Catatan
Kepala: ”Dampak dari apa yang kita lakukan hari ini akan terus lengket melekat
erat dalam diri kita hingga akhir hayat.”
Pertanyaannya
sama; ‘hari apakah ini?’.Tapi jawabannya bisa berbeda-beda.Mungkin ada yang
menjawab; ‘ini hari valentine’. Ada yang bilang ‘hari selasa’.Atau bagi
sebagian orang lainnya, ‘Ini adalah hari istimewa peringatan ulang tahun Mama,
Bundaku Tercinta’. Harinya sama. Hari ini.Namun nilainya berbeda-beda. Lantas,
apakah yang menyebabkan perbedaan nilai itu?Jawabannya adalah; makna yang kita
sendiri berikan kepada hari ini. Tidak ada hari buruk.Tidak ada hari bagus. Yang
ada adalah perilaku baik atau kelakuan buruk yang memaknai hadirnya hari-hari
itu dalam hidup kita. Lantas, makna apa yang hendak Anda berikan kepada
hari-hari Anda?
Dikantor
yang sama, pada hari yang sama. Ada karyawan yang mukanya suram.Ada juga yang
wajahnya berbinar cerah. Di rumah juga begitu.Ada orang-orang yang manyun
sajah.Dan ada yang tersenyum indah.
Tidak perlu
bertanya; ‘bagaimana harimu?’ karena kita bisa menebaknya dari pancaran cahaya
diwajah mereka.Juga dari sikap dan perilakunya. Ditempat lain, ada orang yang
terkurung dalam ruang sempit berjeruji. Atau mengucilkan diri dari
lingkungannya karena harus mempertanggungjawabkan apa yang pernah dilakukannya
di masa lalu. Ditempat lainnya lagi ada orang-orang yang sedang menikmati hasil
dari jerih payah dan perilaku baiknya dimasa silam. Kita memiliki 7 hari yang
sama dalam seminggu. Mempunyai 24 jam yang sama dalam satu hari. Mendapatkan 60
menit yang sama dalam setiap jam. Serta 60 detik yang sama untuk setiap menit
yang kita dapatkan. Tetapi, mengapa hasil akhirnya berbeda sama sekali? Nyata
sekali jika dampak dari apa yang kita lakukan hari ini akan terus lengket
melekat erat dalam diri kita hingga akhir hayat. Karena setiap hari yang kita
lalui, merupakan mata rantai dari rangkaian hari-hari yang kita lalui seumur
hidup. Jadi apa yang menentukan akhir dari hidup kita? Jawabnya adalah; apa
yang kita lakukan hari ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar
memaknai hari-hari kita, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 sudut pandang
Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Siklus
hari saling terikat satu sama lainnya.
Mana yang benar dari dua pernyataan ini: “hari senin mempengaruhi hari
selasa” atau “hari selasa yang mempengaruhi hari senin”?.Pernyataan pertama
yang benar dong ya teman-teman.Hari senin yang mempengaruhi selasa, bukan
sebaliknya.Apa yang kita lakukan di hari senin, berpengaruh terhadap apa yang
kita dapatkan di hari selasa. Dan apa kita lakukan di hari selasa, akan
berdampak kepada hari rabu kita. Kelihatannya pernyataan saya ini
benar.Padahal, tidak tepat seperti itu.Mengapa?Karena garis waktu hari-hari
kita tidak terletak pada bidang datar atau garis lurus.Garis waktu kita berada
dalam lingkaran sebuah siklus multi dimensi. Jika Anda melakukan sesuatu di
hari selasa, boleh jadi dampaknya justru akan Anda rasakan di hari senin. Bukan
di hari rabu.Lho, bukankah senin sudah berlalu?Benar.Tetapi kita masih memiliki
senin-senin lainnya dalam hidup kita, bukan?Fakta ini menunjukkan bahwa apapun
yang kita lakukan pada hari ini – apakah perilaku baik atau perilaku buruk –
sangat berpengaruh terhadap seluruh hari-hari dalam hidup kita.Maka berhati-hatilah
dalam setiap hari yang kita lalui.Karena dampak dari perilaku kita pada salah
satu hari itu, mungkin sangat menentukan sisa-sisa hari yang masih kita miliki.
2. Waktu memiliki bobotnya sendiri-sendiri. Semua hari dalam hidup kita sama-sama terdiri
dari 24 jam. Maka mestinya, kita bisa mengganti hari apapun dengan jumlah waktu
yang sama. Misalnya, jika saya melakukan kesalahan selama 1 jam kepada Anda,
maka sebaiknya Anda hanya menghukum saya atas kesalahan itu selama 1 jam juga
dong.Tetapi nyatanya tidak demikian.Jika saya melakukan sesuatu yang sedemikian
buruknya kepada Anda.Misalnya menyakiti Anda selama satu jam.Lalu Anda membawa
saya ke pengadilan, Anda meminta hakim untuk memenjarakan saya selama 15
tahun.Betul demikian?Sebaliknya.Ada orang-orang yang bekerja keras selama 5
tahun.Berjuang menghadapi setiap cobaan, rintangan dan tantangan hidup.Pedih
dan perih dijalaninya selama masa-masa sulit itu.Namun, setelah semua usahannya
menampakkan hasil, orang itu bisa menikmati hasilnya selama puluhan tahun
hidupnya kemudian bahkan bisa diwariskan.Perhatikanlah sekali lagi.Ternyata,
waktu memiliki bobotnya masing-masing.Lantas, apakah gerangan yang menentukan
bobot itu?Satu hal saja. Yaitu; apa yang kita lakukan untuk mengisi waktu-waktu
itu. Jadi, Apa yang akan Anda lakukan hari ini? Sesuatu yang menyebabkan Anda
menderita atau menanggung malu selama puluhan tahun yang akan datang? Ataukah,
melakukan tindakan-tindakan yang memungkinkan Anda untuk menjadi pribadi yang
mulia, terhormat, dan tentram hati kelak ketika memasuki saat-saat terakhir
dalam hidup kita.Hmmmmh… silakan tentukan sendiri.
3. Waktu mematangkan segala sesuatu. Jika Anda
menanak nasi, tentu Anda perlu energy panas dari api atau listrik. Tanpa itu,
beras tidak akan berubah menjadi nasi. Namun, ada ‘energy’ lain yang harus ada
selain panas itu. Tahukah Anda apakah itu?Waktu.Nyalakan kompor Anda, satu
detik. Maka beras tidak akan tanak. Waktulah yang sangat berpengaruh untuk
mematangkan sesuatu. Tanpa waktu, kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita
inginkan. Indah pada waktunya, jika Anda lebih suka menyebutnya
demikian.Bagaimana dengan kita?Kita selalu ingin segala sesuatu memberikan
hasil secara instan.Sekarang berusaha, sekarang ada hasilnya.Itu jika kita
melakukan kebaikan.Saya juga sering ingin demikian.Sebaliknya.Jika kita
melakukan keburukan, kita ingin agar waktu terus diulur-ulur agar jangan sampai
konsekuensi atau perilaku dan tindakan buruk itu mendatangi kita.Padahal, waktu
tidak pernah bisa dihentikan.Maka ketika kita berbuat kebaikan.Berikhtiar.Berusaha
mendapatkan penghidupan.Mencari nafkah.Mengejar berkah.Bersabarlah, bila
hasilnya belum seperti yang kita harapkan.Dan teruslah
berjuang.Sebaliknya.Ketika kita berbuat keburukan.Tidak perlu pergi terlalu
jauh.Karena kemanapun kita berlari.Dimanapun kita sembunyi. Waktu akan
menentukan kapan kita harus memberikan pertanggungjawabannya. Segala sesuatu,
indah pada waktunya.Karena waktu, mematangkan segalanya.
4. Waktu melacak setiap jejak. Lihatlah struk
belanja kartu kredit Anda.Tanggal berapa dicetaknya?Tetera disana. Periksalah
pesawat yang Anda tumpangi, jam berapa take off dari runway? Ada
jadwalnya.Telitilah, layar monitor gadget komunikator Anda, berapa menit atau
detikkah percakapan yang Anda buat bersama seseorang nun jauh disana? Jam
berapa Anda tidur. Jam berapa Anda bangun. Jam berapa Anda masuk ke kantor. Jam
berapa blablablabla. Semuanya terekam oleh waktu.Sekarang. Mari.
