Minggu, 01 Juli 2012

Burung Gagak itu Bernama Aku


Aku adalah seekor gagak, kata orang rupaku jelek mungkin mereka hanya melihat penampilanku saja. Memang ku sedikit kuakui bulu-buluku hitam bahkan sampai badanku juga. Tapi kadang aku merasa aneh terhadap mereka yang mengatakan aku jelek padahal sebenarnya aku tidaklah begitu jelek. Aku pikir aku standar kok dengan kebanyakan burung gagak yang lain tapi toh kenapa mereka masih mengatakan aku jelek. “Cap’ yang mereka berikan kepadaku sebenarnya membuatkan down dalam menjalani hidup ini. Akibatnya sering terpikir olehku bisakah diri ini mencintai burung gagak betina yang aku cintai, akankah dia menerimaku dengan keadaanku seperti ini yang katanya aku jelek. Ah mereka selalu membuatku seperti ini, kenapa sih mereka selalu mengatakan aku jelek.

Hari ini aku akan mencoba bertanya kepada sahabat-sahabatku selain manusia karena manusia hanya melihat penampilanku saja tidak melihat dari sisi yang lainnya. Aku akan mulai bertanya kepada sahabat setiaku sang pohon nangka yang dahannya selalu aku hinggapi setiap pagi saat aku tatap mentari.

“Assalamu’alikum, pohon nangka yang baik,” sapaku pagi itu”. “Wa’alikum salam, sahabatku burung gagak yang gagah,” jawabnya dengan senyum khasnya. “Aku lihat wajahmu begitu muram, ada apakah gerangan apakah engkau sedang mempunyai masalah yang berat wahai sahabatku,” lanjut pohon nangka sambil menatapku heran.

“Begitulah sahabatku pohon nangka, hari ini aku begitu bingung dan agak down, aku juga belum menemukan solusinya sampai sekarang, aku bingung banget,” jawabku sambil kutatap sahabatku itu yang kulihat selalu tegap dan hidupnya penuh optimis.

“Mungkin aku bisa membantumu mencarikan jalan keluarnya,” jawabnya menawarkan diri. “Aku kan sahabatpun sejak engkau kecil, bahkan aku rela engkau selalu hinggap di dahanku ini walau kadang aku merasa pegal, beritahukanlah kepdaku dan mari kita carikan jalan keluarnya,” selanya meyakinkan aku yang dari tadi hanya termenung dengan tatapan kosong.

Aku terdiam, sebenarnya aku ingin mengungkapkan masalah ini padanya tapi aku begitu takut. Aku takut sahabatku itu akan mengatakan hal yang sama seperti manusia kebanyakan. “Sahabatku, mengapa engkau diam, tidakkah engkau mau membeitahukan masalahmu padaku?” tanyanya lagi. “Ah tidak sahabatku aku hanya takut engkau akan mengatakan hal yang sama seperti manusia mengenai diriku,” jawabku sedikit kaget. “Percayalah sahabatku, aku akan memberikan yang terbaik buatmu,”jawabnya meyakinkan.

Kutatap sahabatku itu sehingga keraguan yang sempat muncul hilang lalu aku pun menceritakan masalah yang sedang aku hadapi saat ini. “Bagaimana menurutmu wahai sahabatku pohon nangka, apakah yang manusia katakan kepadaku itu benar adanya?” tanyaku kemudian. Kulihat sahabatku itu terdiam entah apa yang sedang dipikirkannya sesekali dia melihat dan menatapku seolah-olah sedang memperhatikan seluruh tubuhku.
“Sebenarnya memang engkau hitam tapi tidak jelek karena memang Allah menciptkaanmu seperti itu, aku yakin ini semua ada maksudnya. Aku yakin Allah menciptakan mahluknya dengan sesempurna mungkin hanya saja kadangkala kita tidak mau menerimanya ketika dihadapkan pada keadaan seperti sekarang ini,” jawabnya dengan penuh perhatian. “Engkau jangan berpikir dangkal, biarkanlah mereka mengatakan engkau jelek, tapi yakinlah bahwa dibalik itu semua ada sebuah pelajaran yang sangat berharga.” Jawabnya lagi sambil memegang pundakku yang dari tadi hanya diam.

“Tapi karena ucapan itu membuat aku down bahkan aku tidak bergairah hidup, kamu kan tahu aku begitu perasaan dalam hal ini,” selaku tidak terima. “Aku mengerti perasaanmu, tapi jika engkau seperti ini terus engkau malah akan tersiksa dengan perasaanmu sendiri, saranku biarkanlah dan balaslah mereka dengan perbuatan yang baik niscaya engkau akan disukai mereka. Aku yakin walaupun engkau dikatakan jelek tapi hatimu baik itu lebih utama ketimbang wajahmu bagus tapi hati kamu kotor seperti lumpur.” Jawabnya lagi.

Kali ini aku merasa agak sedikit terhibur.
“Tapi sahabatku, aku sering sekali ingin mencintai wanita yang aku cintai tapi mereka tidak menerimaku, bukankah itu karena wajahku.” Tanyaku kembali.
“Mungkin iya, mungkin tidak.” Jawabnya. “Maksudmu?” tanyaku bingung.
“Begini sahabatku, mungkin iya, karena tidak semua wanita mau mempunyai pendampingnya yang jelek, dengan mempunyai pendamping yang gagah dan cakep mereka akan merasa bangga dan tidak di remehkan oleh teman-temannya. Tapi, sahabatku tipe wanita seperti ini bukanlah tipe wanita yang perlu engkau jadikan pendamping karena kebanyakan wanita jenis ini kehidupannya tidak bahagia. Karena mereka selalu merasa takut kekasihnya akan selingkuh dengan wanita lain atau mungkin dia tidak selingkuh tapi pastilah wanita kebanyakan akan memburunya. Begitulah sahabatku, jika kita memilih penampilannya saja dengan tidak melihat hatinya dikemudian hari akan berakibat sengsara. Bukankah pernah engkau mendengar syair yang berbunyi;

“Engkau menyangka pemuda kurus tidak berdaya,
padahal ia buas bagai serigala yang siap memangsa.
Engkau mengagumi pemuda yang tampak gagah,
Namun akhirnya engkau tertipu oleh penampilannya.”

Sedangkan tidaknya adalah barangkali dia belum mau mempunyai kekasih yang selalu mendampinginya. Mungkin juga dia belum mau hatinya terikat, dalam kata lain dia ingin bebas dulu. Sahabatku, berbaik sangkalah, mungkin Allah belum memberikan engkau pendamping yang engkau dambakan. Jangan berperasangka buruk, berusahalah menjadi yang terbaik suatu saat nanti Insya Allah pasti engkau akan mendapatkan wanita yang engkau cintai,” jawabnya dengan tenang dan begitu serius.

Sebenarnya aku sedikit terhibur dengan ucapan sahabatku itu, tapi jika aku mendengar kata-kata itu lagi maka hatiku akan down. “Ya sudahlah aku akan mencobanya untuk tidak mendengarkan mereka, aku akan mencoba hidup penuh optimis,” jawabku mantap. “Nah begitu dong itu baru sahabatku dan ingat jadilah engkau tuli ketika mendengar kata-kata seperti itu.” Selanya kemudia.

Akhirnya ku pun pamit kepada sahabtku itu sambil kuucapkan terima kasih atas sarannya lalu aku pun terbang dengan sedikit harapan di dadaku.


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;