From: idris
ahmad
Ini tulisan
saya di harian pagi Riau Pos, Ahad 1 Oktober 2006. semoga bermanfaat
Kesaksian
Warga Bengkalis yang Mati Suri dalam Temu Alumni ESQ
''Menyaksikan
Orang Disiksa dan Ingin Kembali ke Dunia''
Laporan
Idris Ahmad - Pekanbaru
Pengalaman
mati suri seperti yang dialami Aslina, telah pula dirasakan banyak orang.
Seorang peneliti dan meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Virginia Dr
Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata
memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan
ke dunia.
Berikut
catatan Riau Pos yang turut serta
mendengarkan kesaksian Aslina dalam temu Alumni ESQ (emotional, spiritual,
quotient) Ahad (24/9) di Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru.
Catatan ini
dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legisan Sugimin yang mengutip
Al-Quran yang menjelaskan orang yang mati itu ingin dikembalikan ke dunia,
serta penelusuran melalui internet tentang Dr Raymond.
Bagi pembaca
yang ingin mengetahui perihal Dr Raymond dapat membuka situs
www.lifeafterlife.com dan hasil penelitian Raymond tentang mati suri dapat
dibaca di buku Life After Life.
Aslina
adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar
25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan
ruhnya saat mati suri.
Sebelum
Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan
pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil
cobaan telah datang kepada dirinya.
Pada umur
tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi.
Menjelang usia SMA ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga
tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid). Gondok tersebut
menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok
itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina
menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC)
Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas
sehingga belum bisa dioperasi.
''Kalau
dioperasi maka akan terjadi pendarahan,'' jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina
hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar
biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke Mahkota sekitar pukul 12
malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya
dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan.
''Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan
kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina
menghembuskan nafas terakhir,'' ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu
Aslina memberikan kesaksiaanya.
''Mati
adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,'' begitu ia
mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball
Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi
Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal
dan ketakwaan sebelum mati datang. ''Saya telah merasakan mati,'' ujar anak
yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu
sakit mati itu.
Diceritakan,
rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari
daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi.
''Terasa
malaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,'' tambahnya. Di saat itu
ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ''Saat di ujung napas, saya
berzikir,'' ujarnya. ''Sungguh sakitnya, Pak, Bu,'' ulangnya di hadapan lebih
dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.
Diungkapkan,
ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada
dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang
dua malaikat serba putih mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh Aslina.
''Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,''
ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa
Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.'' Ruh Aslina
menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah.
''Tak ada teman kecuali amal,'' tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian
serba hijau.
Seperti
pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil
memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia melihat
seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan berbulu dan
mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang
tersebut.
Aslina
melanjutkan. ''Bapak, Ibu, ingatlah mati,'' sekali lagi ia mengajak hadirin
untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput.
Di alam
barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang
malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil
malaikat itu dengan ''Ayah''. ''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah
saya,'' tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang
berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun.
Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan
salam ke ayahnya dan berkata: ''Wahai ayah, janji saya telah sampai.''
Mendengar itu ayah saya saya menangis.Lalu ayahnya berkata kepada Aslina.
''Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu.'' ruh Aslina pun menjawab. ''Saya
tak bisa pulang, karena janji telah sampai''.
Usai
menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam
barzah dan akhirat itu benar-benar ada.
''Alam
barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,''
ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah
dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua
malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh
yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan
didudukkan di kursi tersebut, di sebelahnya terdapat seorang perempuan yang
menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu.
''Siapa kamu?'' lalu perempuan itu menjawab.''Akulah (amal) kamu.''
Selanjutnya
ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu
melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki
yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya
koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. ''Siapa
manusia ini?'' Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka
membunuh orang.
Lalu
dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi
ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut
tidak pernah shalat bahkan tak bisa mengucapkan dunia kalimat syahadat ketika
di dunia.
Selanjutnya
tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata
orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh,
manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.
Dilihatkan
juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan
terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang
tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh.
Tampak pula
orang berkepala babi dan berbadan babi. Orang tersebut adalah orang yang suka
berguru pada babi. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang
tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika
di dunia.
Perjalanan
menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang
gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada
disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subnallah, Alhamdulillah
dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan
itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.
Perjalanan
berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di
belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan
emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab
tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti
akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan
(berbuat) baik,red).
Selanjutnya
ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya.
''Saya mau shalat.'' Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh
Aslina.
''Saya pun
bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,'' ungkap Aslina.
Selanjutnya
ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada
ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di
dalam tepak ''husnul khatimah'' itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia
melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada
ruh Aslina. ''Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan
Allah.''
Selanjutnya
ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu
lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan
manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ''Cepatlah kiamat, aku tak tahan
lagi di sini Ya Allah.'' Manusia-manusia itu juga memohon. ''Tolong kembalikan
aku ke dunia, aku mau beramal.''
Begitulah di
antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam
kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni
ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah.
Setelah
kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat
lisensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu metode Pelatihan
ESQ) menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang
yang mati suri pernah diteliti ilmuan Barat.
Legisan
mengemukakan pula, mungkin di antara alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9)
malam itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang
jelas, lanjutnya, rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang
hampir sama.
''Apa yang
disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua,''
ujarnya.Legisan menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond A Moody Jr tentang mati
suri. Raymond mengemukakan orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, di
sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan selama hidupnya. Dan
diakhir pengakuan orang mati suri itu berkata: ''Dan aku ingin agar aku dapat
kembali dan membatalkan semuanya.''
Menanggapi
kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia
dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ''aku ingin agar
aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,'' Legisan mengutip ayat Al-Quran
Surat Al-Mu'muninun (23) ayat 99-100:
(Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), Hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata:''Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).''(99).
Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.
Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.(100).
Sebagai
penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat
39: ''Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya
sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).''
Usai
pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari Legisan. Intruktur ESQ itu
menyarankan agar Aslina senatiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiaannya saat
mati suri kepada masyarakat agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Setelah acara, banyak di antara
alumni yang bersimpati dan ingin membantu pengobatan sakit gondoknya. Para
hadirinpun menyempat diri untuk berfoto bersama Aslina.
Semoga
pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar