Jumat, 11 Januari 2013

Buku Harian Ayah


Ayah & ibu sudah menikah 30 tahun & Michael tidak pernah melihat mereka bertengkar. Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu menjadi teladan baginya. Setelah menikah, dia & istrinya sering bertengkar karena hal-hal kecil. Ketika pulang kerumah ayahnya, Michael menuturkan keluhannya pada ayahnya. Ayahnya mendengarkan kemudian masuk kekamarnya, dan keluar dengan mengusung buku-buku & ditumpuknya di depan Michael. Sebagian buku sudah kuning, kelihatannya sudah disimpan lama. Dengan penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring & aneh, ada yang jelas, ada yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembusi beberapa halaman. Michael membaca halaman-halaman buku itu.

Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak berisik, untung ada dia.”

Semua itu catatan kebaikan & cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak & keluarga. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dengan haru dia berkata pada ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pada ayah & ibu.”

Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”
Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun, tidak mungkin menghindari pertengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara-gara, melampiaskan kemarahannya & ngomel. Dalam buku Ayah tuliskan yang telah Ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi Ayah terus menulis semua kebaikannya. Ayah renungkan, akhirnya emosi itu lenyap, yang tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?”

Ayah tertawa & berkata, “Ibumu juga memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakan. Ha...ha...ha...”

Tiba-tiba Michael sadar akan rahasia pernikahan, “Mencintai itu sangat sederhana. Ingat & catat kebaikan pasangan. Lupakan dan maafkan segala kesalahannya.”

Mari kita praktekkan untuk selalu menulis dan mengingat kebaikan orang-orang yang mencintai dan menyayangi kita.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;