Malam Ke 1 :
Asal Mula terjadinya Pertemuan
Pada malam
Selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang Santri (Pelajar) dari Pesantren
Sumenep (Sdr. Marzuki mengadakan sekedar selamatan tahun baru Islam (1 Muharram
tahun Hijriah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat
kemudian datang dua orang saudara bernama Markam dan Antonius Widuri (keduanya
adalah tim Akuntan) yang sementara oleh Kantor Akuntan Jakarta ditugaskan di
P.N.Garam di Kalianget. Saudara Markam berasal dari Padang beragama Islam, dan
saudara Antonius Widuri berasal dari Yogyakarta beragama Kristen sejak kecil
dan memang dari keluarga Kristen Katolik Roma.
Kedatangan
saudara Markam dan Antonius Widuri pada selamatan tersebut ingin menemui Kyai
Bahaudin Mudhary yang memang sudah dikenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan, terutama
oleh saudara Marzuki selaku tuan rumah kedatangan dua saudara ini disambut
dengan ramah dan rasa gembira.
Kemudian
saudara Markam menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai
saudara Antonius Widuri, sengaja untuk menemui Kyai Bahaudin Mudhary, berhubung
dengan keinginannya yang sudah lama terkandung untuk membandingkan tentang
masalah Ketuhanan dalam Agama Kristen dan Islam. Juga soal yang berhubungan
dengan i'tikad, kepercayaan diantara kedua agama tersebut.
Menurut
saudara Markam, karena Bapak Kyai sedang berada disini, kalau bisa dilain waktu
untuk menemui beliau, diberi waktu cukup. Akan tetapi sekiranya bapak Kyai dan
Tuan Rumah serta saudara-saudara di sini tidak keberatan, minta supaya
diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya, agar saudara-saudara tidak salah
faham, karena hal tersebut, hanya dari hati ke hati saja, yakni hanya soal
keyakinan pribadi semata-mata.
Kawan-kawan
tidak keberatan asalkan berkisar dalam soal agama saja, dan tidak ada kata-kata
singgungan terhadap siapapun. Jadi hanya merupakan soal jawab antara pribadi
dengan pribadi saja.
Bapak Kyai
Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antar pribadi ini tidak selesai
malam ini juga, apakah akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh saudara
Markam dan saudara Antonius dijawab, bahwa yang penting adalah kepuasan,
walaupun memerlukan waktu lama baik siang maupun malam. Kalau begitu menurut
Kyai Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan
pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata-mata bukan pertemuan dengan
undangan.
Perlu
diterangkan dalam soal-jawab ini nama-namanya disingkatkan
Huruf:
"A" singkatan untuk Bapak Kyai Bahaudin Mudhary dan huruf
"B" singkatan dari Antonius atau saudara Markam. Karena Saudara
Markam sering ikut menjelaskan keterangan saudara Antonius.
PERSETUJUAN
BERSAMA
A: Sebelum
diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan sesuatu yang di rasa penting
yang patut kita atur terlebih dulu.
B: Hal itu
kita serahkan saja kepada bapak Kyai bagaimana baiknya pertemuan kita nanti.
A: Apakah
tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja dan bila dirasa perlu kita
gunakan tape recorder untuk dijadikan kenang-kenangan.
B: Baiklah,
kita setuju pendapat Bapak Kyai.
A: Kalau
begitu saya akan minta bantuan kepada seorang saudara untuk mencatat
pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah saudara tidak keberatan hasil
pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk diketahui umum juga,
sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan)
B: Buat saya
tidak keberatan, asal membawa manfaaat untuk umum.
A: Jadi
saudara setuju
B: Ya,
sangat setuju.
A: Terima
kasih, sekarang saya ingin menanyakan, maksud saudara menemui saya. Dan tadi
saudara menyebut tentang agama Kristen dan Islam.
B: Begini
Pak Kyai, secara terus terang dengan hati ikhlas saya sampaikan bahwa saya
adalah seorang yang beragama Kristen Katolik. Seringkali juga membaca buku-buku
agama Islam, dan majalah-majalah Islam, terutama majalah Kiblat yang terbit di
Jakarta. Dengan membaca buku-buku dan majalah-majalah tersebut, lalu timbul
keinginan saya untuk mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi
keinginan itu selalu saya sembunyikan saja.
A: Dimanakah
saudara mendapat buku-buku Islam dan Majalah Kiblat.
B: Secara
tidak disengaja, saya sering menemukan di meja kawan. Mula-mula saya tidak
menghiraukan, karena buku dan majalah tersebut berkelainan dengan keyakinan
saya. Pada suatu malam saya tidak bisa tidur, padahal saya ingin beristirahat,
lalu saya mondar-mandir di kamar tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat
majalah Kiblat di atas meja, mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu
bertamu ketempat saya secara tidak sengaja, saya ambil majalah tersebut, tanpa
kesadaran saya bawa ketempat tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada
bacaan atau cerita-cerita yang dapat mendorong saya supaya tidur. Kemudian pada
suatu halaman, saya menjadi terkejut melihat suatu artikel tentang kristen,
tanpa pikir saya membaca. Mula-mula hati saya selaku orang kristen merasa
tersinggung, akan tetapi seolah-olah ada daya tarik yang memerintahkan saya
supaya terus membacanya, pada saat itulah secara tiba-tiba muncul dorongan hati
saya untuk berpikir dan meneliti kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa
saya lantas ingin membaca buku-buku Islam dan Majalah-majalah Islam. Malah
sering saya cari-cari pinjaman majalah Kiblat pada kawan-kawan yang
berlangganan. Makin lama, bertambah timbul dorongan hati saya untuk meneliti
ajaran Islam dan Kristen, dan ingin membandingkan tentang ketuhanan antara dua
agama tersebut. Secara diam-diam saya terus membaca buku Islam disamping
membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama Kristen.
A: Apakah
saudara telah mempelajari kitab Injil Cukup Mendalam
B: Menurut
perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya pelajari dan saya anggap cukup
mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan yang ada pada saya saja. Entah
lagi dalam penilaian orang lain.
A: Kemudian
Bagaimana Kelanjutan keinginan saudara.
B: Setelah
saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang saya temui, maka dorongan hati
saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat saya tahan. Lalu saya mulai
tanya-tanya tentang agama Islam pada beberapa orang yang saya temui, tetapi
keterangannya itu belum ada yang memuaskan hati saya.
A: Kepada
siapa saja saudara bertanya tentang ajaran Islam.
B: Kepada
siapa saja yang saya temui, disamping pembicaraan yang lain.
Jadi saya
bertanya-tanya merupakan selingan-selingan saja dari pada yang menjadi pokok
pembicaraan. Jadi tidak secara langsung.
A: Setelah
itu adakah suatu pengaruh pada saudara
B: Ya,
anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja, mungkin inilah
pengaruhnya.
A: Kemudian
bagaimana
B: Oleh
Karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang memberikan keterangan
tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada saudara Markam. Oleh saudara Markam
saya diajak kerumah Bapak Kyai Baha. Maka saya perlukan datang kemari diantar
oleh saudara Markam.
A: Mungkin
saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil. Apakah tidak sebaiknya saudara
meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen sebelum diadakan pertemuan.
B: Kalau
begitu apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidak dibolehkan mempelajari agama
Islam
A: Bukan
begitu, maksud saya ialah bahwa agama Islam itu bersikap toleransi terhadap
semua agama dan pemeluknya. Walaupun ajaran Islam tidak dibolehkan memaksa
siapapaun untuk memeluk agama Islam. Pemeluk-pemeluk Islam hanya diharuskan
melakukan da'wah terhadap siapapun yang sudi menerimanya.
B: Akan
tetapi, sayapun memeluk agama Kristen bukan karena ikut-ikut. Pendirian saya
setiap orang bebas memilih agama menurut keyakinannya dan berpindah agama
menurut keyakinannya pula, yang tentu sebelumnya didahului oleh penelitian dan
pertimbangan-pertimbangan yang mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan
perantaraan buku-buku, Kitab-kitab, maupun dengan soal jawab (diskusi) atau
lainnya.
A: Betul,
akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar, sehingga tidak menimbulkan salah
penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut agama yang lain.
B: Itulah
yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada Bapak Kyai tidak sampai timbul
sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar, melainkan dengan tujuan
mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama. Ringkasnya saya memeluk suatu
agama di atas dasar penelitian dari segi rasio maupun dengan ilmu jiwa, dari
segi ilmiah, sehingga menimbulkan keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya.
Keyakinan yang teguh dan kokoh tentunya tidak mungkin menjadi orang yang
ikut-ikutan.
A: Memang
seharusnya demikian
B: Ada saya
jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena keturunan, karena ayah dan
ibunya menganut suatu agama, karena pengaruh pergaulan, lingkungan, pengaruh
keadaan atau bisa jadi maksud untuk berlindung atau lainnya. Oleh karenanya
saya berani bersumpah bahwa saya tidak termasuk pada orang-orang yang saya
sebutkan itu.
A: Saya
hargai pendirian saudara itu.
B: Oleh
karena itulah saya menemui bapak kyai untuk menguraikan isi hati saya yang
telah lama saya kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya Bapak kyai
memberikan waktu kepada saya; terserah menurut kesempatan Bapak kyai karena
sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi sebisa-bisanya secepat mungkin.
A: Baik,
Besok malam saja saudara datang lagi, dengan catatan tidak usah beritahukan
dulu pada orang lain. Saya usahakan tempatnya.
B: Akan
tetapi bagaimana kalau ada orang yang datang ingin mendengarkan saja.
A: Pokoknya
pertemuan kita di usahakan supaya tidak sampai diketahui orang lain, tetapi
kalau dipandang perlu saya kira boleh saja, daripada hasil pertemuan kita
diberitahukan. Sekiranya besok malam ada orang datang hanya ingin mendengarkan,
hal itu terserah kepada mereka sendiri, pokoknya kita tidak mengundang mereka
dan mereka tidak mengganggu ketertiban dan kelancaran dalam pertemuan kita.
B: Baiklah,
Semoga pertemuan kita dapat diatur antara pribadi dengan pribadi, bukan untuk
umum.
A: Memang
demikianlah rencana saya dan supaya saudara-saudara yang ada disini tahu.
B: Saya
setuju dengan pendapat Bapak Kyai
A: Adakah
Saudara mempunyai Kitab Injil
B: Ya, Saya
mempunyai kitab: Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan yang berbahasa Inggris:
"The Holy Bible" dan ada juga kitab bahasa Belanda
"Bijbellezingen voor het Huisgezin dan ada juga "Al Kitab"
terbitan tahun 1968, dan yang terbitan tahun 1970 dan Kitab Zabur.
A: Saya
harap kitab-kitab yang saudara sebutkan itu dibawa semuanya besok malam.
B: Ya, saya
akan bawa semuanya. Apakah Bapak Kyai mempunyai juga kitab tersebut
A: Dulu
pernah mempelajarinya, tetapi dipinjam oleh kawan yang sampai sekarang belum
dikembalikan, namun saya telah membacanya .
B: Kalau
begitu saya akan bawa semua Kitab-kitab Kristen yang ada pada saya.
A: Harapan
saya memang demikian ......
Bersambung
….
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar