Oleh :
Muhammad Nuh
Seorang anak
memperhatikan tingkah ibunya yang menurutnya aneh. Ia heran kenapa kalau akan
keluar rumah, ibunya selalu menutup rapat seluruh tubuhnya kecuali wajah dan
telapak tangan. Bahkan di dalam rumah pun, jika tamu datang, ibunya segera
melakukan hal yang sama: berhijab.
"Ibu
aneh!" ucapnya sambil mencari-cari reaksi dari sang ibu. Ibu anak itu pun
menoleh ke arah buah hatinya. Ia memeriksa dirinya untuk menemukan sesuatu yang
agak lain. Tapi, tidak ia temukan.
"Aneh?
Apanya yang aneh, sayang?" sambut sang ibu ketika yakin kalau tak ada satu
pun dari dirinya yang lain dari yang lain.
"Kenapa
Ibu menutup rambut, tubuh, lengan, dan kaki kalau mau keluar? Padahal, ibu
tidak cacat. Rambut ibu bagus, lengan dan kaki ibu pun tidak ada yang perlu
disembunyikan!" ungkap sang anak begitu gamblang. Mungkin, inilah
kesempatannya untuk bisa mengeluarkan kebingungannya selama ini.
Sang ibu pun
tersenyum. Ia mendekati anaknya perlahan. Sambil mengulum senyum itu, sang ibu
mencari-cari jawaban yang pas buat si anak.
"Anakku,
ibu tidak sedang menutupi kecantikan, apalagi keburukan. Justru, ibu mengenakan
kecantikan baru untuk memperindah kecantikan fisik ibu yang tidak seberapa.
Inilah busana kecantikan dari Yang Maha Sayang!" ucap sang ibu sambil
menatap buah hati di depannya yang masih tampak bingung.
Pelajaran :
Inti dari
dinamika hidup anak-anak manusia adalah memproduksi sesuatu yang indah. Bagus.
Paling baik. Keindahan akan semakin indah ketika halangan, ujian, cobaan;
menggosok batu cincin keindahan amal menuju peringkat keindahan yang lebih
tinggi.
Namun, itu
saja belum cukup. Karena keindahan yang bisa dihasilkan manusia tidak seperti
kemolekan alam melalui birunya laut, keserasian cakrawala, dan liukan indah
sebuah pegunungan.
Keindahan
amal manusia tidak berhenti pada sesuatu yang tampak. Justru, keindahan akan
kian bernilai ketika ia tidak lagi mudah terlihat, tidak gampang terjamah.
Itulah busana kecantikan amal dari Yang Maha Sayang, dan hanya untuk Yang
Paling Penyayang.
Sumber :
Majalah Saksi
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar