Untuk
rencana hari ini, dalam buku agenda tertulis: Membuat purchase order, meeting
supplier, incoming inspection... Dan beberapa jadwal lainnya. Bukan, saya bukan
karyawati kantoran. Saya hanya seorang isteri dengan profesi ibu rumah tangga.
Rencana yang saya buat di atas pun sesungguhnya adalah agenda biasa berupa
jadwal harian rumah tangga. Saya ibaratkan membuat daftar belanja kebutuhan
sehari-hari dengan membuat purchase order; acara pergi ke pasar, supermarket,
ataupun toserba saya istilahkan dengan meeting supplier; sedangkan incoming
inspection adalah istilah untuk rapi-rapi rumah. Semua saya lakukan dengan
tujuan agar lebih semangat dalam menjalani pekerjaan rumah.
Ibu rumah
tangga adalah profesi yang saya geluti semenjak berhenti kerja dari sebuah
perusahaan. Saya menyebutnya profesi karena memang pekerjaan rumah tangga
membutuhkan profesionalisme berupa keahlian, pengetahuan dan keterampilan sama
dengan pekerjaan kantor lainnya. Jika di perusahaan saya hanya kebagian tugas
mengurusi satu bagian yaitu general affair saja, ternyata di rumah tugas saya
tidak hanya mentok di satu bagian. Di sini saya wajib berperan multiguna
sebagai direktur, manajer, sekretaris sekaligus pekerja, yang tidak hanya bisa
memahami, tapi juga harus bisa menguasai semua bagian. Yang semuannya nanti
harus dilaporkan pada presiden direktur yaitu suami juga pada bagian komisaris
tertinggi yaitu Allah swt.
Pertama kali
berhenti bekerja dan menjalani perkerjaan sebagai ibu rumah tangga, sepertinya ada
perasaan tidak betah dan malu untuk mengakui. Mengingat selama ini dalam benak
saya telah terpatri pikiran bahwa menjadi wanita karir lebih baik dibandingkan
ibu rumah tangga. Ternyata, setelah benar-benar terjun fulltime menjalani
pekerjaan rumah tangga, pikiran saya berubah total. Pekerjaan yang semula saya
anggap remeh ini ternyata tidak sesederhana seperti dalam bayangan saat
menjalaninya.
Ibu rumah
tangga adalah pekerjaan yang tidak hanya membutuhkan perangkat kasar berupa
tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya yang diperlukan untuk mencuci,
menyetrika, bebenah rumah. Tetapi dibutuhkan pula perangkat lunak berupa
kelihaian sang otak dalam mengatur keuangan, mengolah makanan, meredam emosi
yang ada serta beberapa perangkat lunak lainnya yang berhubungan dengan naluri
keibuan berupa kelembutan, kesabaran untuk mengayomi rumah tangga.
Terkadang
ibu rumah tangga pun harus siap menjadi bodyguard yang dapat mendeteksi keadaan
rumah tangga agar selalu adem, ayem, tentrem. Ditambah dengan waktu kerja yang harus
siap sedia selama 24 jam, seorang ibu rumah tangga memerlukan ketahanan jiwa
dan fisik yang kuat.
Jika dalam
perusahaan saya bisa mengambil cuti untuk beristirahat, tetapi tidak begitu
dalam profesi ibu rumah tangga. Profesi ini merupakan komitmen saya. Tidak bisa
begitu saja ditinggalkan dengan alasan cuti, mengundurkan diri atau meminta
pensiun dini karena cape ataupun tidak cocok dengan perkerjaan. Di sinilah
karir saya ditempa. Saya adalah fasilator bagi berjalannya managemen rumah
tangga. Semua harus terus dijalani dengan ikhlas dan ridha untuk mendapat
`gaji` berupa palaha tak terhingga dari Allah swt. Juga `bonus` berupa surga
jika patuh pada suami. Insya Allah.
Menjadi ibu
rumah tangga pun ternyata tidak menghambat potensi saya. Justru dengan memilih
profesi ini, saya memiliki waktu yang lebih fleksible dalam mengembangakan
potensi untuk meraih prestasi. Di antaranya saya dapat lulus Nihongo Nouryoku
Shiken (Tes Kemampuan Bahasa Jepang) level satu setelah berusaha keras belajar
di antara waktu luang yang ada, juga dapat mengembangkan hobi menulis. Siapa
yang menyangka jika setelah menjadi ibu rumah tangga, saya justru diamanahi
menjadi ketua di salah satu forum kepenulisan.
Saya
bercermin dari ummahatul mukminin di antaranya Siti Khadijah ra., seorang ibu
rumah tangga yang dapat berperan besar terhadap kesuksesan sang suami
Rasulullah saw. Meski tak menonjolkan diri, tetapi daya dukungannya begitu
kuat. Begitupula dengan puteri tercinta Rasulullah saw yaitu Fatimah ra., yang
tangannya selalu membekas karena sering menumbuk, pundaknya pun membekas karena
sering menjinjing air dengan kendi, bajunya selalu berdebu karena sering
menyapu.
Hingga
pernah Rasulullah saw berkata pada Fatimah ra. untuk menghiburnya, "Ya
Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk
suaminya maka Allah swt. menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.
Perempuan mana yang meminyaki rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka
dan mencuci pakaian mereka maka Allah swt. akan mencatatkan baginya ganjaran
pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi
pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Perempuan mana yang
menghamparkan tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan
baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), Teruskanlah
amalmu maka Allah swt telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari
dosamu dan sesuatu yang akan datang."
Betapa saya
menemukan keagungan dalam pekerjaan ini. Sebuah profesi yang tidak bisa
digantikan oleh siapapun selain saya sendiri - ibu rumah tangga. Tidak salah
jika kini, saya begitu bangga dengan profesi ini. Jika ada yang bertanya apa
pekerjaan anda? Tanpa ragu lagi akan keluar jawaban, "Saya adalah ibu
rumah tangga."
Oleh :
Lizsa Anggraeny
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar