Perjalanan di Madinnah
Setelah
melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat bersejarah
antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg dibuat Rasululloh,.
Masjid Kiblat - Masjid dimana ditengah sholat Rasululloh mendapatkan wahyu
untuk sholat menghadap Ka'bah/Mekkah, yg sebelumnya menghadap Masjidil Aqso',
sehingga sholat tersebut beliau lakukan 2 roka'at menghadap Masjidil Aqso' dan
2 roka'at sisanya menghadap Ka'bah. Karena kasus ini orang Kafir Quraisy
berkomentar Muhammad pemimpin yg plin-plan.
Dibimbing
oleh Tour Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana terjadi Perang
Uhud. Terlintas dibenak saya cuplikan film "The Massage" dimana
Hamzah, Panglima perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang
budak suruhan Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpin kaum kafir Quraisy yg sangat
memusuhi Nabi.
Pada
peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan tindakan indisipliner pasukan
panah.
Kami juga
mengunjungi makam Fatimah, dimana dekat makam dahulunya terdapat parit besar yg
dikenal sebagai Perang Khandak. Perang dimana pada saat itu kaum kafir dari
berbagai bangsa dan negara memboikot dan meng-embargo kaum muslim selama kurang
lebih 2 tahun, dimana sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg
memisahkan/melindun ginya. Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh adalah
bertahan dan bukan menyerang. Konsep yg diajukan Rasululloh adalh sebuah konsep
dimana penguasa kafir tidak menyukainya. Konsep tsb hanya mendapat tanggapan dari
kaum Anshor yg bertempat tinggal di Madinnah hingga Nabi harus hijrah/pindah
kesana.
Saya
akhirnya bertanya kepada Tour Guide, bagaimana dengan tindakan Nabi yg saya
anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi mengirim surat dari Madinnah kepada
Mekkah, Mesir, Roma, Persia, Abesinia, dan Negos(Ethiopia). Madinnah tidak
sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakanNabi mengirim surat kepada
Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau dibilang gila). Analoginya
mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru berdiri, tanpa angkatan
bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia, Australia, Amerika,
Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk dibawah kekuasaanya.
"Oh
tidak, ini tidak seperti demikian ", jawab Tour Guide. "Urusan Raululloh
bukan urusan kekuasaan. Konsep Rasululloh bukan konsep negara, sehingga surat
yg dibuat bukan surat kekuasaan . Surat itu berisikan ajakan beragama Islam.
Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan konsep pemerintahan" .
"Lho,
kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan Daulat Bani Umayah, kepemimpinan
Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya dengan cepat dan pesat sampai ke
Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai belahan dunia lain, sehingga
Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga dipemerintahan,
dimasyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengar sekarang secara
sayup-sayup 'hukum Islam' ? Bagaimana kita memberlakukan sebuah peraturan tanpa
adanya kedaulatan ? Bagaimana kita bicara rajam bagi yg berzinah, sementara lokalisasi
pelacuran mendapat izin dari pemerintahan Pemda setempat ? Bagaimana
memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam ? ", demikian saya
bertanya.
Tour Guide
tersebut tak dapat melanjutkan penjelasannya. Sayapun menjelaskan, "Mas
Syaiful...saya mohon maaf loh, saya dalam pencarian, saya bukan sok tahu, tapi
saya memang benar-benar tidak tahu, dan saya benar-benar ingin tahu, kayak apa
sich konsep Rasululloh yg disampaikan pada saat itu ?".
Tour Guide :
"Baiklah, anda silahkan tanya kepada orang yg lebih tahu, saya terus
terang belum tahu benar untuk hal ini ". Aca : "Terimakasih Mas...saya
akan simpan pertanyaan ini".
Beberapa
orang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun saya berfikir bahwa ini
sangat penting. Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak menemukan jawaban, namun
saya yakin insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian saya yg berikutnya, saya
dapat menemukan jawabannya.. .Amien.
Kejadian 6
Setelah
sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk ber-umroh. Pak H Tabrani
mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom. Ia menjelaskan untuk memakai
pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit dipinggang, satunya lagi di bahu. "Latihan
pakai kain kafan ", demikian penjelasannya. Meskipun ia bukan Tourist
Guide, namun ia begitu telaten mengajarkannya pada saya. Meskipun kadang-kadang
menghardik saya, seperti waktu saya tanya kenapa koq nggak boleh pakai celana
dalam. Ia hanya menjawab "Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan !
". Untung saya sudah rada kalem sekarang karena beberapa kali mengalami
peristiwa” yg lalu, kalau tidak, mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan.
Setelah
mengambil niat di Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah :
Labbaik
Allohumma labbaik
Labbaik
Lasyarika laka labbaik
Innal hamda,
Wal nikmata, Laka wal mulk
La
syarikalak
Ya Allah,
aku datang memenuhi panggilanmu
Tiada
syarikat bagimu
Sesungguhnya
segala puji, segala nikmat, dan segala kuasa Hanyalah dari engkau.
Tiada
syarikat bagimu.
Pembacaan
Talbiah baik di pesawat maupun diperjalanan/ bus, sangat diliputi rasa haru yg
luar biasa.
Kamipun tiba
di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup dekat dengan Masjidil Haram. Sementara
barang-barang diurus oleh petugas travel, kami berwudhu di Hotel, kami langsung
memasuki Masjidil Haram, sebuah Masjid yg paling terkenal yg mungkin paling tua
didunia. Saat itu saya belum merasakan pesonanya.
Namun
setelah melepas sandal dan memasuki Masjid, saya terdiam melihat benda hitam
pekat persegi empat yg berada ditengah-tengah Masjid. Ka'bah ternyata berukuran
lebih besar dari perkiraan saya. Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak
kuasa. Dengkul saya lemas luar biasa. Sulit sekali menggambarkan pesonanya.
Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak H
Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga
mengalami hal yg sama.
Saya lemas
dan duduk. Saya berusaha perlahan-lahan bergerak mendekat, namun semakin dekat,
semakin tak kuasa menahan tangis. Akhirnya saya mulai meraung seperti anak
kecil. Saya menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis
saat itu saya tidak sedih.
Benda itu
berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar sekali. Hitam pekat sekali.
Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka'bah berukuran sebesar itu.
Saya tidak
pernah berfikiran bahwa di dalamnya ada Allah sedang bersemayam. Sepintas hanya
sebuah batu yg disusun dan dilapis kain hitam. Namun saya melihat sedemikian
banyaknya manusia mengitarinya melakukan yg disebut tawaf. Bukankah ini bukti
dari hasil kerja Muhammad.
Analisa saya
bermain, apakah sekian banyaknya manusia datang kesini hanya ditipu satu orang
yg bernama Muhammad. Namun intuisi saya juga bermain, bahwa kegiatan ini pasti
bukan baru dimulai kemarin. Kegiatan ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad.
Pendapat ini adalah pendapat awal saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa
hari kemudian oleh H Tabrani bahwa kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata
Ibrahim, bapak besar berbagai bangsa yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan
Kristen) , yg kemudian juga Islam.
Saya mulai
tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa malu-malu lagi sebab
kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H Tabrani membaca do'a-do'a putaran
pertama. Posisi kami sangat dekat dengan Ka'bah dan senantiasa saya semakin
merapat kedalam. Kami merasa seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg
menarik ketengah. Seolah kami bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi
(seperti melayang), semakin rapat dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasa
menentukan arah (kecuali sedikit), kita hanya dapat berserah diri mengikuti
arus putaran itu. Sambil memegang buku do'a kecil, saya coba baca juga artinya.
Disitu terdapat do'a permintaan umur panjang dan keturunan yg banyak serta
soleh. Saya tanya ke H Tabrani, " Loh Pak...kok ada permintaan seperti ini
ya...?. H Tabrani menjawab, "Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh
minta apa saja".
Pada tawaf
putaran kedua, saya kembali membaca do'a khusus untuk putaran kedua - sambil
juga melihat artinya. Agak sulit memang karena banyak jama'ah Iran berbadan
besar berdo'a lantang sekali. Kadang saya tak mendengar suara H Tabrani
sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. Kembali saya lihat artinya, "
Loh...Pak, koq disini ada permintaan terhadap rezeki yg banyak". H Tabrani
pun kembali menjawab, " Ya memang boleh. Anda saja yg Cuma minta petunjuk
dan nggak mau minta yg lain. Minta harta boleh...habis -kalau tidak - anda mau
minta ke siapa lagi kalau bukan sama dia ".
Pada tawaf
putaran ketiga, saya kembali membaca do'a sambil membaca artinya. Terdapat
dengan jelas disitu "Tijarotan Lantabur " yg artinya "perdagangan
yg jauh dari rugi". Saya kembali bertanya dengan lebih antusias karena
masalahnya erat dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini.
"Loh-loh...ini lebih aneh lagi Pak...kok boleh minta dagang agar jauh dari
rugi, ini khan urusan dunia. Bagaimana kita bisa rugi - ya karena manajemen yg
buruk, sedangkan bagaimana kita bisa untung ? ya dengan manajemen yg baik ?
". Akhirnya H Tabrani mulai sewot lagi, " You khan bilang waktu
dipesawat, bahwa you hanya minta petunjuk, betul ndak...?" "Betul Pak
", jawab saya. " OK kalau begitu nggak usah do'a saja ..." ,
tegas H Tabrani.
Analisa dan
intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat Al-Fatihah, ayat 4,
"Iyya ka na' budu wa iyya ka' nastaiyn". Kepadamulah kami menyembah
dan hanya kepadamulah kami minta pertolongan. Saya fikir ini harus berlaku pada
semua hal - segala hal - segala sesuatu – termasuk hal-hal duniawi seperti
bisnis. Sehingga musyrik hukumnya jika kita meminta pertolongan dalam bidang
bisnis kepada Kadin, Pemda, Katabelece Pejabat untuk menggoalkan proyek kita.
Haram hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian Purchasing untuk melakukan
bisnis dengan kita.
Permintaan
tolong hanyalah kepada Allah semata. Adapun, Kadin, Pemda, Pejabat, dan bag
Purchasing, hanyalah perantara.
Hal ini
jangan dianggap sepele, karena ini yg akan menentukan strategi manajemen
perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN atau melakukannya dengan
pendekatan lain.
Akhirnya dengan
pemahaman yg seperti ini, saya kembali berdo'a dengan segala kerendahan hati.
Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya, meminta
kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa absolut.
Statemen awal saya dipesawat, sekarang terbantai semua. Saya ternyata tak hanya
meminta pertunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini - juga meminta
duniawi.
Demikian
saya melihat Rahman rohim Allah. Jika kita meminta dunia saja, Allah mungkin
saja berikan, dan mungkin juga tidak. Namun jika kita meminta keridhoan akhirat
- insya Allah kita juga akan mendapat dunia. Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan
Sam. Persis juga sama dengan do'a - do'a di akhir tawaf yakni fiddunia hasanah
- wa fil akhiroti khasanah. Saya pun kembali berdo'a dengan lebih khusuk,
dengan kesadaran baru - tanpa banyak pertanyaan lagi.
Kejadian 7
Usai tawaf,
kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram bagian
bawah. Disini saya kembali tercengang. Sebuah mata air yg hampir tak mungkin
ada di daerah ini. Mekkah dapat anda lihat sebagai pegunungan batu. Masjidil
Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingny a dapat anda temukan
hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. Ini pula yg menyebabkan
pembangunan konstruksi di kota Mekkah sangat lamban. Jangankan tumbuhan subur,
kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya, terdapat air sumur zam-zam yg
debitnya luar biasa besar yg dipompa dengan pipa-pipa sampai ke Madinah,
Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya selain untuk keperluan orang ber Hajji.
Berjuta-juta orang datang setiap harinya, namun sumur ini tak pernah ada
keringnya. Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan memang ada sungai bawah tanah
yg mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan sedemikian lamanya ? Perhitungannya
bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan perhitungan dari Ibrahim. Entah berapa ribu
tahun. Karena sungai bawah tanah dapat berubah alirannya hanya dalam kurun
waktu puluhan tahun saja. Namun sumur zam-zam ini tak pernah kering dan
senantiasa menyediakan air yg dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. Seolah olah
ia ada memang untuk kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi dibenak saya
teori kebetulan yg dahulu.
Pada saat
Sya'i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak yg berjalan,
sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa' dan Marwah. Dipisahkan oleh
pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya'i. Sesekali saya melihat wajah
cantik wanita Turki dengan hidung mancung kulit putih bulu mata boros (Saat
tawaf maupun Sya'i dilarang menutup cadar muka - namun ada sebahagian mazhab
melakukannya) . Kecantikannya mungkin biasa bagi orang sana , namun saya
mengira pasti luar biasa untuk ukuran orang Melayu. Agak lama baru saya sadar
bahwa saya mulai kurang khusyuk karena melakukan "olah raga leher". Akhirnya
saya bertanya kepada H Tabrani, " Pak...koq pakai lari-lari segala sich ?
". "Begini "- jawabnya perlahan, "Dulu sewaktu Siti Khajar,
isteri Nabi Ibrohim , ia berjalan sambil berlari-lari kecil mencari air antara
bukit Syofa' dan bukit Marwah, sementara anaknya Ismail ditinggal sejarak
tertentu dari Ka'bah. Air yg dilihatnya ternyata hanyalah fatamorgana.
Sedangkan air yg sesungguhnya justru keluar didekat kaki Ismail. Dari sini saya
pun semakin yakin dan menarik kesimpulan, bahwa Ka'bah bukan dibangun oleh
Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim, pendahulu untuk Musa, Isya, dan Muhammad, yg
melahirkan 3 agama besar, Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Seusai Sya'i
kami pun menggunting rambut, pertanda selesainya ibadah Umroh kita. Semoga
Makbul. Sesampai di Hotel, kelelahan kami luar biasa. Kaki saya kering pecah-pecah.
Saya belum pernah merasakan pegal-pegal seperti sekarang ini. Saya fikir,
bagaimana dengan kaum wanita atau Ibu-ibu. Pasti lebih capek. Tapi kelihatannya
sama aja tuch. Salah seorang jamaah haji wanita bercerita tentang anak temannya
yg sekarang tinggal di Hotel Hilton Mekkah yg tak dapat menyelesaikan tawafnya
karena mencret (penyakit yg lebih cepat dari pada jet). Kotoran alias tokai nya
sedemikian banyaknya sehingga ia pun kewalahan. Wueeek...sangat menjijikkan
kata jamaah yg lain menambahkan. Kepala rombongannyapun membawanya pulang
kembali ke Hotel. Kami tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg
merembes sampai pakaian Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana
dalam pada pakaian ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. Saya jadi
teringat sewaktu H Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. Pantas - dalam
hati saya.
Bersambung …
Niyaz Khalil
Harapan dari
Seorang Sahabat
0 komentar:
Posting Komentar