Persoalan meminta sama Allah itu bukan
persoalan ikhlas atau tidak ikhlas. Itu persoalan ibadah. Meminta adalah
do’a. Silahkan saja sedekah tanpa berharap. Tapi kalau sedekah sambil
berharap, maka dapat dua ibadah; pahala sedekah dan pahala berharap. Namun
kita tidak boleh memaksa, hanya boleh meminta dan berharap.
Dan bukanlah disebut meminta dan
berharap, kecuali yakin bahwa apa yang diminta dan yang diharap adalah bisa
dikabulkan. Ilmu penyertanya adalah sabar, tawakkal, juga ikhlas. Termasuk
ikhlas bila Allah tidak mengabulkan. Husnudzan kepada Allah adalah seninya.
Yakinlah Allah Maha Tahu apa yang terbaik.
Sementara itu, mengikuti seruan-Nya,
percaya akan janji-Nya; yang akan mengganti 2x, 10x, 700x, lebih banyak lagi,
atau mengganti dengan yang lebih baik, adalah juga sebuah keutamaan. Tauhid
itu. Percaya sekali sama Allah.
Saking percayanya ya kita ikuti
seruannya. Dan apa sebutannya kalo bukan ikhlas juga? Nyari duit setengah mati,
tiba-tiba ketika datang tawaran bersedekah dari Allah dengan janji akan
dilipatgandakan-Nya, lalu kita percaya? Hingga kita menyerahkan semuanya? Apa
gak di sebut ikhlas tuh? Bahwa kemudian jangan meminta hanya dunia, itu betul.
Minta juga ampunan-Nya, keselamatan
dari-Nya, kasih sayang-Nya, bisa hafal qur’an, bisa istiqomah, bisa tambah
sehat. Pengetahuan akan ilmu konversi juga penting. Sesiapa yang sedekah 1 di
kali 10. Lalu sepuluhnya gak dapet, pertanyaannya: benarkah gak dapat? Apakah
itu dikarenakan bodohnya kita?
Sesungguhnya Allah sudah membalas. Hanya
balasannya kita gak paham hingga bertambah ilmu kita dan hikmah. Juga
ketika kita baik sangka. Subhanallah, betapa rahasia ilmu Allah itu luas
sekali. Belum lagi kalau bicara bahwa ternyata bayaran Allah itu terus dan
terus. Kita anggap udah gak akan dibayar lagi. Ternyata setelah kita malah lupa
sama do’a kita, eh Allah tetep kabulkan. Rupanya, “panen” pertama, bukan ke apa
yang kita minta. Sementara kita bersabar, rupanya tanaman kita panen yang
kedua, ketiga, dan seterusnya hingga sampailah pada apa yang kita minta.
Waba’du, meminta kepada Allah, tidaklah
salah. Demikian juga berharap dari-Nya. Gak sedekah aja, boleh meminta, boleh
berharap. Apalagi dengan bersedekah, tambah boleh meminta, tambah boleh
berharap.
Sesiapa yang berdo’a dengan amal soleh
sebagai pendahuluannya, jelas akan lebih bertenaga do’anya. Dan amal soleh itu
banyak, sedekah adalah hanya salah satunya. Begitupun do’a. Do’a akan menjadi pendorong
yang hebat buat sedekah.
Jangan hanya bersedekah. Tapi juga
berdo’a. Di rawat itu sedekah dengan do’a. Jangan ditinggal begitu saja.
Meskipun saya yakin, seperti biji cabe, yang di aurin (dibiarin) aja dia
tumbuh, namun jika dirawat, dikawal, hingga ia tumbuh banyak dan bagus, adalah
sebuah keutamaan yang lain adanya. Selamat menuntut ilmu terus, terus, dan
terus. Hingga sampai kepada hikmah yang kita mintakan dari Allah datangnya.
Amin.
Emang juga diam aja Allah udah akan
aturin. Tapi kita ga dapet pahala do’a. bahkan do’a itu kepalanya ibadah. Jika
ibadah, ibadah doangan, kaga berdo’a, maka kita hanya ampe leher. Itu ibadah ga
ada kepalanya. Dengan berdo’a, itu menyatakan kelemahan kita juga di hadapan
Allah Yang Begitu Kuasa. Sekaligus pernyataan-pernyataan menghamba, penuh
harap, menjadikan Allah sandaran, dan lain-lain. Masya Allah dah. Rugi mereka
yang ga mau berdo’a. Sedang do’a sendiri adalah sebuah ibadah tersendiri.
Dan bahkan do’a adalah perintah Gusti
Allah langsung. Ayat-ayat tentang do’a tidak hanya di satu ayat. Tapi di banyak
ayat. Dan tidak ada do’a yang tidak dikabulkan kecuali ia menjadi pengampunan
buat yang berdo’a, menjadi penolak bala, dan disimpan sebagai kebaikan yang
lain dari hal yang tidak diminta. Nah, apakah yang tidak berdo’a bakalan dapat
keistimewaan yang berdo’a? tentu saja tidak. Alhamdulillah.
Yusuf Mansur
NB : Ini merupakan jawaban dari Ustd
Yusuf Mansur kepada seorang jamaah. semoga bermanfaat
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar