Minggu, 01 Juli 2012

Perjalanan Umroh (Part 3)


Perjalanan di Madinnah

Setelah melewati waktu Zuhur, kami melakukan City Tour, ketempat-tempat bersejarah antara lain, Masjid Kuba - Masjid pertama di Madinnah yg dibuat Rasululloh,. Masjid Kiblat - Masjid dimana ditengah sholat Rasululloh mendapatkan wahyu untuk sholat menghadap Ka'bah/Mekkah, yg sebelumnya menghadap Masjidil Aqso', sehingga sholat tersebut beliau lakukan 2 roka'at menghadap Masjidil Aqso' dan 2 roka'at sisanya menghadap Ka'bah. Karena kasus ini orang Kafir Quraisy berkomentar Muhammad pemimpin yg plin-plan.

Dibimbing oleh Tour Guide, kami berkunjung ke Jabal Uhud, tempat dimana terjadi Perang Uhud. Terlintas dibenak saya cuplikan film "The Massage" dimana Hamzah, Panglima perang kaum Mukmin yg dibunuh dengan tombak oleh salah seorang budak suruhan Hindun, isteri Abu Sofyan, pemimpin kaum kafir Quraisy yg sangat memusuhi Nabi.

Pada peperangan tsb kaum Muslimin kalah yg disebabkan tindakan indisipliner pasukan panah.

Kami juga mengunjungi makam Fatimah, dimana dekat makam dahulunya terdapat parit besar yg dikenal sebagai Perang Khandak. Perang dimana pada saat itu kaum kafir dari berbagai bangsa dan negara memboikot dan meng-embargo kaum muslim selama kurang lebih 2 tahun, dimana sekeliling Madinnah pada saat itu dibuat Parit besar yg memisahkan/melindun ginya. Disini saya melihat bahwa perjuangan Rasulloh adalah bertahan dan bukan menyerang. Konsep yg diajukan Rasululloh adalh sebuah konsep dimana penguasa kafir tidak menyukainya. Konsep tsb hanya mendapat tanggapan dari kaum Anshor yg bertempat tinggal di Madinnah hingga Nabi harus hijrah/pindah kesana.

Saya akhirnya bertanya kepada Tour Guide, bagaimana dengan tindakan Nabi yg saya anggap ekspansi nekat yakni tindakan Nabi mengirim surat dari Madinnah kepada Mekkah, Mesir, Roma, Persia, Abesinia, dan Negos(Ethiopia). Madinnah tidak sebesar dan sekuat Mekkah, namun tindakanNabi mengirim surat kepada Negara-negara tsb adalah nekat (kalau tidak mau dibilang gila). Analoginya mungkin seperti Vietnam, negara kecil yg baru berdiri, tanpa angkatan bersenjata yg jelas, mengirim pesan kepada Indonesia, Australia, Amerika, Rusia, dan European Community untuk takluk dan tunduk dibawah kekuasaanya.

"Oh tidak, ini tidak seperti demikian ", jawab Tour Guide. "Urusan Raululloh bukan urusan kekuasaan. Konsep Rasululloh bukan konsep negara, sehingga surat yg dibuat bukan surat kekuasaan . Surat itu berisikan ajakan beragama Islam. Konsep Rasululloh adalah konsep agama, bukan konsep pemerintahan" .

"Lho, kalau bukan urusan kekuasaan, bagaimana dengan Daulat Bani Umayah, kepemimpinan Islam setelah Ali, yg ekspansi kekuasaanya dengan cepat dan pesat sampai ke Cordova, Spanyol, daratan China, dan berbagai belahan dunia lain, sehingga Islam tidak hanya bicara didalam Masjid, namun juga dipemerintahan, dimasyarakat, hingga berlaku hukum yg hanya kita dengar sekarang secara sayup-sayup 'hukum Islam' ? Bagaimana kita memberlakukan sebuah peraturan tanpa adanya kedaulatan ? Bagaimana kita bicara rajam bagi yg berzinah, sementara lokalisasi pelacuran mendapat izin dari pemerintahan Pemda setempat ? Bagaimana memberlakukan hukum Islam tanpa pemerintahan Islam ? ", demikian saya bertanya.

Tour Guide tersebut tak dapat melanjutkan penjelasannya. Sayapun menjelaskan, "Mas Syaiful...saya mohon maaf loh, saya dalam pencarian, saya bukan sok tahu, tapi saya memang benar-benar tidak tahu, dan saya benar-benar ingin tahu, kayak apa sich konsep Rasululloh yg disampaikan pada saat itu ?".

Tour Guide : "Baiklah, anda silahkan tanya kepada orang yg lebih tahu, saya terus terang belum tahu benar untuk hal ini ". Aca : "Terimakasih Mas...saya akan simpan pertanyaan ini".

Beberapa orang mungkin beranggapan ini tidak penting, namun saya berfikir bahwa ini sangat penting. Dalam pencarian / perjalanan ini saya tak menemukan jawaban, namun saya yakin insya Alloh, suatu saat, dalam pencarian saya yg berikutnya, saya dapat menemukan jawabannya.. .Amien.

Kejadian 6

Setelah sholat Ashar, akhirnya kamipun bersiap-siap untuk ber-umroh. Pak H Tabrani mengajarkan saya untuk memakai pakaian Ihrom. Ia menjelaskan untuk memakai pakaian Ihrom, 2 lembar kain yg dililit dipinggang, satunya lagi di bahu. "Latihan pakai kain kafan ", demikian penjelasannya. Meskipun ia bukan Tourist Guide, namun ia begitu telaten mengajarkannya pada saya. Meskipun kadang-kadang menghardik saya, seperti waktu saya tanya kenapa koq nggak boleh pakai celana dalam. Ia hanya menjawab "Jangan didebat !!! ini daerah otak kanan ! ". Untung saya sudah rada kalem sekarang karena beberapa kali mengalami peristiwa” yg lalu, kalau tidak, mungkin sewotnya H Tabrani berkelanjutan.

Setelah mengambil niat di Miqod, diperjalanan kami mulai membaca Talbiah :

Labbaik Allohumma labbaik
Labbaik Lasyarika laka labbaik
Innal hamda, Wal nikmata, Laka wal mulk
La syarikalak

Ya Allah, aku datang memenuhi panggilanmu
Tiada syarikat bagimu
Sesungguhnya segala puji, segala nikmat, dan segala kuasa Hanyalah dari engkau.
Tiada syarikat bagimu.

Pembacaan Talbiah baik di pesawat maupun diperjalanan/ bus, sangat diliputi rasa haru yg luar biasa.

Kamipun tiba di Mekkah, kota Haram. Hotel kami cukup dekat dengan Masjidil Haram. Sementara barang-barang diurus oleh petugas travel, kami berwudhu di Hotel, kami langsung memasuki Masjidil Haram, sebuah Masjid yg paling terkenal yg mungkin paling tua didunia. Saat itu saya belum merasakan pesonanya.

Namun setelah melepas sandal dan memasuki Masjid, saya terdiam melihat benda hitam pekat persegi empat yg berada ditengah-tengah Masjid. Ka'bah ternyata berukuran lebih besar dari perkiraan saya. Saya menahan tangis didepan rombongan tapi tak kuasa. Dengkul saya lemas luar biasa. Sulit sekali menggambarkan pesonanya. Saya kurang tahu persis pada saat itu tapi saya percaya Iqbal, anak Pak H Tabrani yg pertama kali Umroh juga terdiam tak bersuara tak bergerak. Ia juga mengalami hal yg sama.

Saya lemas dan duduk. Saya berusaha perlahan-lahan bergerak mendekat, namun semakin dekat, semakin tak kuasa menahan tangis. Akhirnya saya mulai meraung seperti anak kecil. Saya menangis sambil duduk tidak mengerti kenapa. Dan saya tahu persis saat itu saya tidak sedih.

Benda itu berada ditengah-tengah Masjid, besar, besar sekali. Hitam pekat sekali. Benar-benar saya tak mengira bahwa Ka'bah berukuran sebesar itu.

Saya tidak pernah berfikiran bahwa di dalamnya ada Allah sedang bersemayam. Sepintas hanya sebuah batu yg disusun dan dilapis kain hitam. Namun saya melihat sedemikian banyaknya manusia mengitarinya melakukan yg disebut tawaf. Bukankah ini bukti dari hasil kerja Muhammad.

Analisa saya bermain, apakah sekian banyaknya manusia datang kesini hanya ditipu satu orang yg bernama Muhammad. Namun intuisi saya juga bermain, bahwa kegiatan ini pasti bukan baru dimulai kemarin. Kegiatan ini dilakukan pasti sejak ajaran Muhammad. Pendapat ini adalah pendapat awal saya yg kemudian di konfirmasikan beberapa hari kemudian oleh H Tabrani bahwa kegiatan ini sudah ada bahkan sejak milata Ibrahim, bapak besar berbagai bangsa yg melahirkan agama Yahudi, Nasrani (bukan Kristen) , yg kemudian juga Islam.

