Oleh :
Muhammad Nuh
Seekor
anjing tampak menatapi tingkah seekor kuda yang berlari-lari tak jauh dari
hadapannya. Sang kuda begitu ceria. Sesekali, kuda menggoyangkan kepalanya
seperti sedang berdendang riang. Anjing pun mengubah wajah cemberutnya dengan
bersuara ke arah kuda.
"Kamu
begitu bahagia, kuda?" tanya sang anjing menampakkan wajah penasaran.
Padahal, di masa kering seperti ini, sebagian besar penghuni padang rumput
terjebak kehidupan yang begitu sulit.
"Ya,
aku bahagia!" ucap kuda sambil terus berlari kecil seraya tetap
mengungkapkan keceriaannya.
"Kamu
tidak merasa susah di masa kering seperti ini?" tanya anjing dengan wajah
masih muram.
"Tidak!"
jawab kuda singkat. Gerakkan larinya semakin melambat. Dan, sang kuda pun
menghentikan langkahnya di depan sang anjing.
"Apa
kamu sudah kaya, temanku?" tanya si anjing serius. Yang ditanya tidak
memberikan reaksi istimewa. Kuda cuma menjawab pelan, "Tidak!"
"Mungkin
kamu sudah punya rumah baru seperti kura-kura, keong, atau yang lainnya?"
tanya anjing tetap menunjukkan rasa penasaran. Kuda hanya menggeleng.
"Mungkin
Kamu sudah bisa menghasilkan mutiara seperti para kerang di laut?" tanya
sang anjing lagi. Lagi-lagi, kuda menggeleng. "Lalu? Kenapa kamu begitu
bahagia?" sergah anjing lebih serius.
"Entahlah,"
jawab kuda sambil tetap menunjukkan wajah cerianya. "Aku bahagia bukan
karena punya apa-apa. Aku bahagia karena bisa memberi apa yang kupunya: tenaga,
kecerdasan, bahkan keceriaan," penjelasan kuda begitu panjang.
"Itukah
yang membuatmu bahagia dibanding aku?" tanya anjing mulai menemukan
jawaban menarik.
"Aku
merasa bahagia dan kaya karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Dan
bukan, apa yang bisa kudapatkan," tambah si kuda yang mulai beranjak untuk
kembali berlari.
Pelajaran :
Manis pahit
kehidupan kadang bergantung pada bagaimana kita memandang. Dari situlah sikap
diri akan menemukan cermin. Kalau hidup dipandang dengan wajah muram, maka
cermin akan memantulkan sikap susah, suram, dan tidak mengenakkan.
Cobalah
letakkan mata hati kita di tempat yang nyaman untuk memandang hidup ini secara
positif. Maka, kita akan menemukan energi baru tentang bagaimana mengarungi
hidup.
Dari
situlah, sikap yang muncul persis seperti diungkapkan sang kuda, "Aku
merasa bahagia karena selalu berpikir apa yang bisa kuberikan. Bukan, apa yang
bisa kudapatkan."
Sumber :
Majalah Saksi
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar