Senin, 01 Oktober 2012

Keistimewaan Kitab Suci Al-Qur'an


Assalamu'alaikum...
Seperti dalam komunikasi sebelumnya bahwasanya saya juga senang bila ada sejawat muslim yang bisa diajak untuk bertukar pikiran dalam menyelami aqidah maupun syariat agama Islam. Oleh karena itu, disini saya mencoba untuk berbagi informasi tentang keistimewaan Al-Qur'an. Semoga bermanfaat bagi kita dan mempertebal keyakinan kita akan Al-Qur'an.

Dimana kita tahu bahwa saat ini para missionaris/orientalis barat begitu gencarnya menghujat kitabullah ini dengan menunjukkan bukti-bukti empiris, penuh dengan manipulasi seperti Salman Rusdie dg Satanic Verses-nya juga Dr. Robert Morey dg Islamic Invasion-nya. Sungguh hal tersebut sangat menyakitkan bagi umat muslim yang membacanya, apalagi bagi saudara-saudara kita yang mualaf hal tersebut sangat membahayakan karena benar-benar menyesatkan namun dibuat seolah-olah benar adanya, Astaghfirullah..

Al-Qur'an, setelah diteliti menggunakan ilmu/science modern, seperti yang pernah di tulis oleh Prof. DR. Quraish Shihab (mantan mentri agama RI) dimana beliau juga merupakan ahli tafsir Al-Qur'an lulusan universitas Al-azhar mesir, didalam bukunya yang berjudul "Wawasan Al-Qur'an" pada halaman ke-4 sebagai berikut:

Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Qur'an, yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah huruf 323.015 huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.

Sebagai contoh, sekali lagi sebagai contoh, kata hayat (hidup) terulang sebanyak antonimnya maut, masing-masing 145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia, malaikat terulang 88 kali sebanyak kata setan, thuma'ninah (ketenangan) terulang sebanyak kata dhiyiq (kecemasan), panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.

Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir sama dengan akibatnya yaitu penyesalan masing-masing 12 kali, zakat sama dengan berkat yakni kebajikan melimpah, masing-masing 32 kali.
... dan masih banyak lagi

Berikut salah satu keistimewaan Al-Qur'an setelah mengalami penelitian dengan menggunakan modern science .

Apabila Al-Qur'an dianggap sebagai salah satu bentuk komunikasi Sang Khalik dengan makhluk-Nya, ternyata bentuk komuniksi ini tidak menyalahi prinsip komunikasi data modern, yaitu secara digital, bahkan lebih dari sempurna. Dalam komunikasi digital, data yang akan dikirimkan selalu ditambahi dengan 'data control' yaitu data untuk mengecek kebenaran data pada saat diterima nanti. Dengan demikian, apabila terjadi gangguan pada saluran komunikasi selama proses pengiriman berlangsung, maka pihak penerima akan dapat mengetahuinya. Selanjutnya pihak penerima akan meminta agar si pengirim melakukan koreksi ataupun pengiriman ulang. Dengan cara beginilah si penerima terjamin bahwa data yang diterimanya adalah benar, tidak mengalami cacat dalam proses pengirimannya.

Al-Qur'an bila dipandang sebagai hasil komunikasi antara Allah dengan Nabi Muhammad ternyata memenuhi kriteria konsep komunikasi digital, karena didalamnya terkandung 'data control' yang mampu mendeteksi bila terjadi kesalahan dari bentuk aslinya. Hal ini sejalan dengan Qur'an surat Al-Hijr 4. Bahkan apabila dikaji lebih jauh, 'data control' dalam Al-Qur'an jauh lebih sempurna daripada dalam komunikasi data yang baru dikembangkan oleh Claude Shannon sekitar tahun 1948. Bila dalam komunikasi data 'data control' itu ditambahkan  ke dalam data asli; maka dalam Al-Qur'an, 'data control' ini langsung terselip dalam ayat-ayat aslinya (!).

Data control Al-Qur'an tidak lain adalah bismillahir rahmaanir rahim.
Memang sempurna sekali Allah dalam 'menyusun' Al-Qur'an ini, ternyata pemilihan kalimat tersebut untuk memulai surat-surat, kecuali surat At-Taubah, ada maksudnya.

Hal tersebut merupakan tafsir kontemporer (masa kini) terhadap Qur'an surat Al-Muddatsir : 30 dan 31

30. (Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga).

31. Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir) (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.

Menurut tafsir konvensional, angka 19 dalam ayat ini menunjukkan jumlah malaikat penjaga neraka; padahal angka 19 tersebut merupakan jumlah huruf-huruf arab penyusun kalimat bismillahir rahmaanir rahim ( ba, sin, min dan seterusnya ) yang mengandung maksud-maksud tertentu. Tanpa bantuan sistem kearsipan dan sistem komputer dengan perangkat lunak pengolahan basis kata modern, tentu saja kesamaan angka 19 dalam Al-Muddatsir : 30 di atas dengan jumlah huruf penyusun bismillahir rahmaanir rahim akan dianggap suatu kebetulan belaka. Tetapi melalui bantuan dua disiplin ilmu tersebut ternyata terbukti bagaimana 'ketelitian' Allah dalam 'menyusun' Al-Qur'an. Sebenarnya penemuan keistimewaan angka 19 ini bukanlah sesuatu yang baru, hal ini merupakan penelitian terhadap arsip-arsip buku klasik yang terkumpul dalam buku berjudul "Indeks seluruh kata Al-Qur'an" (terjemahan bebas judul asli : Al Ma'jamil Mafharis Lialfaadhil Qur'anil Hakiim") karya Muhammad Faud Abdul-Baqi dan dirangkum dalam tulisan berjudul 'The Perpectual Miracle of Muhmmad SAW' oleh Rashad Khalifa.