Saya mulai tawaf putaran pertama. Sambil air mata bercucuran (tanpa malu-malu lagi sebab kanan kiri sayapun demikian) saya dibimbing H Tabrani membaca do'a-do'a putaran pertama. Posisi kami sangat dekat dengan Ka'bah dan senantiasa saya semakin merapat kedalam. Kami merasa seperti memasuki sebuah gravitasi luar biasa yg menarik ketengah. Seolah kami bergerak perlahan bersama tanpa menginjak bumi (seperti melayang), semakin rapat dan semakin pekat ketengah. Kita tak kuasa menentukan arah (kecuali sedikit), kita hanya dapat berserah diri mengikuti arus putaran itu. Sambil memegang buku do'a kecil, saya coba baca juga artinya. Disitu terdapat do'a permintaan umur panjang dan keturunan yg banyak serta soleh. Saya tanya ke H Tabrani, " Loh Pak...kok ada permintaan seperti ini ya...?. H Tabrani menjawab, "Ya memang ada, khan saya sudah katakan boleh minta apa saja".

Pada tawaf putaran kedua, saya kembali membaca do'a khusus untuk putaran kedua - sambil juga melihat artinya. Agak sulit memang karena banyak jama'ah Iran berbadan besar berdo'a lantang sekali. Kadang saya tak mendengar suara H Tabrani sehingga sulit mengikuti apa yg didiktenya. Kembali saya lihat artinya, " Loh...Pak, koq disini ada permintaan terhadap rezeki yg banyak". H Tabrani pun kembali menjawab, " Ya memang boleh. Anda saja yg Cuma minta petunjuk dan nggak mau minta yg lain. Minta harta boleh...habis -kalau tidak - anda mau minta ke siapa lagi kalau bukan sama dia ".

Pada tawaf putaran ketiga, saya kembali membaca do'a sambil membaca artinya. Terdapat dengan jelas disitu "Tijarotan Lantabur " yg artinya "perdagangan yg jauh dari rugi". Saya kembali bertanya dengan lebih antusias karena masalahnya erat dengan kehidupan saya yg memang bergerak di bidang ini. "Loh-loh...ini lebih aneh lagi Pak...kok boleh minta dagang agar jauh dari rugi, ini khan urusan dunia. Bagaimana kita bisa rugi - ya karena manajemen yg buruk, sedangkan bagaimana kita bisa untung ? ya dengan manajemen yg baik ? ". Akhirnya H Tabrani mulai sewot lagi, " You khan bilang waktu dipesawat, bahwa you hanya minta petunjuk, betul ndak...?" "Betul Pak ", jawab saya. " OK kalau begitu nggak usah do'a saja ..." , tegas H Tabrani.

Analisa dan intuisi saya jalan lagi, dan tiba-tiba saya teringat surat Al-Fatihah, ayat 4, "Iyya ka na' budu wa iyya ka' nastaiyn". Kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami minta pertolongan. Saya fikir ini harus berlaku pada semua hal - segala hal - segala sesuatu – termasuk hal-hal duniawi seperti bisnis. Sehingga musyrik hukumnya jika kita meminta pertolongan dalam bidang bisnis kepada Kadin, Pemda, Katabelece Pejabat untuk menggoalkan proyek kita. Haram hukumnya meminta pertolongan kepada Bagian Purchasing untuk melakukan bisnis dengan kita.

Permintaan tolong hanyalah kepada Allah semata. Adapun, Kadin, Pemda, Pejabat, dan bag Purchasing, hanyalah perantara.

Hal ini jangan dianggap sepele, karena ini yg akan menentukan strategi manajemen perusahaan kita, apakah kita akan melakukan KKN atau melakukannya dengan pendekatan lain.

Akhirnya dengan pemahaman yg seperti ini, saya kembali berdo'a dengan segala kerendahan hati. Meminta kepada yg mempunyai, memohon kepada pemilik yg sesungguhnya, meminta kepada Penguasa yg sesungguhnya, penguasa segala sesuatu, penguasa absolut. Statemen awal saya dipesawat, sekarang terbantai semua. Saya ternyata tak hanya meminta pertunjuk,tetapi saya - dengan kesadaran baru ini - juga meminta duniawi.

Demikian saya melihat Rahman rohim Allah. Jika kita meminta dunia saja, Allah mungkin saja berikan, dan mungkin juga tidak. Namun jika kita meminta keridhoan akhirat - insya Allah kita juga akan mendapat dunia. Persis lagu Bimbo yg dinyanyikan Sam. Persis juga sama dengan do'a - do'a di akhir tawaf yakni fiddunia hasanah - wa fil akhiroti khasanah. Saya pun kembali berdo'a dengan lebih khusuk, dengan kesadaran baru - tanpa banyak pertanyaan lagi.

Kejadian 7

Usai tawaf, kami menuju sumur zam-zam yg terletak didalam areal masjidil Haram bagian bawah. Disini saya kembali tercengang. Sebuah mata air yg hampir tak mungkin ada di daerah ini. Mekkah dapat anda lihat sebagai pegunungan batu. Masjidil Haram berada di tengah-tengah seperti lembah,sekelilingny a dapat anda temukan hanyalah bukit batu yg sangat sulit dihancurkan. Ini pula yg menyebabkan pembangunan konstruksi di kota Mekkah sangat lamban. Jangankan tumbuhan subur, kurma pun malas tumbuh disini. Ironisnya, terdapat air sumur zam-zam yg debitnya luar biasa besar yg dipompa dengan pipa-pipa sampai ke Madinah, Jeddah, Yaman, dan daerah lainnya selain untuk keperluan orang ber Hajji. Berjuta-juta orang datang setiap harinya, namun sumur ini tak pernah ada keringnya. Analisa dan rasa saya mulai jalan. Andaikan memang ada sungai bawah tanah yg mengalir dibawah Mekkah, akankah bertahan sedemikian lamanya ? Perhitungannya bukan 1400 tahun yg lalu, melainkan perhitungan dari Ibrahim. Entah berapa ribu tahun. Karena sungai bawah tanah dapat berubah alirannya hanya dalam kurun waktu puluhan tahun saja. Namun sumur zam-zam ini tak pernah kering dan senantiasa menyediakan air yg dibutuhkan Jamaah yg datang ke sini. Seolah olah ia ada memang untuk kebutuhan ibadah ini. Saat itu tak ada lagi dibenak saya teori kebetulan yg dahulu.

Pada saat Sya'i, rukun Umroh berikutnya, saya melihat manusia banyak yg berjalan, sebahagian berlari, antara dua bukit batu, Syofa' dan Marwah. Dipisahkan oleh pembatas tengah, kami mulai melintasi area Sya'i. Sesekali saya melihat wajah cantik wanita Turki dengan hidung mancung kulit putih bulu mata boros (Saat tawaf maupun Sya'i dilarang menutup cadar muka - namun ada sebahagian mazhab melakukannya) . Kecantikannya mungkin biasa bagi orang sana , namun saya mengira pasti luar biasa untuk ukuran orang Melayu. Agak lama baru saya sadar bahwa saya mulai kurang khusyuk karena melakukan "olah raga leher". Akhirnya saya bertanya kepada H Tabrani, " Pak...koq pakai lari-lari segala sich ? ". "Begini "- jawabnya perlahan, "Dulu sewaktu Siti Khajar, isteri Nabi Ibrohim , ia berjalan sambil berlari-lari kecil mencari air antara bukit Syofa' dan bukit Marwah, sementara anaknya Ismail ditinggal sejarak tertentu dari Ka'bah. Air yg dilihatnya ternyata hanyalah fatamorgana. Sedangkan air yg sesungguhnya justru keluar didekat kaki Ismail. Dari sini saya pun semakin yakin dan menarik kesimpulan, bahwa Ka'bah bukan dibangun oleh Muhammad, melainkan Nabi Ibrohim, pendahulu untuk Musa, Isya, dan Muhammad, yg melahirkan 3 agama besar, Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Seusai Sya'i kami pun menggunting rambut, pertanda selesainya ibadah Umroh kita. Semoga Makbul. Sesampai di Hotel, kelelahan kami luar biasa. Kaki saya kering pecah-pecah. Saya belum pernah merasakan pegal-pegal seperti sekarang ini. Saya fikir, bagaimana dengan kaum wanita atau Ibu-ibu. Pasti lebih capek. Tapi kelihatannya sama aja tuch. Salah seorang jamaah haji wanita bercerita tentang anak temannya yg sekarang tinggal di Hotel Hilton Mekkah yg tak dapat menyelesaikan tawafnya karena mencret (penyakit yg lebih cepat dari pada jet). Kotoran alias tokai nya sedemikian banyaknya sehingga ia pun kewalahan. Wueeek...sangat menjijikkan kata jamaah yg lain menambahkan. Kepala rombongannyapun membawanya pulang kembali ke Hotel. Kami tak tahu bagaiman ia mengatasi problem mencretnya yg merembes sampai pakaian Ihrom, namun akhirnya semua tahu, bahwa ia mengenakan celana dalam pada pakaian ihromnya. Sesuatu yg dilarang dalam Umroh. Saya jadi teringat sewaktu H Tabrani membentak saya dalam masalah tsb. Pantas - dalam hati saya.

Bersambung …


Niyaz Khalil
Harapan dari Seorang Sahabat

0 komentar:

Posting Komentar

 
;