Minggu, 05 Agustus 2012

Indahnya Sebuah Hidayah


Keindahan Desa.. Siapapun akan kagum menikmati alam yang masih asri, belum terjamah kerusakan lingkungan. Masih terdengar burung berkicau hinggap di dahan pohon. Sawah membentang hijau, sungai nampak kurva hijau yang makin mengecil, diseberangnya menghampar warna hijau perkebunan karet.

Sore itu, seperti remaja lainnya aku pulang dari perkebunan karet didekat kampungku menggiring sapi gembalaan pulang kekandangnya. Begitulah kerjaanku sepulang sekolah di SMP, membantu orang tua dengan mengembala sapi piaraan yang cuma 3 ekor. Masyarakat didesaku nampak hidup rukun dan tenteram walaupun penghasilan hanya cukup untuk makan.

Dibalik itu semua sayangnya masih ada kemaksiatan bahkan kemusyrikan yang menjadi tradisi di kampung. Pada saat menjelang panen, warga yang notabene masih “kejawen” biasa melakukan kenduren. Mereka menyembelih ayam lalu dipanggang “ingkung” untuk menjadi persembahan buat Dewa/Dewi untuk mendapatkan berkah saat panen tiba. Begitupun kedua orangtuaku walaupun ikut-ikutan. Akupun kadang diminta untuk mengantarkan kenduren ke sawah, atau ke rumah kepala Dusun untuk momen-momen tertentu. Mayoritas masyarakat kampungku memang masih menganut “kejawan”. Di KTP agamanya memang sih tertera “islam” atau sering diistilahkan dengan “Islam KTP”. Saat peringatan hari besar islam, selametan pernikahan, kelahiran, khitanan dan momen bahagia lainnya selalu diikuti dengan tradisi kenduren dengan membakar kemenyan, membaca mantera tertentu dan menyajikan makanan tertentu sebagai persembahan.

Pada malam harinya nampak kehidupan malam versi kampung. Mereka pada nongkrong di perempatan “lek-lek’an” Tidak hanya itu ada sebagian yang bahkan bermain judi, walaupun tidak setiap hari. Pada momen tertentu saat ada hajatan terkadang ada yang mabok pula. Kalau untuk yang ini alhamdulillah belum pernah ikut.

Saya sendiri baru belajar shalat dan menjalankannya saat mulai masuk SMP, ibu sudah menjalankan sedang ayah belum. ilmu tentang islam hanya kudapat pada pelajaran agama islam disekolah. Saya pernah mengatakan pada ayah : yah, kata pak guru menyembelih binatang bukan karena Allah (untuk kenduren) itu tidak halal” namun aku juga tidak berani melawan perintah orang tua saat diminta pergi kenduren, mengingat usia yang masih terlalu belia.

Masuk SMA baru saya mengenal islam lebih jauh lewat Liqo’ (pengajian kelompok) yang diisi oleh kakak kelas dan mhs dari UNS. Dimulai dari situ saya lancar membaca Al-Qur’an. Disanalah terbangun idealisme tentang islam ; islam yang kaffah-menyeluruh- meliputi seluruh aspek kehidupan. Disitulah mulai terjadi pertentangan batin antara edealisme dengan realita yang kuhadapi di sekitar (rumah). Rasanya ingin berontak, tapi tidak ah, mereka adalah keluarga, tetanggaku tempat aku dibesarkan.

Doa, sesekali mengingatkan dan contoh, itulah yang coba untuk ku lakukan. Terpatri dalam ingatanku materi kajian tentang metode dakwah.
QS An-nahl : 25.
“Serulah ke jalan Robbmu dengan hikmah, dan teladan yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.

Sebagai seorang anak, berbakti kepada orang tua dengan membantu keduanya dalam pekerjaan, sebagai siswa belajar sungguh-sungguh sehingga menjadi siswa yang berprestasi, itulah yang coba kutunjukkan pada mereka semuanya. Masa SMA kuakhiri dengan prestasi yang membanggakan dan bisa melanjutkan kuliah di PTN jogja

Alhamdulillah..
Allah SWT membimbing kami semua sekeluarga ke jalanNya. Ayahku mulai mengerjakan sholat, bahkan seluruh anggota keluarga ikut majelis taklim yang berpusat di Solo. Keindahan itu makin terasa saat lebaran dimana semua keluarga besar dari simbah buyutku sampai cucu-cicitnya berkumpul semuanya. Satu persatu mereka mulai menerapkan akhlak islam dalam keluarganya. Para ibu dan remaja putri kini sudah berbusana muslimah. Subhanallah…

Bandingkan sebelumnya saat masih menjalani adat kejawen. Saat menjelang lebaran (malam tanggal 1 syawal) selalu menyediakan makanan tertentu “pancen” yang dihidangkan di meja untuk persembahan. ‘naudzubika min dzalika…”

Dalam kehidupan ini kita pasti berhadapan dengan realita yang tidak sesuai dengan idealita. Namun segala sesuatu yang mungkin didunia ini pasti bisa dicapai. Dengan usaha yang sungguh-sungguh pantang menyerah dan tentunya Doa, pasti semuanya bisa tercapai. “jika kamu menolong (agama) Allah maka Allah akan menolongmu”
Kalaupun tidak kesampaian Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita.

“Maka sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
“Sesungguhnya, Sesudah kesulitan itu ada kemudahan’
“Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan  sungguh-sungguh urusan yang lain”
“Dan hanya kepada Rabbmu lah hendaknya kamu berharap”
(QS Alam Nasyroh : 5-8)


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;