Uraian mengenai fenomena keajaiban bilangan prima yang dibentuk dari bilangan pertama dan bilangan terakhir dalam sistem desimal ini dimulai dengan ditemukannya pengulangan pemakaian kata-kata penyusun kalimat bismillahir rahmaanir rahim.

Ismi disebut sebanyak 19 kali,
Allah disebut 2698 kali (kelipatan 142 dari 19),
Ar Rahman disebut 57 kali (kelipatan 3 dari 19) dan
Ar Rahiim sebanyak 114 kali (kelipatan 6 dari 19).

Surat yang pertama kali diturunkan Al-Alaq (surat ke 96) sebanyak 19 ayat, ternyata merupakan surat ke 19 jika dihitung dari belakang (hitung mundur 96 dari 114).

Kemudian terdapat  29 surat yang diawali dengan ayat kombinasi 14 huruf arab (alif, ha, ra, sin, shad, tha, 'ain, qaf, lam, mim, nun, ha, ha, ya, dan kaf) dengan 14 variasi kombinasi (alif, lam, mim, alif lam ra, qaf, nun, shad, thaha, yasin,thasin, hamim, thasin-mim, 'ain-sin-qaf, alif lam mim shad, alif lam mim ra, dan kaf haya 'ain shad). Ternyata angka-angka yang tercetak tebal (warna maron) jika dijumlahkan sama dengan 57 (29 + 14 + 14). 57 sama dengan kelipatan 3 dari 19.

Dari kedua fenomena diatas, tentu akan segera hilang keteraturan penggunaan angka 19, bila ada orang yang dengan sengaja menambah ataupun mengurangkan kata ismi dalam suatu kalimat. Misalnya, billaah diganti dengan bismillaah (yang jika diterjemahkan tidak begitu jauh artinya); atau sekedar menambah kurangkan satu huruf pada surat-surat yang diawali dengan kombinasi huruf Arab. Perubahan ini dengan sendirinya akan dapat terdeteksi.

Di dalam Surat Qaf terdapat fenomena lain yang menyangkut angka 19 ini, yaiu penggunaaan kata Ikhwan Luth pada ayat ke-13 ("Wa 'aadun wafir'aunu waikhwaanu Luuth"). Mengapa tidak digunakan kata Qaumi Luth seperti pada ayat-ayat lainnya? padahal sama-sama artinya kaum Luth. Ternyata jika pada ayat ke 13 tersebut digunakan kata-kata Qaumi Luth seperti pada ayat lain akan menyebabkan sistem angka 19 ini buyar, karena praktis jumlah huruf qaf dalam kedua surat yang diawali huruf tersebut tidak lagi 114, tetapi 115. Subhanallah...

Pada surat-surat lain yang diawali dengan kombinasi huruf Arab, ternyata juga terdapat fenomena yang sama, sepeti pada Surat Al-Qalam (surat ke 68) yang diawali dengan huruf nun, ternyata penggunaannya dalam surat tersebut berjumlah 133 kali (kelipatan 7 dari 19) atau pada surat yang diawali dengan pemakaian shad yaitu Surat Al-'Araf (alif lam shad), surat Maryam (kaf ha ya'ain shad) dan surat Shad (shaad), huruf shad digunakan sebanyak 152 kali (kelipatan 8 dari 19) pada ketiga surat tersebut. Penulisan kata basthatan pada ayat ke 69 dalam surat Al-'Araf dengan huruf sin, padahal seharusnya memakai huruf shad. Ternyata juga berkaitan dengan fenomena angka 19 ini (analog dengan pemakaian kata Ikhwan Luth pada ayat ke-13 Surat Qaf). Semua surat yang diawali kombinasi huruf Arab berkaitan dengan fenomena ini.

Berbagai fenomena keajaiban angka 19 yang diungkapkan di atas, hanyalah sebagian kecil dari seluruh fenomena yang bisa ditemukan di dalam Al-Qur'an. Dari ini dapatlah disimpulkan bahwa distribusi penggunaan alphabet yang cukup rumit dalam Al-Qur'an sudah 'diperhitungkan' Allah SWT dalam proses turunnya yang memakan waktu 22 tahun 2 bulan dan 22 hari, mustahil ini jika hanya suatu kebetulan. Sepintar apa pun manusia dan dengan alat secanggih apapun, tak kan mungkin mampu merancang sistem distribusi penggunaan alphabet yang demikian rumit dalam karyanya. Hal ini menepis anggapan bahwa Al-Qur'an buatan Muhammad (Al-Haqqah 44); bahkan dari sini jelas kenapa Allah SWT mengatakan bahwa meskipun manusia dan jin bersekutu, mereka takkan mampu membuat semacam Al-Qur'an (Al-Isra 88)

Seperti yang ditulis oleh Burhan DR, seorang praktisi kearsipan, dan Zainudin, seorang pengajar pada Teknik Informatika UII Yogyakarta dalam harian "SUARA KARYA" januari 1997

Mudah-mudahan informasi ini dapat menambah keimanan kita kepada Allah Swt dan membuka mata hati kita bahwa Al-Qur'an adalah kitabullah yang penuh dengan keagungan, yang harus kita yakini dan diamalkan dengan ataupun tanpa bukti/analogi-analogi yang telah ditunjukkan.
Subhanallah...

Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;