Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud
Babilonia dipanadang sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif. Karena
orang Kristen terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari
kian percaya dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara sumber yang
shahih” untuk mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab Perjanjian
Lama, yang tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para okultis (juru-ramal).
Yudaisme adalah agama kaum Farisi dan
para pendeta Babilonia, yang menjadi sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di
kemudian hari membentuk agama Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya,
seperti ‘Kabbalah’, isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal-meramal,
gematria, nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam). Jika seorang Yahudi
ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca mantera untuk
keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas kepalanya untuk memindahkan
dosa- dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat kita katakan mengenai hal ini
tidak lain adalah takhayul dalam arti yang sebenar-benarnya. Selanjutnya
lambang Israel yang mereka sebut sebagai “bintang Nabi Daud” sama sekali tidak
ada sangkut pautnya dengan Nabi Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut
enam) supranatural yang melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang
memberikan karakteristik pada kaum laki-Iaki), yang dihubungkan dengan para
Khazar Bohemia pada abad ke-14. (Penyesatan publik dengan penggunaan nama “negara
Israel” yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil persekongkolan
antara kaum Bolshevik-Yahudi dengan kaum Zionis yang atheis; nama itu tidak ada
sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui
pcngakuan pertama di PBB yang diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph
Stalin).
Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya
bila berkunjung ke komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’, dimana
sebuah patung serupa Halloween meloncat-loncat (seperti ‘jailangkung’).
Meskipun upacara ‘Purim’ itu merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan
sebagai nash dasarnya, dalam prakteknya upacara ‘Purim’ tidak lain adalah
sebuah tradisi kaum kafir Bacchan.
Para rabbi orthodoks menggunakan
kutukan, mantra, imej, dan sebagainya, yang mereka anggap lebih besar kuasanya
dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah, (sebuah
buku tentang ilmu sihir kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat menyaksikan
ulangan perilaku paganisme Babilonia kuno setiap kali mereka mengamati ritual
para rabbi agama Yudaisme.
Dengan mengetahui ajaran Talmud yang
menjadi dasar konstitusi prinsip, dan arah kebijakan negara dan pemerintah
Israel, mudah dipahami mengapa negara Israel sangat arogan dengan kebuasan yang
melebihi Nazi Jerman.
Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar