
Meskipun begitu, tidak ada
larangan untuk melihat-lihat. Beruntung, saat itu sang novelis kebetulan sedang
berada di museum.
Andrea yang mengenakan kaos
abu-abu berlengan panjang, celana kargo beige, serta topi koboy pun muncul dari
ruangan belakang. Pria berambut ikal itu tetap menyambut kedatangan tamu yang
tidak diundang itu.
Andrea dengan senang hati
memimpin tur mengelilingi seisi museum yang dibangun dari royalti novelnya.
Museum sastra pertama di
Indonesia, begitulah dia menyebut Museum Kata Andrea Hirata yang dananya
dialokasikan dari royalti novel yang sudah terbit di 25 negara.
Setelah novelnya mendunia
dan diadaptasi menjadi dua film layar lebar, Andrea ingin melestarikan nilai
positif dalam Laskar Pelangi dan itu diwujudkan lewat museum yang terletak di
Jalan Laskar Pelangi nomor 7 itu.
"Museum ini tujuan
utama bukan pamer-pamer sebenarnya'," kata lelaki yang mendapat beasiswa
International Writing Program di University of Iowa Amerika Serikat pada 2010.
"Ada visi dan
konsepnya, untuk mengobarkan semangat orang-orang terutama generasi muda. Di
sini ada kisah, sebuah kisah 'Berani bermimpilah karena Tuhan akan memeluk
mimpi-mimpimu. Tapi jangan bermimpi saja, berdoa di situ," dia menunjuk
masjid yang terletak persis di seberang museum.
Museum yang hanya berjarak
tiga rumah dari rumah sang ibunda N.A. Masturah Seman terbagi menjadi lima
ruangan. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di tikar di ruangan yang disebut
'Welcome Room', Anda akan disambut dengan belasan pigura berisi sejarah dan
kisah penulisan Laskar Pelangi dalam bahasa Indonesia di sisi kiri. Sementara
itu, dinding sisi kanan dipenuhi hal yang sama namun dalam bahasa Inggris.
"Diusahakan dalam dua
bahasa karena kita sudah banyak sekali tamu asing," kata penulis yang
novelnya menjadi referensi mata kuliah sastra di beberapa universitas di
Australia itu.
Sesuai namanya, museum ini
memang dipenuhi kata-kata Andrea Hirata, termasuk penggalan novel, koleksi
puisi, tiga cerpen karya pria kelahiran 24 Oktober 1982 yang hanya bisa dibaca
ekslusif di museum itu.
"Saya banyak dirayu
penerbit yang mau bayar puluhan juta agar saya menerbitkan tiga cerpen ini.
Tapi ini keistimewaan hanya untuk pengunjung museum yang hanya bisa dibaca di
sini."
Banyaknya materi bacaan
sehingga pengunjung museum harus punya waktu senggang untuk membaca seksama
satu per satu.
"Datang ke Museum Kata
ini sesungguhnya harus duduk tenang, menyerapi apa yang dimaksudkan, apa yang
akan dipresentasikan oleh museum ini."
Terpajang beragam
pencapaian Laskar Pelangi di dalam dan mancanegara. Ada potongan artikel koran
nasional maupun luar negeri tentang LP, kumpulan komentar dunia untuk LP,
pujian dari tokoh dunia termasuk pengarang "Slumdog Millionaire",
serta deretan desain sampul novel LP yang terbit di berbagai negara.
Tidak hanya kata-kata,
indera penglihatan pun dimanjakan dengan foto-foto yang diambil dari film
Laskar Pelangi yang dirilis pada 2008. Andrea juga memajang beberapa lukisan,
baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang terinspirasi LP. Beragam
alat musik pun menjadi bagian dekorasi museum yang dibangun di atas rumah
melayu kuno yang konon berusia dua ratus tahun itu.
Andrea juga ingin
melestarikan suasana warung kopi melayu khas Belitung, itulah mengapa ada
Warkop Kupi Kuli di ujung museum. Suasana jadul sangat kental di Warkop Kupi Kuli.
Rasanya seperti mengunjungi rumah melayu kuno. Di pojok ruangan ada kompor
arang yang memanaskan teko berisi kopi, cat pada dinding kayu dibiarkan
mengelupas, radio kuno, lampu petromaks, iklan enamel, serta sampul album
"Satria Bergitar" Rhoma Irama turut menjadi pemanis Warkop Kupi Kuli.
Selain jadi tempat
bercengkrama sembari menikmati kopi Belitung, pada malam hari ruangan tersebut
menjadi rumah puisi bagi anak-anak sekitar. Dia memang ingin semua karyanya
dapat bermanfaat bagi orang lain.
"Tidak ada satu hal
yang buruk dari Laskar Pelangi, dan saya orang Islam, sampaikanlah walaupun
hanya satu ayat. Ini salah satunya."
Lewat museum ini, Andrea
ingin menularkan virus agar semua orang tidak segan bermimpi. Dia pun punya
mimpi yang belum terwujud. Dengan antusias dia bercerita bahwa penerbit LP di
Amerika Serikat, Farrar, Straus and Giroux telah melahirkan 23 pemenang nobel
sastra.
"Dengan izin Allah,
siapa tahu, Insya Allah, orang kampung tempat jin buang anak itu...(bisa
mencapai hal yang sama). Mudah-mudahan ya."
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar