Satu lagi,
kembali guru saya Ustad Yusuf Mansyur menulis sesuatu yang patut kita ketahui
dan resapi. Dengan gaya dan Style nya sendiri, Ustadz Yusuf dapat menjelaskan
dgn sederhana. Tulisan ini berjudul ‘Boleh Gak Pamrih sama Allah?” Silahkan
membaca tulisan beliau.
“Boleh gak
pamrih sama Allah…?”
Emang boleh
sedekah dengan minta-minta sama Allah?
Apa ga pamrih
tuh?
Bukannya
harus ikhlas memurnikan sedekah karena Allah?
Pertanyaan
ini sering bener ditanyakan. Buat saya, seneng juga jawabnya jika memang ada
waktu. Sebab ini bukan saja persoalan sedekah, tp juga persoalan tauhid dan
keyakinan kepada Allah. Allah meminta kita untuk meminta kepada-Nya. Bahkan
tidak mengharuskan kita untuk sedekah atau tidak. Artinya, tanpa sedekahpun,
meminta diperbolehkan dan menjadi ibadah tersendiri.
Sampe sini,
dalam bahasa yang sederhana saya suka mengatakan: Engga sedekah juga boleh
minta sama Allah… Artinya, bila tanpa sedekah kita boleh meminta, mestinya,
dengan bersedekah kita tambah lagi boleh meminta. Sebab permintaan kita
disertai sedekah sebagai amal saleh.
Ada yg
kemudian nanya, terus, niatnya apa? Sedekah supaya bisa punya mobil? Tanya yg
bertanya sambil terpingkal-pingkal sendiri. Masa iya sih boleh sedekah supaya
bisa punya mobil? Wuah, saya mah istiqamah saja dengan jawaban saya. Sekali
lagi, sekedar berdoa supaya bisa punya mobil saja, boleh. Apalagi jika
didahului sedekah.
Cobalah buka
mata hati sebentar untuk gagasan ini, pemikiran ini, pendapat ini. Jangan buru”
ditolak. Kalau dari awal udah nolak, ya susah. Coba ya, ikuti penjelasan ini
sebentar.
Saya tahu,
barangkali sang penanya tidak menduga jika candaannya ini dibawa ke penjelasan
serius. Penjelasan yang bisa jadi membawa si penanya malah benar-benar bisa
punya mobil beneran, jika belom punya.
Coba,
sekarang, koreksi kalimat saya: “Ya Allah, besok udah mau puasa. Habis puasa,
datang lebaran. Saya kepengeeeeennn sekali memuliakan orang tua. Ingin
memanjakan orang tua, dan membahagiakan orang tua. Ya Allah, dulu ketika orang
tua saya gagah, usianya masih muda, pulang kampung berhimpit-himpitan ga
masalah ya Allah. Pulang kampung macet”an di dalam bus, atau kereta, ga ada
masalah ya Allah. Tapi sekarang, dengan usianya yang senja, itu menjadi
masalah. Ya Allah, berikanlah saya mobil. Buatlah saya memiliki rizki untuk
bisa beli mobil. Agar saya persembahkan mobil itu kepada orang tua saya, dan
kemudian beliau-beliau bisa pulang kampung dengan nyaman dengan mobil itu. Ya
Allah, bila Engkau menyuruhku untuk meminta, kepada-Mu yang Maha Kaya lagi Maha
Pemurah, maka sekarang inilah saya meminta kepada-Mu. Saya memohon kepada-Mu
agar mobil itu bisa saya beli sebelom hari raya tiba. Ya Allah, kabulkan lah
doa saya ini. Saya kepengen melihat orang tua saya tersenyum bahagia melihat
saya membawa mobil ini ke hadapannya dan mengatakan bahwa besok mobil ini akan
mengantarkan emak dan bapak pulang kampung, berziarah ke makamnya eyang. Ya
Allah, terbayang bahwa emak dan bapak saya akan tidur terlelap tanpa khawatir
copet, maling, ga usah berpeluh” keringatan, keletihan. Sebab naik mobil
sendiri. Jika beliau mau singga sebentar ke rumah makan yg disukai, beliau
tinggal berbisik kepada supirnya ini mobil. Jika beliau ingin shalat di tengah
perjalanan, pun beliau tinggal berbisik pula kepada ini supir. Ya Allah, belom
lagi Engkau kabulkan doa ini, Engkau sudah memberikan saya kebahagiaan. Saat
saya berdoa ini, Engkau membuat diri saya ini tersenyum sendiri. Bahagia.
Seakan2 Engkau sudah sungguhan memberikan saya dan orang tua saya, mobil.
Makasih ya Allah…”.
Doa ini saya
bacakan kepada yang bertanya, dan mengatakan kepada dia, boleh ga saya berdoa
seperti ini? Berdoa minta mobil? Rasanya, sulit bagi dia untuk menjawab tidak
boleh. Ada kesantunan tentu saja di dalam doa ini. Begitu pun saya. Ketika saya
menyeru kepada diri saya dan jamaah semua, ayo, bersedekahlah, dan berdoalah
kepada-Nya, untuk setiap hajat dan keinginan, kesulitan dan permasalahan hidup.
Tentu saja terkandung di dalamnya kesantunan di dalam doa. Bukan seperti memberi
dengan kasar kepada Allah, lalu berkata kasar pula kepada Allah, Hei, berilah
aku mobil. Aku sudah bersedekah kepada-Mu. Ya, tentu saja bukan doa seperti ini
yang saya maksudkan. Berdoalah seperti biasa. Namun hantar doa itu dengan amal
saleh, sebelum dan setelahnya. Sedang sedekah, adalah bukan satu2nya amal
saleh. Ia hanya satu dari sejuta amal saleh yang bisa dipilih oleh kita.
Saudaraku
semua. Bahkan di dalam doa tadi, sudah ada amal saleh loh. Tahukah saudara, apa
amal saleh di dalam doa tadi? Nawaitu membahagiakan orang tua. Ya, nawaitu
membahagiakan orang tua, adalah amal saleh dari sebuah niatan baik. Dan insya
Allah, doa itu “tidak berdiri sendiri”. Doa itu dihantar, dibungkus, dengan
amal saleh yang begitu indah. Dia meminta mobil, bukan untuk dirinya, melainkan
untuk Ayah dan Ibunya.
Niyaz
Khalil
Harapan
dari Seorang Sahabat
3 komentar:
Terima kasih atas pencerahannya... Artikel ini sangat membuat saya terinspirasi dan termotivasi. Semoga kita bisa menjadi pribadi pribadi yang gemar bersedekah ... Aamiiin..>>>
Aamiin...
Alhamdulillah penjelasannya ckp membuat saya mengerti dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan saya selama ini hingga tanpa sadar saya meneteskan air mata, Krn saya belum bisa mewujudkan keinginan untuk bisa membuat orangtua bahagia & bangga thd saya, semoga apa yang kita impikan, cita²kan, baik utk pembaca maupun blogger ini,dapat segera terwujud...
Posting Komentar