Assalamu'alaikum...
Seperti dalam komunikasi
sebelumnya bahwasanya saya juga senang bila ada sejawat muslim yang bisa diajak
untuk bertukar pikiran dalam menyelami aqidah maupun syariat agama Islam. Oleh
karena itu, disini saya mencoba untuk berbagi informasi tentang keistimewaan
Al-Qur'an. Semoga bermanfaat bagi kita dan mempertebal keyakinan kita akan
Al-Qur'an.
Dimana kita tahu bahwa saat ini
para missionaris/orientalis barat begitu gencarnya menghujat kitabullah ini
dengan menunjukkan bukti-bukti empiris, penuh dengan manipulasi seperti Salman
Rusdie dg Satanic Verses-nya juga Dr. Robert Morey dg Islamic Invasion-nya. Sungguh
hal tersebut sangat menyakitkan bagi umat muslim yang membacanya, apalagi bagi
saudara-saudara kita yang mualaf hal tersebut sangat membahayakan karena
benar-benar menyesatkan namun dibuat seolah-olah benar adanya, Astaghfirullah..
Al-Qur'an, setelah diteliti
menggunakan ilmu/science modern, seperti yang pernah di tulis oleh Prof. DR.
Quraish Shihab (mantan mentri agama RI) dimana beliau juga merupakan ahli
tafsir Al-Qur'an lulusan universitas Al-azhar mesir, didalam bukunya yang berjudul
"Wawasan Al-Qur'an" pada halaman ke-4 sebagai berikut:
Tiada bacaan sebanyak kosakata
Al-Qur'an, yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah huruf 323.015 huruf yang
seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun kata
dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh, sekali lagi
sebagai contoh, kata hayat (hidup) terulang sebanyak antonimnya maut,
masing-masing 145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia, malaikat
terulang 88 kali sebanyak kata setan, thuma'ninah (ketenangan) terulang
sebanyak kata dhiyiq (kecemasan), panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin.
Kata infaq terulang sebanyak kata
yang menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir
sama dengan akibatnya yaitu penyesalan masing-masing 12 kali, zakat sama dengan
berkat yakni kebajikan melimpah, masing-masing 32 kali.
... dan masih banyak lagi
Berikut salah satu keistimewaan
Al-Qur'an setelah mengalami penelitian dengan menggunakan modern science .
Apabila Al-Qur'an dianggap
sebagai salah satu bentuk komunikasi Sang Khalik dengan makhluk-Nya, ternyata
bentuk komuniksi ini tidak menyalahi prinsip komunikasi data modern, yaitu
secara digital, bahkan lebih dari sempurna. Dalam komunikasi digital, data yang
akan dikirimkan selalu ditambahi dengan 'data control' yaitu data untuk
mengecek kebenaran data pada saat diterima nanti. Dengan demikian, apabila
terjadi gangguan pada saluran komunikasi selama proses pengiriman berlangsung,
maka pihak penerima akan dapat mengetahuinya. Selanjutnya pihak penerima akan
meminta agar si pengirim melakukan koreksi ataupun pengiriman ulang. Dengan
cara beginilah si penerima terjamin bahwa data yang diterimanya adalah benar,
tidak mengalami cacat dalam proses pengirimannya.
Al-Qur'an bila dipandang sebagai
hasil komunikasi antara Allah dengan Nabi Muhammad ternyata memenuhi kriteria
konsep komunikasi digital, karena didalamnya terkandung 'data control' yang
mampu mendeteksi bila terjadi kesalahan dari bentuk aslinya. Hal ini sejalan
dengan Qur'an surat Al-Hijr 4. Bahkan apabila dikaji lebih jauh, 'data control'
dalam Al-Qur'an jauh lebih sempurna daripada dalam komunikasi data yang baru
dikembangkan oleh Claude Shannon sekitar tahun 1948. Bila dalam komunikasi data
'data control' itu ditambahkan ke dalam
data asli; maka dalam Al-Qur'an, 'data control' ini langsung terselip dalam
ayat-ayat aslinya (!).
Data control Al-Qur'an tidak lain
adalah bismillahir rahmaanir rahim.
Memang sempurna sekali Allah
dalam 'menyusun' Al-Qur'an ini, ternyata pemilihan kalimat tersebut untuk
memulai surat-surat, kecuali surat At-Taubah, ada maksudnya.
Hal tersebut merupakan tafsir
kontemporer (masa kini) terhadap Qur'an surat Al-Muddatsir : 30 dan 31
30. (Di atasnya ada sembilan
belas (malaikat penjaga).
31. Dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman
bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang
mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada
penyakit dan orang-orang kafir) (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki
Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah
menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan
Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Menurut tafsir konvensional,
angka 19 dalam ayat ini menunjukkan jumlah malaikat penjaga neraka; padahal
angka 19 tersebut merupakan jumlah huruf-huruf arab penyusun kalimat
bismillahir rahmaanir rahim ( ba, sin, min dan seterusnya ) yang mengandung
maksud-maksud tertentu. Tanpa bantuan sistem kearsipan dan sistem komputer
dengan perangkat lunak pengolahan basis kata modern, tentu saja kesamaan angka
19 dalam Al-Muddatsir : 30 di atas dengan jumlah huruf penyusun bismillahir
rahmaanir rahim akan dianggap suatu kebetulan belaka. Tetapi melalui bantuan
dua disiplin ilmu tersebut ternyata terbukti bagaimana 'ketelitian' Allah dalam
'menyusun' Al-Qur'an. Sebenarnya penemuan keistimewaan angka 19 ini bukanlah
sesuatu yang baru, hal ini merupakan penelitian terhadap arsip-arsip buku klasik
yang terkumpul dalam buku berjudul "Indeks seluruh kata Al-Qur'an"
(terjemahan bebas judul asli : Al Ma'jamil Mafharis Lialfaadhil Qur'anil
Hakiim") karya Muhammad Faud Abdul-Baqi dan dirangkum dalam tulisan
berjudul 'The Perpectual Miracle of Muhmmad SAW' oleh Rashad Khalifa.
Uraian mengenai fenomena
keajaiban bilangan prima yang dibentuk dari bilangan pertama dan bilangan
terakhir dalam sistem desimal ini dimulai dengan ditemukannya pengulangan pemakaian
kata-kata penyusun kalimat bismillahir rahmaanir rahim.
Ismi disebut sebanyak 19 kali,
Allah disebut 2698 kali (kelipatan
142 dari 19),
Ar Rahman disebut 57 kali
(kelipatan 3 dari 19) dan
Ar Rahiim sebanyak 114 kali
(kelipatan 6 dari 19).
Surat yang pertama kali
diturunkan Al-Alaq (surat ke 96) sebanyak 19 ayat, ternyata merupakan surat ke
19 jika dihitung dari belakang (hitung mundur 96 dari 114).
Kemudian terdapat 29 surat yang diawali dengan ayat kombinasi
14 huruf arab (alif, ha, ra, sin, shad, tha, 'ain, qaf, lam, mim, nun, ha, ha,
ya, dan kaf) dengan 14 variasi kombinasi (alif, lam, mim, alif lam ra, qaf, nun,
shad, thaha, yasin,thasin, hamim, thasin-mim, 'ain-sin-qaf, alif lam mim shad,
alif lam mim ra, dan kaf haya 'ain shad). Ternyata angka-angka yang tercetak
tebal (warna maron) jika dijumlahkan sama dengan 57 (29 + 14 + 14). 57 sama
dengan kelipatan 3 dari 19.
Dari kedua fenomena diatas, tentu
akan segera hilang keteraturan penggunaan angka 19, bila ada orang yang dengan
sengaja menambah ataupun mengurangkan kata ismi dalam suatu kalimat. Misalnya,
billaah diganti dengan bismillaah (yang jika diterjemahkan tidak begitu jauh
artinya); atau sekedar menambah kurangkan satu huruf pada surat-surat yang
diawali dengan kombinasi huruf Arab. Perubahan ini dengan sendirinya akan dapat
terdeteksi.
Di dalam Surat Qaf terdapat
fenomena lain yang menyangkut angka 19 ini, yaiu penggunaaan kata Ikhwan Luth
pada ayat ke-13 ("Wa 'aadun wafir'aunu waikhwaanu Luuth"). Mengapa
tidak digunakan kata Qaumi Luth seperti pada ayat-ayat lainnya? padahal
sama-sama artinya kaum Luth. Ternyata jika pada ayat ke 13 tersebut digunakan
kata-kata Qaumi Luth seperti pada ayat lain akan menyebabkan sistem angka 19
ini buyar, karena praktis jumlah huruf qaf dalam kedua surat yang diawali huruf
tersebut tidak lagi 114, tetapi 115. Subhanallah...
Pada surat-surat lain yang
diawali dengan kombinasi huruf Arab, ternyata juga terdapat fenomena yang sama,
sepeti pada Surat Al-Qalam (surat ke 68) yang diawali dengan huruf nun,
ternyata penggunaannya dalam surat tersebut berjumlah 133 kali (kelipatan 7
dari 19) atau pada surat yang diawali dengan pemakaian shad yaitu Surat
Al-'Araf (alif lam shad), surat Maryam (kaf ha ya'ain shad) dan surat Shad
(shaad), huruf shad digunakan sebanyak 152 kali (kelipatan 8 dari 19) pada
ketiga surat tersebut. Penulisan kata basthatan pada ayat ke 69 dalam surat Al-'Araf
dengan huruf sin, padahal seharusnya memakai huruf shad. Ternyata juga
berkaitan dengan fenomena angka 19 ini (analog dengan pemakaian kata Ikhwan
Luth pada ayat ke-13 Surat Qaf). Semua surat yang diawali kombinasi huruf Arab
berkaitan dengan fenomena ini.
Berbagai fenomena keajaiban angka
19 yang diungkapkan di atas, hanyalah sebagian kecil dari seluruh fenomena yang
bisa ditemukan di dalam Al-Qur'an. Dari ini dapatlah disimpulkan bahwa
distribusi penggunaan alphabet yang cukup rumit dalam Al-Qur'an sudah
'diperhitungkan' Allah SWT dalam proses turunnya yang memakan waktu 22 tahun 2
bulan dan 22 hari, mustahil ini jika hanya suatu kebetulan. Sepintar apa pun
manusia dan dengan alat secanggih apapun, tak kan mungkin mampu merancang
sistem distribusi penggunaan alphabet yang demikian rumit dalam karyanya. Hal
ini menepis anggapan bahwa Al-Qur'an buatan Muhammad (Al-Haqqah 44); bahkan
dari sini jelas kenapa Allah SWT mengatakan bahwa meskipun manusia dan jin
bersekutu, mereka takkan mampu membuat semacam Al-Qur'an (Al-Isra 88)
Seperti yang ditulis oleh Burhan
DR, seorang praktisi kearsipan, dan Zainudin, seorang pengajar pada Teknik
Informatika UII Yogyakarta dalam harian "SUARA KARYA" januari 1997
Mudah-mudahan informasi ini dapat
menambah keimanan kita kepada Allah Swt dan membuka mata hati kita bahwa
Al-Qur'an adalah kitabullah yang penuh dengan keagungan, yang harus kita yakini
dan diamalkan dengan ataupun tanpa bukti/analogi-analogi yang telah
ditunjukkan.
Subhanallah...
Niyaz Khalil
Harapan
dari Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar