Keindahan
Desa.. Siapapun akan kagum menikmati alam yang masih asri, belum terjamah
kerusakan lingkungan. Masih terdengar burung berkicau hinggap di dahan pohon.
Sawah membentang hijau, sungai nampak kurva hijau yang makin mengecil,
diseberangnya menghampar warna hijau perkebunan karet.
Sore itu,
seperti remaja lainnya aku pulang dari perkebunan karet didekat kampungku
menggiring sapi gembalaan pulang kekandangnya. Begitulah kerjaanku sepulang
sekolah di SMP, membantu orang tua dengan mengembala sapi piaraan yang cuma 3
ekor. Masyarakat didesaku nampak hidup rukun dan tenteram walaupun penghasilan
hanya cukup untuk makan.
Dibalik itu
semua sayangnya masih ada kemaksiatan bahkan kemusyrikan yang menjadi tradisi
di kampung. Pada saat menjelang panen, warga yang notabene masih “kejawen”
biasa melakukan kenduren. Mereka menyembelih ayam lalu dipanggang “ingkung”
untuk menjadi persembahan buat Dewa/Dewi untuk mendapatkan berkah saat panen
tiba. Begitupun kedua orangtuaku walaupun ikut-ikutan. Akupun kadang diminta
untuk mengantarkan kenduren ke sawah, atau ke rumah kepala Dusun untuk
momen-momen tertentu. Mayoritas masyarakat kampungku memang masih menganut
“kejawan”. Di KTP agamanya memang sih tertera “islam” atau sering diistilahkan
dengan “Islam KTP”. Saat peringatan hari besar islam, selametan pernikahan,
kelahiran, khitanan dan momen bahagia lainnya selalu diikuti dengan tradisi
kenduren dengan membakar kemenyan, membaca mantera tertentu dan menyajikan
makanan tertentu sebagai persembahan.
Pada malam
harinya nampak kehidupan malam versi kampung. Mereka pada nongkrong di
perempatan “lek-lek’an” Tidak hanya itu ada sebagian yang bahkan bermain judi,
walaupun tidak setiap hari. Pada momen tertentu saat ada hajatan terkadang ada
yang mabok pula. Kalau untuk yang ini alhamdulillah belum pernah ikut.
Saya sendiri
baru belajar shalat dan menjalankannya saat mulai masuk SMP, ibu sudah
menjalankan sedang ayah belum. ilmu tentang islam hanya kudapat pada pelajaran
agama islam disekolah. Saya pernah mengatakan pada ayah : yah, kata pak guru
menyembelih binatang bukan karena Allah (untuk kenduren) itu tidak halal” namun
aku juga tidak berani melawan perintah orang tua saat diminta pergi kenduren,
mengingat usia yang masih terlalu belia.
Masuk SMA
baru saya mengenal islam lebih jauh lewat Liqo’ (pengajian kelompok) yang diisi
oleh kakak kelas dan mhs dari UNS. Dimulai dari situ saya lancar membaca
Al-Qur’an. Disanalah terbangun idealisme tentang islam ; islam yang
kaffah-menyeluruh- meliputi seluruh aspek kehidupan. Disitulah mulai terjadi
pertentangan batin antara edealisme dengan realita yang kuhadapi di sekitar
(rumah). Rasanya ingin berontak, tapi tidak ah, mereka adalah keluarga,
tetanggaku tempat aku dibesarkan.
Doa,
sesekali mengingatkan dan contoh, itulah yang coba untuk ku lakukan. Terpatri
dalam ingatanku materi kajian tentang metode dakwah.
QS An-nahl :
25.
“Serulah ke
jalan Robbmu dengan hikmah, dan teladan yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik”.
Sebagai
seorang anak, berbakti kepada orang tua dengan membantu keduanya dalam
pekerjaan, sebagai siswa belajar sungguh-sungguh sehingga menjadi siswa yang
berprestasi, itulah yang coba kutunjukkan pada mereka semuanya. Masa SMA
kuakhiri dengan prestasi yang membanggakan dan bisa melanjutkan kuliah di PTN
jogja
Alhamdulillah..
Allah SWT
membimbing kami semua sekeluarga ke jalanNya. Ayahku mulai mengerjakan sholat,
bahkan seluruh anggota keluarga ikut majelis taklim yang berpusat di Solo.
Keindahan itu makin terasa saat lebaran dimana semua keluarga besar dari simbah
buyutku sampai cucu-cicitnya berkumpul semuanya. Satu persatu mereka mulai
menerapkan akhlak islam dalam keluarganya. Para ibu dan remaja putri kini sudah
berbusana muslimah. Subhanallah…
Bandingkan
sebelumnya saat masih menjalani adat kejawen. Saat menjelang lebaran (malam
tanggal 1 syawal) selalu menyediakan makanan tertentu “pancen” yang dihidangkan
di meja untuk persembahan. ‘naudzubika min dzalika…”
Dalam
kehidupan ini kita pasti berhadapan dengan realita yang tidak sesuai dengan
idealita. Namun segala sesuatu yang mungkin didunia ini pasti bisa dicapai.
Dengan usaha yang sungguh-sungguh pantang menyerah dan tentunya Doa, pasti
semuanya bisa tercapai. “jika kamu menolong (agama) Allah maka Allah akan menolongmu”
Kalaupun
tidak kesampaian Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha kita.
“Maka
sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
“Sesungguhnya,
Sesudah kesulitan itu ada kemudahan’
“Maka
apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain”
“Dan hanya
kepada Rabbmu lah hendaknya kamu berharap”
(QS Alam
Nasyroh : 5-8)
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar