Minggu, 01 Januari 2012

Ayah Angkatku Di Rusia


Selama tinggal beberapa tahun di Moskow, alhamdulillah banyak sekali pengalaman yang ku dapat dan menjadi kenangan hidup yang pastinya tak dapat dilupakan. Termasuk juga dengan salah satu kenalanku yang pada akhirnya minta dianggap sebagai ayah angkat. Beliau adalah seorang pensiunan agen rahasia Uni Sovyet yang berasal dari Indonesia dan sudah bertahun-tahun menjadi warga negara Russia. Pertemuan awal kami adalah saat suami saya mencari tempat tinggal sementara di kota Moskow, sebelum saya datang. Kebetulan beliau menawarkan kamar yang kosong dengan biaya terjangkau.

Beliau berusia 70 tahun, saat itu kurang banyak mengetahui tentang Islam. Karena minimnya pengetahuan tentang Islam dan tak memiliki kenalan yang paham tentang Islam, tak heran jika pada akhirnya dia belajar sendiri Al-Quran dan menafsirkan artinya sesuai dengan cara berpikirnya. Itulah yang menjadi masalah. Saat itu beliau tidak pernah menjalankan sholat Jum'at. Dan sholat lima waktu hanya dijalankan dua waktu saja karena penafsiran yang salah terhadap pelaksanaan sholat tersebut.

Alhamdulillah, semenjak tinggal bersama suami. Secara perlahan, pemahaman ke-Islamannya terpenuhi. Dengan sabar suami saya banyak membimbing beliau dari mulai membaca Qur'an dan menafsirkan Qur'an dengan bantuan Tafsir Fi Dzilalil Qur'an. Rupanya kesabaran berbuah berkah. Beliau mulai rajin menghadiri sholat Jum'at di KBRI, walaupun jaraknya sangat jauh. Jarak yang harus ditempuhnya kira-kira seperti jarak dari Jakarta ke Bogor. Namun di Moskow ada fasilitas transportasi METRO yaitu kereta bawah tanah (subway) yang kecepatannya di akui sebagai kereta bawah tanah tercepat di dunia. Jadi sejauh apapun takkan terasa.

Karena semakin lama semakin dekat hubungannya. Beliau sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri karena memang beliau hidup sendiri tanpa anak. Sementara isterinya sudah wafat puluhan tahun yang lalu dan beliau memutuskan untuk tidak menikah lagi selepasnya. Pun setelah kami pindah ke apartemen baru, kami masih mengunjungi beliau untuk sekedar menemani beliau cerita dan membuatkan masakan Indonesia.

Beliau sudah tak ada keinginan untuk kembali ke Indonesia, baginya Russia adalah tanah airnya. Tanpa bermaksud menjelekkan tanah kelahirannya, ternyata beliau banyak menyimpan traumatis. Dulu beliau adalah seorang mahasiswa Indonesia yang dikirim untuk belajar di Russia. Namun, semenjak pecah peristiwa G30S/PKI, banyak mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di sana enggan pulang. Sebab pemerintah saat itu sudah mencap mereka sebagai pro-komunis. Dan mencekal mereka untuk kembali. Akhirnya mau tidak mau mereka bertahan di negeri dingin tersebut. Beberapa di antara mereka yang akhirnya menghabiskan masa tuanya di sana, menikah, dan menjadi warga negara setempat hingga masa pensiun. Ada juga yang memutuskan untuk kembali ke sanak saudaranya selepas orde baru berakhir.

Ayah angkatku memutuskan bekerja menjadi agen rahasia dengan alasan yang sangat manusiawi sekali. Beliau butuh makan dan penghasilan. Kebetulan dengan bekerja di tempat tersebut, beliau dapat menikmati banyak fasilitas yang diberikan. Misalnya pergi ke luar negeri dan fasilitas hidup lainnya. Walaupun ada penyesalan pada setiap akhir ceritanya, tapi itulah hidup yang harus dijalaninya dan kami sangat memaklumi kondisi tersebut. Untuk itu, di hari tuanya dia banyak menghabiskan waktu dengan mendalami ke-Islaman dan kembali pada Islam. Pada setiap sholat beliau banyak menangis dan menyesali apa yang telah dilakukannya.

Tanpa terasa, lama kami mengenal beliau dengan kondisi yang sekarang jauh lebih baik dari segi rohani serta pemahaman dan saatnya kami pamit untuk kembali ke tanah air. Sebenarnya tak tega hati ini meninggalkannya sendiri dalam usia tua. Apalagi bila mengingat salah satu hadist Nabi:

"Orang Muslim itu adalah saudara orang muslim lainnya, dia tidak mendzaliminya dan tidak menelantarkannya" (HR Bukhari Muslim).


Namun kami percaya bahwa Allah-lah yang akan selalu menjaga beliau. Allah-lah yang lebih tahu mana yang terbaik untuknya.

Robbana Allahuma robbana... Dzolamna anfusana, Wa illam taghfirlanaa Watarhamna Lanakunanna Minnal Khosiriin.

Oleh : Ellina Supendy


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;