Kita.Renungkan.Lagi.Apakah setiap tindakan dan perilaku kita juga terlacak
jejaknya disana? Jika demikian, maka ketika kita menggunakan jemari tangan ini
untuk menuliskan kalimat-kalimat hujatan kepada orang lain. Mencaci
maki.Mencerca.Semuanya terekam dengan sempurna.Begitu pula ketika kita
menggunakannya untuk menyemangati sesama.Mengajak mereka kepada kebaikan.Dan
menyerukan perdamaian.Semua tercatat tanpa cacat.Itu baru jemari
tangan.Bagaimanakah gerangan dengan lidah kita.Tangan kita.Kaki kita.Otot-otot
dalam tubuh kita.Setiap sel dalam otak kita.Seluruhnya. Pada setiap jam, menit,
dan detik yang dilaluinya ada jejak yang ditinggalkannya. Jejak seperti apakah
yang kita ingin waktu melacak dan mencatatnya?
5. Bahkan Tuhan pun bersumpah dengan waktu.Dalam
kitab suci, kita membaca dengan jelas dan tegas; “Demi waktu!” demikian Tuhan
bersumpah. Oh, sedemikian pentingnyakah waktu dimata Tuhan? Sesunggungnya
manusia itu berada dalam kerugian loh.Tahu kenapa? Karena kita sering lalai
dengan detak detik jam di tembok yang terus berjalan. Kita tidak tahu sampai
kapan masih punya waktu.Tetapi kita selalu tergoda untuk memubadzirkannya.Atau
mengisi detik demi detik dalam hidup kita dengan sesuatu yang tidak berguna.
Bahkan, mungkin juga kita pakai waktu yang ada untuk menyakiti perasaan orang
lain. Menghujat orang-orang yang bahkan tidak melakukan sesuatu yang merugikan
diri kita.Apa sih yang kita lakukan dengan detik-detik yang dimata Tuhan
sedemikian berharganya ini? Rugi, manusia itu.Bukan kata saya.Tapi menurut
firman yang dibawa oleh Nabi suci.“Kecuali,” lanjut firman itu.“Orang-orang
yang meyakini keberadaan Tuhannya.”Itu yang pertama.“Dan orang yang melakukan
tindakan dan perilaku baik.”Itu yang kedua.“Dan saling menasihati dalam
kebenaran.”Itu yang ketiga.“Dan saling menasihati dalam kesabaran.”Dan itulah
yang keempat.Dari miliaran manusia, hanya ada 4 jenis orang yang tidak rugi
selama menjalani setiap detik dalam hari-harinya.Adakah kita termasuk kedalam
jenis orang-orang itu?
Bayangkan
ketika Anda berada dalam sebuah ruangan yang memiliki fasilitas cctv. Setiap
gerak gerik Anda, detik demi detik direkam. Esok harinya, seseorang memutar
video rekaman itu sehingga dia tahu persis apa yang Anda lakukan selama berada
di ruangan yang diawasi itu. Ketika Anda ditanya atau dikonfirmasi tentang
sesuatu mungkin Anda berkata; ”Yang mana ya?” Atau, ”Nggaaaak, saya nggak
melakukannya koook. Sumpah!”Anda mengelak.Mungkin karena Anda lupa.Atau
berpura-pura tidak mengingatnya. Tetapi, ketika kepada Anda disodorkan rekaman
cctv itu, apakah gerangan yang bisa Anda sangkal lagi? Sekarang, bagaimana
seandainya kepada kita diberitahukan bahwa di sebelah kiri dan kanan kita ada 2
kamera tak kelihatan yang merekam setiap perbuatan kita sepanjang hayat. Hasil
rekaman kamera itu akan diputar pada suatu hari ketika semua jiwa dikumpulkan.
Dipertontonkan pada hari ketika setiap amal perbuatan dikalkulasi dan
dipertanggungjawabkan. Kira-kira, wajah kita akan berubah menjadi hitam kelam
dipenuhi kemuraman? Atauhkah berpendar indah dipenuhi oleh cahaya yang cerah?
Oh. Betapa teka-teki ini tidak mudah untuk dicarikan jawabannya.
DEKA -
Dadang Kadarusman – 14 Februari 2012
Trainer,&
Public Speaker of Natural Intelligence
Niyaz Khalil
0 komentar:
Posting Komentar